NovelToon NovelToon
Shadows In Motion

Shadows In Motion

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: KiboyGemoy!

Karya Asli By Kiboy.
Araya—serta kekurangan dan perjuangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KiboyGemoy!, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 27

Beberapa hari telah berlalu, hubungan antara Rifan dan Araya semakin dekat. Benar kata Rifan, sekolah sudah membaik. Sekarang ia bisa bersekolah dengan tenang. Devan-pun sudah tidak mengganggunya, namun pemuda itu selalu menatapnya di mana pun dia bertemu. Hal, itu memberikan sedikit kekhawatiran bagi Araya.

Sedangkan Naya?

Kedua orangtuanya resmi bercerai, Naya ikut bersama Ibunya—beberala hari setelah kejadian di sekolah Naya pun terbang ke luar negeri untuk menjalankan hidup baru bersama ibunya—rasa lega semakin terasa.

✧⁠\⁠(⁠>⁠o⁠<⁠)⁠ノ⁠✧

Sekarang, Araya dan Rifan ada di lapangan. Duduk di atas kursi panjang dengan kepala Rifan yang bersandar di bahu gadis tersebut.

Araya pun dibuat bingung oleh tingkah Rifan yang terlalu begitu manja, namun dia senang.

"Raya, tidak lama lagi kita lulus." Araya mengangguk sebagai jawaban.

Rifan membangunkan kepalanya, menatap Araya yang menatap ke arahnya.

"Hanya anggukan?"

"Terus aku harus menjawab apa, Rifan?"

"Apa saja kek." Pemuda itu melempar wajahnya ke samping, menandakan bahwa dia sedang kesal.

Aryaa terkekeh kemudian berdiri di hadapan Rifan, sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah pemuda itu lalu mengetuk kepalanya.

Tuk!

Rifan sama sekali tidka mau melirik membuat Araya semakin gemas padanya.

"Aku sedih." Rifan pun menatap Araya yang masih tersenyum.

"Kenapa sedih?"

Tangan mungil Araya naik memegang kedua pipi Rifan dengan lembut, ia manatap kata pemuda itu, tegas, nyaman, dan juga tajam.

"Karena aku sama kamu akan berpisah. Aku juga akan keluar dari apartemen kamu," ucap Araya.

Rifan memegang tangan Araya dengan erat. "Kenapa berpikir seperti itu? Kita tidak akan berpisah, kok."

"Benarkah?"

Rifan mengangguk gemas. "Iya, tapi kamu harus janji untuk tetap bersamaku. Janji juga untuk mengejar universitas yang sama?"

Araya terkekeh. "Baiklah, akan ku usahakan."

✧⁠\⁠(⁠>⁠o⁠<⁠)⁠ノ⁠✧

Entah mengapa akhir-akhir ini Araya selalu saja salah tingkah jika kembali mengingat Rifan dan aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan. Ahhh, benar-benar membuat serangan gila.

Gadis itu kini berjalan di koridor sekolah. "Rifan, Rifan..." batinnya berlirih. Senyumannya pun terus mengembangkan senyim

Langkah gadis itu tiba-tiba terhenti di saat sebuah tangan kekar menggenggam pergelangan tangannya. Araya menoleh, ia menatap Devan yang lamgsug saja menariknya pergi.

"Devan, lepas!" Gadis itu memberontak namun tidak lepas dari genggaman Devan.

Devan membawa Araya ke tempat sepi, mendorong Araya hingga terpentok di dinding. Hal itu benar-benar membuat Araya tersentak takut.

"D-devan, kenapa kamu membawaku ke sini?" tanya Araya.

"Dari yang kamu ucapkan pada hari itu membuatku tidak tenang, Araya...."

Devan menggenggam tangan Araya dengan erat. "Araya, aku minta maaf. Karena kebodohanmu kita putus, ayo kita mulai hubungan baru lagi, hmm?"

Araya mengerutkan keningnya merasa ucapan Devan benar-benar tudak masuk di akal.

"Apa gila, Devan?"

Devan menggeleng. ”Tidak, aku tidak gila, Araya. Aku hanya merasa kasihan padamu, sekarang apakaah kamu mau bersmaaku lagi?!"

Plak!

Kali ini Araya benar-benar marah dengan Devan, sekarang ia sudah bisa melampiaskan amarahnya pada ormag lain apalagi itu Devan.

"Aku muak sama ucapan kamu, Devan! Seharusnya kamu enyah dari hadapan aku," ucap Araya marah.

Devan menggigit bjbir bawahnya, mendapatkan tamparan itu ia mendorong Araya semakin kuat pada dinding, dihimpatkan gadis itu ke dinding.

"Devan, lepas! Apa yang kamu lakukan!" Berontak Araya.

Devan hanya terkekeh geli, ia semakin menghimpit Araya ke dinding dengan kedua tangan yang mendorong tangan Araya hingga ia benar-benar terpojokkan.

"Uhm, selama berpacaran kita tidak pernah melakukan hubungan kontak fisik. Aku ingin merasakannya," ucap Devan membuat Araya merinding.

"Aku tidak sudi!" Tantang Araya yang benar-benar membuat Devan semakin ingin melakukannya.

Devan memejukan wajahnya, dengan berani pwmuda itu mencium pipi Araya membuat Araya membulatkan matanya dan kembali memberontak. Rasa takut mulai memggebu di dalam dirinya.

"Devan, kamu benar-benar tidak tahu malu!"

"Iya, Araya, aku semakin gila karena tingkahmu," ucapnya sedikit berbisik.

Devan memajukan wajahnya ingin mencium bbr Araya namun Araya terus menggelengkan wajahnya ke arah samping dan samping sehingga Devan sama sekali tidak menyentuhnya.

Dengan rasa kesal Devan memegang wajah Araya yang terus menghindar. "Aku tau kamu butuh ajaran, jadi akan kuajarkan cara berciuman."

Bugh!

Saat bbr mereka akan terpaut sebuah tendangan keras mengenai Devan hingga ia terpental ke lantai.

"Agh!" ringisnya.

Rifan segera memegang wajah Araya, melihat wajah gadis itu kanan dan kiri, bawah dan atas memastikan tidak ada apa-apa dengan gadis itu.

"Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Rifan dengan tergesa-gesa karena panik.

Araya memeluk Rifan dengan erat, menenggelamkan wajabnya di dada bidang Rifan. "Aku takut," lirihnya.

"Oke, ayo kita pergi." Sebelum benar-benar pergi Rifan memberikan tatapan tajam pada Devan, entah apa maskudnya namun Devan merasa dia direndahkan oleh tatapan itu.

✧⁠\⁠(⁠>⁠o⁠<⁠)⁠ノ⁠✧

Ceklek.

Syam melanglah masuk ke dalam kamar Rifan, pemuda itu duduk di pinggir jalan menatap sepupunya yang terlihat sibuk mengerjakan sesuatu.

"Apa yang kamu kerjakan?" tanya Syam penasaran.

"Syam, apa kamu tidak memiliki kesibukan?" tanya Rifan menoleh sejenak ke arah pemuda itu.

"Tidak ada," jawabnya.

Rifan mengangguk paham, ia melempar beberapa berkas ke arah pemuda itu. Syam dengan senang hati mengambil dan membaca isinya.

Ia mengerutkan kening. "Untuk apa data-data orang ini? Apa kamu ingin membunuhnya, astaga Rifan! Sadar hey!" Syam berdiri dari duduknya, mengguncang tubuh Rifan.

Rifan merasa kesal mendorong tangan pemuda itu. "Apasih. Berikan pemuda hukuman, biar dia tidak lagi bertingkah."

"Memangnya apa sih yang dia lakuin sampai kamu mau kasih hukuman?" tanya Syam.

"Bukan urusanmu, lakukan saja."

"Baiklah."

Sedangkan di sisi lain, Araya terus menerus mencuci wajahnya, menggosok sehingga wajahnya memerah. Sudah lebih dari tiga kali ia terus mencuci wajahnya.

Ia benar-benar ingin menghilangkan bekas ciuman yang Devan berikan.

"Hilanglah, hilang!"

Padahal saat mereka berpacaran, Rifan menciumnya di kening bukanlah masalah. Tapi entah mengapa sekarang ia merasa ciuman Devan bagaikan bangkai yang menempel di wajahnya.

Ceklek.

Pintu apartemen terdengar terbuka, Araya segera berjalan keluar dari kamar mandi menuju lantai bawah.

"Tumben sekali Rifan datang di sore hari begini," gumamnya. Tapi itu bukanlah masalah, sekarang Araya ingin bertanya pada pemuda itu apakah bekas ciuman bisa menghilang.

Saat menuruni tangga, gadis itu merasa ada yang tidka beres dengan tkngkah Rifan yang berada di depan kulkas.

Pemuda itu bergoyang?

Sesampainya di ujung tangga, langkah kaki Araya semakin ragu namun dia memastikan untuk tetap melangkah hingga tepat berada di belakang pemuda yang dia pikir adalah Rifan.

"Rifan, apa kamu memakan sesuatu sehingga tingkahmu begitu aneh?"

Mendengar suara perempuan dari belakang membuat Syam tertekun, matanya melotot, berbalik dan...

"Aaaa!"

1
Alexander
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
Kiboy: semoga betah😊
total 1 replies
Mèo con
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Kiboy: aaa makasih banyakk, semoga seterusnya seperti itu ಥ⁠‿⁠ಥ
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!