Kalian semua adalah keluarga yang paling berarti dalam hidupku. Bersama kalian, aku merasa lengkap, aman dan dicintai. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan tapi satu hal yang pasti, aku akan selalu menyayangi kalian. Kalian adalah rumahku dan aku akan selalu kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moonlightaura09, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan
Pagi yang cerah menyinari ruang makan keluarga Jeon Jungkook. Seperti biasa, mereka berkumpul untuk sarapan bersama. Di tengah suasana yang hangat terasa sedikit berbeda. Erni dengan mata polosnya membuka percakapan.
Erni : ( memecah keheningan ) Ayah semalam aku lihat pintu ruang kerja Ayah terbuka. Aku mau masuk tapi Abang Alanz tidak mengizinkan. Katanya Ayah sedang sibuk sekali.
Jungkook : (menghentikan kunyahannya, menatap Erni dengan tatapan lembut ) Oh, soal itu. Ayah semalam lupa menutup pintu. Ayah sedang mencari berkas yang tertinggal.
Alanz : ( duduk di samping ayah menimpali ) Iya dek. Ayah memang sedang banyak pekerjaan akhir - akhir ini. Kamu jangan ganggu Ayah dulu ya.
Erni : ( tampak sedikit kecewa ) Tapi, Abang...
Gerson : ( yang sedari tadi menyimak, mencoba menengahi ) Sudah dek. Ayah pasti punya alasan. Nanti kalau Ayah tidak sibuk, pasti Erni diajak main.
Jungkook : ( tersenyum mendengar ucapan Gerson, mengulurkan tangannya, mengusap lembut kepala Erni ) Betul kata Gerson. Ayah janji, nanti kalau Ayah ada waktu luang kita jalan - jalan ya sayang.
Erni : ( tersenyum cerah mendengar janji sang ayah ) Benar ya Ayah?
Jungkook : Tentu saja sayang ayah tidak pernah ingkar janji.
Erni pun bertanya lagi kepada sang ayah tentang abang gerson dan abang alanz. Karena semalam kedua abangnya menyembunyikan sesuatu darinya.
Erni : Semalam Abang Alanz sama Abang Gerson kayak lagi nyembunyiin sesuatu dari Erni. Abang Gerson kenapa, Yah?
Jungkook menatap Gerson dengan tatapan khawatir.
Jungkook : Gerson kamu ada masalah?
Gerson hanya terdiam, menunduk dan memainkan makanannya. Ia tidak berani menatap mata ayahnya.
Jungkook : ( semakin khawatir ) Gerson cerita sama Ayah. Ada apa sebenarnya?
Alanz : ( mencoba menengahi ) Yah, mungkin Gerson cuma lagi banyak pikiran aja. Nggak usah dipaksa cerita.
Namun, Jungkook tidak bisa dibohongi. Ia tahu, ada sesuatu yang sedang terjadi pada anak - anaknya.
Jungkook : ( tegasnya ) Alanz, Ayah tahu kamu pasti tahu sesuatu. Cerita sama Ayah. Ayah nggak suka kalau kalian nyembunyiin sesuatu dari Ayah.
Alanz : ( menghela napas. Ia tahu, ia tidak bisa lagi menyembunyikan kebenaran dari ayahnya dengan suara lirih ) Sebenarnya... ini soal Rachel kekasih Gerson, yah.
Jungkook : ( mengerutkan kening ) Rachel? Ada apa dengan Rachel?
Gerson semakin menunduk dalam. Ia tidak sanggup mendengar percakapan ini.
Erni menatap semua orang dengan tatapan bingung. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
Suasana di ruang makan menjadi semakin tegang. Jungkook menatap kedua putranya dengan tatapan penuh pertanyaan, menunggu penjelasan lebih lanjut.
Selesai sarapan, Jungkook mengajak ketiga anaknya ke ruang keluarga. Ia meminta Alanz dan Gerson untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Erni hanya bisa duduk diam dan menyimak dengan rasa ingin tahu yang besar. Setelah menarik napas dalam - dalam Gerson akhirnya memberanikan diri untuk membuka semua masalahnya.
Gerson : ( memulai dengan suara lirih ) Ayah, Bang... sebenarnya, aku lagi bingung banget. Aku bingung sama perasaan aku sendiri.
Jungkook : ( lembut ) Bingung kenapa, Gerson?
Gerson : Ini... soal Rachel. Dia akhir - akhir ini sibuk banget, Yah. Aku ngerasa kayak diabaikan.
Jungkook : Ayah ngerti. Tapi kamu udah coba bicara sama Rachel?
Gerson : ( menggeleng ) Belum Yah. Aku takut ganggu dia.
Jungkook : ( menatap Gerson dengan tatapan menyelidik ) Selain Rachel ada masalah lain?
Gerson : ( terdiam sejenak, lalu melanjutkan dengan ragu dan pelan ) Sebenarnya... ada Luna.
Mendengar nama Luna Alanz terkejut bukan main. Matanya membulat dan ia menatap Gerson dengan tatapan tidak percaya. Jungkook pun terlihat kaget mendengar nama mantan kekasih putranya itu.
Alanz : ( dengan nada tinggi ) Luna? Luna yang mana?
Gerson : ( dengan suara bergetar ) Luna... mantan pacar Abang.
Alanz : ( dengan nada marah ) Kamu... ada hubungan apa sama Luna?
Gerson : ( jujur ) Aku... aku nggak tahu, Bang. Tapi Luna seringkali ada buat aku saat Rachel sibuk. Aku ngerasa nyaman sama dia.
Alanz : ( bantah dengan emosi yang mulai meluap ) Nggak mungkin! Luna nggak mungkin kayak gitu!
Jungkook : ( mencoba menenangkan Alanz ) Alanz tenang dulu. Biar Gerson selesai bicara.
Gerson : ( melanjutkan ceritanya dengan suara yang semakin lirih ) Aku tahu ini salah, Bang. Aku tahu aku nggak seharusnya punya perasaan sama Luna. Tapi aku nggak bisa bohong sama diri aku sendiri.
Jungkook : ( dengan nada serius ) Jadi, kamu suka sama Luna?
Gerson : ( mengangguk pelan ) Iya, Yah. Aku suka sama Luna.
Alanz : ( berdiri dari duduknya dan menatap Gerson dengan tatapan marah ) Kamu gila! Luna itu mantan pacar Abang! Kamu nggak boleh suka sama dia!
Erni hanya bisa terdiam dan menyaksikan pertengkaran kedua kakaknya dengan perasaan campur aduk. Ia tidak menyangka masalahnya akan serumit ini.
Jungkook menghela napas panjang. Ia tahu, situasi ini sangat rumit dan membutuhkan penyelesaian yang bijaksana.
Gerson : mencoba menjelaskan lebih lanjut, namun situasinya semakin memanas ) Bang, aku tahu ini salah. Tapi Abang juga menolak perjodohan itu kan? Aku cuma...
Alanz : ( memotong perkataan Gerson dengan nada tinggi ) Itu beda! Ini soal masa lalu aku! Masa lalu aku nggak seharusnya datang ke rumah ini dan merusak semuanya!
Gerson : ( mencoba membela diri ) Tapi Bang....
Alanz : ( dengan nada marah ) Gimana nasib Rachel kalau kamu duain dia kayak gini? Kamu pikir dia nggak sakit hati?
Gerson : ( dengan nada putus asa ) Aku masih cinta sama Rachel, Bang! Aku nggak mau nyakitin dia. Soal Luna... aku masih belum pasti.
Alanz : ( dengan nada sinis ) Belum pasti? Jadi kamu masih berharap sama Luna? Kamu nggak mikirin perasaan Rachel?
Gerson : ( teriak frustasi ) Aku bingung, Bang! Aku bener - bener bingung!
Jungkook : ( mencoba menengahi ) Alanz, Gerson, tenang dulu. Kita bicarakan ini baik - baik.
Alanz : ( dengan emosi yang meluap ) Nggak ada yang perlu dibicarakan lagi, Yah! Gerson udah jelas - jelas nyakitin Rachel dan ngancurin masa lalu aku!
Gerson : ( mencoba menjelaskan, namun Alanz tidak memberinya kesempatan ) Aku nggak bermaksud kayak gitu, Bang! Aku cuma...
Alanz : ( bentak ) Cukup! Abang nggak mau dengerin apa pun lagi dari kamu!
Alanz kemudian pergi meninggalkan ruang keluarga dengan emosi yang tidak terkendali. Gerson terduduk lemas di sofa, menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Ia merasa bersalah dan bingung harus berbuat apa.
Jungkook menghampiri Gerson dan merangkulnya dengan penuh kasih sayang.
Jungkook : ( lembut ) Tenang Gerson. Ayah tahu ini berat buat kamu. Tapi kamu harus kuat dan cari jalan keluarnya.
Erni hanya bisa menatap kedua kakaknya dengan perasaan sedih. Ia tidak menyangka masalah ini akan berujung seperti ini.
Gerson : ( menunduk berusaha menahan tangisnya ) Tapi Ayah... aku nggak tahu harus gimana lagi. Semua jadi berantakan.
Erni yang menyaksikan dari kejauhan, merasa bingung dan sedih. Ia tidak mengerti kenapa kakaknya harus seperti itu.
Erni : ( bisiknya pelan ) Kenapa sih Abang alanz dan Abang gerson? Kenapa semuanya jadi kayak gini?
Sementara itu, Alanz langsung masuk ke kamar tanpa berkata apa - apa, wajahnya penuh kemarahan dan kecewa. Ia merasa terluka dan marah karena masalah ini menyakitinya sendiri.
Tak lama kemudian, saat Erni hendak menghampiri Alanz yang keluar dari kamar, tiba - tiba Alan berjalan cepat ke luar rumah tanpa sepatah katapun.
Erni : ( berusaha memanggil ) Abang alanz! Tungguin! Abang mau kemana?
Namun Alanz tidak menghiraukannya. Ia pergi begitu saja ke arah luar rumah, entah ke kantor atau tempat lain. Erni yang melihat itu, merasa frustrasi dan kecewa.
Erni : ( berteriak pelan ) Abang alanz! Jangan pergi kayak gitu! Jangan ninggalin kita kayak gini!
Tapi Alanz tetap berjalan menjauh tanpa menoleh ke belakang. Erni berdiri di sana, bingung dan merasa tidak berdaya, tidak tahu harus bagaimana menghadapi keadaan yang semakin rumit ini.