Tidak bisa di pungkiri bahwa hari itu datang, hari dimana Delima mengetahui bahwa Suami tercinta nya sedang melakukan hubungan intim dengan Vini, Sahabat karib nya sendiri.
"Mas" panggil nya dengan lirih dan air mata yang berderai.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hnislstiwti., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
1 Tahun berlalu.
Sudah 1 tahun ini usaha rumah makan Vini berkembang lumayan pesat, dia juga membuka cabang di tempat strategis.
Dia mengelola rumah makan bersama dengan Ibu nya, bahkan modal yang di berikan oleh Randi di awal tidak cukup hingga sang Ibu menjual tanah peninggalan Alm.Suami nya.
Randi sendiri sedang di buat sibuk, dia sibuk mengembangkan usaha nya dan juga mencari Delima serta Raka. Karena dia kehilangan jejak mereka saat dia bertandang ke Jepang, bahkan bukan hanya mantan istri dan putra nya saja, namun Ayah nya juga tidak ia temukan.
Seperti saat ini, Randi hanya sibuk dengan dunia nya sendiri. Dia membuka perusahaan kembali dan sekarang masih tahap perkembangan, dia sibuk bersama dengan Ferdi dan sudah hampir 7 bulan ini melupakan Istri nya.
"Fer, bagaimana pencarian Delima?" tanya Randi di sela makan siang nya.
"Masih berlanjut, namun tidak menemukan titik terang. Bahkan anak buah yang kita miliki pun sudah mencari di seluruh pelosok Jepang" jawab Ferdi.
Huh.
Randi mendesah, dia tak habis pikir kemana pergi nya Delima. Dia sudah berambisi ingin kembali lagi bersama Delima apapun alasannya, bahkan dia juga sudah tak pernah menyentuh ataupun bersikap manja pada Vini, Istri nya.
"Ck, kemana mereka pergi nya" gerutu Randi berdecak kesal.
Ferdi hanya diam, dia fokus saja pada pekerjaan yang sedang mereka lakukan bersama perusahaan cukup besar.
*
Tepat jam 05 sore, Randi pulang dengan mobil mewah nya. Terlihat Vini dan Ibu nya juga sudah pulang bahkan sudah bersantai di teras depan, mereka sudah menempati Rumah yang layak kembali setelah usaha Randi maju.
"Ibu ke belakang dulu ya, Nak" pamit Ibu pada Randi dan Vini.
"Iya, Bu" balas Vini, sedangkan Randi hanya mengangguk saja.
Kemudian Vini mengambil alih tas dan jas kerja Randi, setelah nya keduanya pergi ke lantai atas dimana kamar mereka berada.
"Mas, air nya sudah aku siapkan" ucap Vini tersenyum.
"Hmmm" balas Randi datar.
Vini hanya menghela nafas, dia lalu menyiapkan pakaian ganti untuk sang Suami.
"Aku tahu bahwa selama ini kamu mencari Delima, Mas. Aku tidak marah sama sekali karena disana juga ada Putra mu, namun hargai aku" lirih Vini dengan dada yang sesak.
Hingga tak berselang lama pintu kamar mandi di buka, keluarlah Randi dengan bertelanjang dada.
"Malam ini aku akan keluar bersama dengan Ferdi, jangan menunggu ku" ucap Randi dingin.
"Mau kemana Mas?" tanya Vini lembut.
"Mau ke acara kolega" jawab nya singkat.
Huh.
Vini membuang nafas kasar, dia hanya bisa pasrah saja dan bersabar.
"Mungkin ini karma untukmu, tetapi bolehkah aku menyerah meski hati masih mencintai nya" batin Vini nanar.
"Mas, bolehkah besok kita pergi berlibur" ajak Vini.
"Pergilah bersama Ibu, aku sibuk" balas Randi masih dengan wajah datar nya.
"Aku ingin kita pergi berdua, sudah lama kita tidak menghabiskan waktu dan juga kamu sibuk mencari Delima dan Raka, biarkan saja Ferdi yang mencari nya dan sesekali kamu temani aku" jelas Vini dengan tatapan nanar.
Deg.
Randi tak menyangka bahwa Vini tahu ia selalu mencari Delima dan Raka, dia cukup terkejut akan kenyataannya ini.
"Bukan urusan mu, urus saja rumah makan dan jangan berharap apapun dariku" sinis Randi.
"Mas, aku ini juga Istri mu. Aku butuh perhatian mu walau kecil, aku sudah bertahan dan sabar akan semua yang kamu lakukan padaku. Bahkan kamu sudah tak memberikan nafkah lahir dan batin, jika kamu ingat" ucap Vini seraya dada naik turun.
"Jika memang aku tak di harapkan dan di perlukan, aku akan pergi dari sisi mu. Aku tahu kamu mencari Delima, aku tahu kamu selalu sibuk dengan menatap poto kebersamaan kalian, aku tahu semua nya Mas" teriak Vini yang sudah habis kesabarannya.
Setelah mengucapkan hal tersebut, Vini keluar dari kamar tersebut. Dia melangkah ke kamar dimana Ibu nya berada, dia sudah tak tahan dengan semua ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
