Sosok Wanita yang Misterius, tak terlacak dan penuh dengan kejutan, memasuki kehidupan seorang CEO Tampan dan Sukses, entah di sengaja atau hanya kebetulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WAY 27
Hampir dua bulan.
Waktu terasa begitu cepat, dan yang terpenting adalah semua jadwal telah berjalan dengan benar, walaupun di kerjakan terhalang jarak yang jauh.
Tak ada cela kesalahan sedikit pun yang di perlihatkan, Kia bekerja dengan detail hingga membuat semua pekerjaan atasannya berjalan dengan sempurna.
Seandainya saja Kia bekerja di dalam perusahaan secara langsung, mungkin akan lebih baik lagi, karena semua perencanaan bisa di bicarakan dengan cepat dan juga tukar pendapat, begitulah yang ada dalam pikiran Zaki saat ini.
"Acara rutin tahunan dari perusahaan Wans Company, kamu tidak lupa bukan?" Tanya Zaki setelah menempatkan dirinya duduk tepat di depan meja kerja Galang.
"Hem, sebentar lagi" jawab Galang, lalu kemudian menuliskan beberapa hal di dalam email yang siap di Send sebentar lagi.
"Apa pemilik perusahaan itu akan datang secara langsung?" Tanya Zaki.
"Tentu saja, dia partner kerja sekaligus saudara, tentu akan datang ke Indonesia"
"Huff, dan pastinya kita harus menemukan tempat yang cukup bagus untuk acara itu bukan?" Tanya Zaki yang nampak serius.
"Hem, serahkan saja pada Ambar, sepertinya dia mampu memilih tempat dan mengatur hal ini"
"Serius?" Tanya Zaki.
Kali ini Galang langsung menghentikan tangannya yang sedari tadi sibuk di di atas laptop.
"Ada yang aneh?" Tanya Galang.
"Em, tidak sih, aku rasa Ambar mampu melakukan hal itu, tapi_"
"Ada Lea dan Sukma yang akan membantu, apa mungkin kau juga ingin ikut serta?" Tatapan tajam penuh selidik kini tertuju pada Zaki.
Zaki tertawa lirih, tak lama, sambil menggelengkan kepala, "come on, aku hanya khawatir saja, apalagi Ambar belum pernah bertemu dengan saudaramu itu, bukankah mereka sangat _"
"Perfect" sahut Galang cepat.
"Yes, itulah yang aku khawatirkan"
"Hampir dua bulan Ambar bekerja dengan kita, ku rasa cukup untukku memberikan penilaian terhadapnya, apa kamu masih ragu?, atau kalian sudah menemukan sesuatu?" Tanya Zaki lagi.
"Tidak, bukan seperti itu, kami bahkan meyakini dia Aman, hanya saja terkadang aku merasa kamu begitu besar memberikan tekanan"
"Dan kau khawatir dengannya?"
"Ayolah Galang, dia orang baru dalam ritme kerja di Perusahaan ini, tentu aku sebagai atasannya langsung sangat khawatir akan hal itu"
"Ambar pernah mengeluh padamu?" Tanya Galang lagi.
"Tidak, dan itu tidak mungkin, mengingat dia wanita yang kuat dan independen" jawab Zaki.
"Sepertinya kekhawatiran mu tidak beralasan Zek, jadi keinginan mu untuk ikut membantu secara langsung di tolak"
"Oh my God, kenapa aku merasakan hawa-hawa persaingan disini"
"Apa maksud mu, jangan mulai"
Zaki langsung tertawa, sementara Galang hanya menggelengkan kepala, lalu segera mengirimkan pesan ke email pribadi Asistennya, lama sekali Galang menunggu jawabannya, hal itu tentunya tak dilewatkan oleh Zaki.
"Kenapa?, ada masalah?" Tanya Zaki.
"Nggak ada, kenapa jawaban email ini lama sekali?" Tanya Galang entah untuk Zaki atau dirinya sendiri.
Dan kemudian, Galang memijit Pangkal hidungnya, sambil bergerak sedikit merebahkan punggung di sandaran kursi kerja.
"Kamu gak enak badan?" Tanya Zaki lagi.
"Nggak, hanya sedikit lelah"
"Karena menunggu jawaban apa karena nunggu orangnya?"
"Ck, apa maksudnya mu, jangan menambah pusing kepalaku"
"Oh, jadi Ambar sudah membuat mu pusing?"
"Zek!"
"Sepertinya ada yang mulai_"
"Keluar dari ruangan ku atau akan ku potong gajimu!" Jelas dan tegas Galang mengatakan, dan seketika itu juga membuat Zaki berdiri, karena dia tau, Galang tak pernah main-main dengan kata-katanya.
Sekali lagi Zaki tertawa, bukan tanpa alasan Zaki mengatakan hal itu, karena perubahan mood Galang sangat kentara akhir-akhir ini, terutama saat Ambar tidak berada di kantor dalam waktu yang lama, karena begitulah perjanjiannya, bekerja tanpa bertatap muka.
Sebagai sahabat lama, Zaki tentunya mengamati semuanya, dalam hati juga berdoa, semoga feeling nya tidak salah, setidaknya bisa membuat sahabatnya ini bisa membuka diri.
Hingga dua jam kemudian, jawaban di dapatkan, Galang langsung membuka emailnya, dan bertuliskan di mana Kia menemukan tempat yang tepat mengingat penjelasan yang sudah di berikan.
Surabaya, kota yang belum pernah di datangi oleh partner kerja sekaligus saudara dari Galang, dan Surabaya adalah tempat yang dianggap layak, karena banyak wahana menantang disana.
Galang segera meraih ponselnya, saat Kia mengatakan sudah bisa di hubungi saat ini.
"Jadi bagaimana?" Tanya Galang seperti terburu ingin mendengar suara seseorang.
"Bisa pak Galang, jadi pemilik perusahaan Wans Company orang yang suka petualangan yang menantang?"
"Hem benar sekali, apa di kotamu ada tempat seperti itu?"
"Ada pak, dan kebetulan sekali baru di buka untuk destinasi wisata, kita juga bisa menyewa tempat di sana dengan budget yang minimal sebagai harga perkenalan, tentunya perusahaan akan lebih diuntungkan"
"Oh, jadi begitu?"
"Iya pak, detail tempat akan segera saya kirim ke pak Galang, mungkin besok pagi sudah ada"
"Jangan terlalu terburu-buru, waktunya masih cukup panjang"
"Makin cepat makin baik pak, setidaknya begitulah slogan yang pernah saya dengar"
"Hem, baik, aturlah semuanya dan ingat, gunakan black Card yang sudah aku berikan padamu"
"Siap pak, tapi Bu Sukma dan Bu Lea ikut juga kan pak?" Tanya Kia memastikan kembali.
"Iya, tapi hanya di beberapa even saja, selebihnya kamu yang handel"
"Siap pak Galang, terimakasih atas kepercayaannya dan selamat sore"
Kia hampir saja memutuskan percakapan itu, namun tiba-tiba saja Galang menginterupsi dengan cepat.
"Tunggu_!"
"Maaf, iya pak?" Sahut Kia cepat.
"Em, jadi kapan kamu ke Jakarta?" Ada keraguan dalam intonasi suara Galang.
"Maksud bapak?"
"Em, maksudku, apa tidak sebaiknya acara itu di bicarakan langsung"
"Oh, tidak perlu pak, Bu Sukma dengan Bu Lea sudah saya konfirmasi, dan mereka berdua bisa saya hubungi setiap saat, komunikasi lewat ponsel dan email bisa efektif kok pak, jangan khawatir"
"Bukan dengan mereka"
"Lalu dengan siapa lagi pak?, bukankah tim saya hanya bu Sukma dan Bu Lea"
"Lalu kau kira aku apa?"
"What?, jadi maksudnya, saya harus membicarakan hal ini dengan bapak?, tidak bisakah lewat telpon dan email saja pak?"
"Tidak bisa"
"Oh, baiklah pak, satu hari cukup kan ya?" Tanya Kia.
"Terserah, yang penting aku butuh laporan langsung darimu"
"Oh, gitu ya pak, baik pak, dua hari lagi saya ke perusahaan"
"Besok"
"Apa?!"
Dan di tempat lain akhirnya seorang Asisten pribadi di buat kesal akan perintah dadakan sang Atasan.
Sedangkan Galang duduk kembali di kursinya dengan nyaman, menyandarkan punggung nya dan memejamkan mata sesaat.
"Shit!"Galang segera membuka mata, saat nyadari ada sesuatu yang menggerakkan hatinya ketika ingatan terakhir bersama Kia yang saat itu telah membicarakan banyak hal dengan ringan dan membuat Galang tertawa.
Ehem, yuk mana komennya?, jangan lupa like Vote dan tonton iklannya.
Bersambung.
ciye...