Who Are You?

Who Are You?

WAY 1

Jalanan yang begitu ramai tidak membuat seorang wanita yang tengah mengendarai sepeda motornya menyerah begitu saja.

Malah semakin nampak wanita itu begitu menikmati keseruan yang terjadi dalam perjalanannya yang tak mudah kali ini.

Ada senyuman ramah yang diberikan dan juga diterima, pagi yang selalu indah baginya di tengah keramaian jalanan yang super macet.

Bubur ayam yang sudah bertengger di motornya sesekali dilihat untuk memastikan tetap berada di tempatnya.

"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga"

"Pagi bulek!, sudah banyak pelanggan ni?" serunya, ramah menyapa.

"Alhamdulillah, kamu sudah makan Ki?"

"Nanti"

"Jangan suka menunda sarapan pagi, gak baik buat lambung kamu, lihat itu badan kamu, kurus begitu"

"Ini trend bulek, bukan kurus, tapi langsing, artis internasional saja pengen loh punya badan kayak aku ini"

"Halah, itu karena mereka gak normal"

Jawaban yang membuat Ambar Azkia Ardiansyah tertawa saat mendengarnya.

Perbincangan pagi yang lebih mirip adu argumen itu sungguh seru, si bulek yang masih ngotot akan kebenaran semua wejangan yang di berikan, sedangkan Azkia, atau yang biasa di panggil Kia juga tak mau kalah, Alhasil keseruan itu membuat para pelanggan justru menikmati sambil tertawa sendiri.

"Wah, akhirnya yang muda nih yang berjaya!" Teriak salah satu dari mereka.

"Halah, itu karena aku yang lebih tua ngalah!" Bulek Zizah gak mau kalah.

Kia makin tertawa, dan akhirnya melakukan Tos dengan salah satu langganan nasi pecel bulek nya.

Kia kini ikut sibuk melayani, walaupun hanya sekedar membantu, tapi dia melakukan hal itu dengan senang hati, kegiatan rutin yang akan dia lakoni jika mampir ke rumah bulek nya setiap minggu pagi.

"Ini bulek, tadi beli bubur ayam di perempatan pasar" ucapnya setelah selesai dengan aktifitas melayani para pelanggannya.

"Wah, ini memang kesukaan bulek Ki, tau aja kamu ini"

Kia tertawa kembali, melihat sang bulek antusias membuka bungkusan yang di berikan membuat hatinya semakin senang.

"Loh kok cuma satu, kamu tidak?"

"Sudah bulek" jawab nya, tapi sang bulek tak percaya begitu saja, menatap sambil memicingkan mata.

"Ada apa bulek, aku makin cantik?"

Plak

Satu pukulan didapatnya, pertanda bulek nya makin kesal dengan tingkah lakunya, namun yang terjadi justru hal itu begitu lucu di mata Kia, hingga membuatnya kembali tertawa.

"Ini terlalu banyak, ayo kita makan berdua, bulek gak mau makan kalau kamu juga gak makan" begitulah bulek Zizah menggunakan ancaman untuk memaksa keponakan yang keras kepala.

Kia akhirnya melakukan apa yang di minta, menyantap bubur ayam itu separo yang di berikan oleh bulek Zizah, kini Kia menyantap dengan semangat di dekatnya.

Setelah nya Kia segera pamit untuk kembali ke rumah kontrakan yang di tempati nya hampir lima tahun ini.

"Hati-hati!" Teriak sang bulek.

"Siap!" Jawaban Kia sambil melambai kan tangannya sebelum akhirnya pergi.

Kia menikmati kembali perjalanan pulangnya, enam tahun berada di kota dengan ikon ikan dan buaya itu membuatnya selalu senang, tepatnya berada di pinggiran kotanya, jadi kenyamanan dan ketenangan masih bisa di rasakan.

Soal keuangan, Kia selalu bersyukur akan kelebihan yang di berikan sang pencipta padanya, otak encer dan cerdas membuatnya bisa melakukan pekerjaan yang bisa di lakukan di rumahnya, dengan mengandalkan laptop canggih dan ponselnya dia bisa bekerja di rumah saja.

Tidak ada kata santai walaupun dia tak pernah berangkat dan pulang dari sebuah kantor atau perusahaan seperti orang-orang yang bekerja pada umumnya, namun kesibukannya melebihi mereka semua.

Bisa di bilang, Kia bekerja untuk beberapa perusahaan besar, memberikan jasanya dengan serius seperti yang diminta oleh perusahaan, untuk itu, terkadang Kia sampai kehabisan waktu, tidak sempat keluar rumah dan bahkan makan hanya dengan membeli makanan jadi dari sekitar rumah kontrakannya.

Dari hasil jerih payahnya, Kia tak pernah kekurangan yang namanya uang, bahkan dirinya semakin gemar berbagi kala uang di rekening semakin menumpuk.

Jiwa bisnis dalam dirinya pun tak hilang begitu saja walaupun dengan kehidupan yang begitu sederhana, beberapa aset pun telah berhasil dia miliki, tentu dia memilih aset pasif yang menghasilkan namun tak begitu merepotkan, Rumah kontrakan dan kos-kosan di sekitar tempat-tempat perkuliahan menjadi pilihan.

Seperti yang selalu di ajarkan, semakin kamu banyak memberi maka akan semakin banyak dan berlipat-lipat kamu mendapatkan kembali, begitulah yang terjadi saat ini dengan Kia, hingga semua tetangga dan kerabat begitu menyukainya.

Hidup memang penuh dengan lika likunya, tak selalu hal baik yang diterima, namun kepahitan juga di rasakan, hingga akhirnya Kia memutuskan berada jauh dari keluarga besarnya, itu semua karena kerumitan masalah yang dihadapinya.

Sejenak Kia melihat jam tangannya, rupanya sudah jam sebelas siang, pantas saja perutnya mulai meronta-ronta, separo bubur ayam jelas tak bisa mengganjal lambungnya, akhirnya Kia melipir ke sebuah warung nasi langganannya.

"Wah, siang mbak Kia" sapa pemilik warung ramah.

"Siang mbok Nah, seperti biasanya" Kia tersenyum ramah, dan menunggu bungkusan nasi yang masih di racik dengan segera.

Maklum, Kia memang orang yang tidak suka menyantap makanan di tempatnya, dia lebih suka di bungkus dan di bawa pulang untuk dinikmati di kediamannya sendiri.

"Ngomong-ngomong tempat mbak Kia itu mau di jual lho, apa mbak Kia sudah tau?" Mbok nah memulai perbincangannya.

"Sudah mbok"

"Terus, gak mbak Kia beli?"

Kia tersenyum kembali sebelum menjawabnya, "Rencana sih begitu, tapi urusannya masih ruwet"

"Ha, kok ruwet mbak?"

"Iya mbok, anak-anaknya masih berebut hak warisan rumah itu, aku hanya menunggu saja akhirnya nanti bagaimana"

"Owalah, iya-iya, mbok juga dengar kalau masalah itu, memang ya, kadang warisan itu malah membawa petaka kalau yang di kasih masih kurang saja"

Kia tersenyum sambil mengangguk, fenomena harta warisan dimana saja hampir sama, selalu membawa masalah jika tidak di bagi sebelum yang punya meninggal dunia, sifat manusia memang selalu kurang, walaupun itu sudah di takdir kan.

"Ini mbak, lengkap sama lauk kesukaan mbak Kia, hari ini masakan warung mbok semuanya ada"

"Alhamdulillah, makasih mbok" Kia menyerahkan uang seratus ribuan.

"Eh, ini kebanyakan mbak Kia, tunggu kembaliannya!" Teriak mbok nah tergopoh-gopoh mengejar Kia yang sudah bertengger di jok sepeda motor maticnya.

"Kembaliannya buat mbok nah saja, semoga rezekinya lancar!" Teriak Kia yang sudah menarik gas dan melaju begitu saja.

"Eh mbak Kia!, tunggu!, Aminn!!" Teriaknya yang jelas tak bisa mengejar orang yang akan di berikan kembalian nya.

"Alhamdulillah, makasih mbak Kia, makasih ya Allah" gumam mbok nah yang masih melihat sepeda motor langganannya itu terus melaju hingga hilang dalam pandangan.

"Mbak Kia kabur lagi mbok?" Tanya seorang anak kecil sambil tertawa.

Mbok Nah berbalik sambil mengangguk, ada senyuman yang membuat anak kecil itupun membalasnya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Whatea Sala

Whatea Sala

Oo ini Ambar anak angkat dari Raka dan Angel ya thor...ke inget dulu pernah tanya keadaan Ambar,klu ibu nya Ambar gimana kabar nya,sudah sembuh kah..?? lanjut thor,selalu ku tunggu karya2mu

2025-07-04

0

🌻Nie Surtian🌻

🌻Nie Surtian🌻

semangat buat karya barunya kak...lancar selalu... semoga ceritanya menarik seperti karya-karya yang sebelumnya...

2025-07-03

0

Ketika Kepercayaan Dihianati

Ketika Kepercayaan Dihianati

karyamu sell ku nantikan thor
apakh kira2 masih ada kaitan ny dengn klwrg Nugraha thor???

2025-07-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!