lili ada gadis lugu yang Bahkan tidak pernah punya pacar. tapi bagaimana Ketika tiba di hari kiamat dia mendapatkan sebuah sistem yang membuatnya gila.
bukan sistem untuk mengumpulkan bahan atau sebuah ruang angkasa tapi sistem untuk mengumpulkan para pria.
ajaibnya setiap kali ke pria yang bergabung, apa yang di makan atau menghancurkan sesuatu, barang itu akan langsung dilipatgandakan di dalam ruangan khusus.
Lily sang gadis lugu tiba-tiba menjadi sosok yang penting disebut tempat perlindungan.
tapi pertanyaannya Apakah lili sanggup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
Pagi hari itu berjalan cepat. Setelah sarapan seadanya, Tim Militer Real segera bersiap. Mereka tidak membawa banyak, hanya ransel-ransel yang sudah diisi penuh semalam. Satu persatu anggota tim mengencangkan tali sepatu, memeriksa senjata mereka, dan memerhatikan arah matahari sebelum mulai melangkah keluar dari reruntuhan supermarket yang kini kembali sepi.
Real berjalan paling depan, seperti biasa, dengan langkah tegap dan matanya waspada. Di belakangnya, Lili sesekali menoleh ke dalam, seolah memastikan bahwa tidak ada satu pun yang tertinggal.
Beberapa langkah kemudian real berhenti dan dengan tulus berkata pada tang mian."bahan di sini masih cukup banyak, kudengar ada kemampuan luar angkasa di tim lightning. dia bisa dipinjam jika dibayar dengan 10% persediaan"
Tang mian pernah memimpikan kemampuan luar angkasa. tapi dia tidak pernah mendengar ada kemampuan luar angka yang bisa disewa. Mungkin inilah perbedaan antara timnya dan tim militer.
Tang Mian, yang sebelumnya sibuk mengatur anak buahnya, memandangi kepergian Tim Militer itu dalam diam.
Tatapannya mengeras, ada rasa yang belum bisa dia ungkapkan. Di tangannya masih tergenggam selembar peta kusut, dia melingkari pena merah di atas selembar peta itu.
ini cuman menggambarkan jika daerah ini sudah pernah mereka memasuki.
Setelah selesai rencana awalnya adalah kembali ke pangkalan B dengan muatan penuh. Tapi niat itu buyar ketika suara Evan Qi yang bernafas hangat dari belakangnya.
“Mereka pasti tahu sesuatu, jika tidak kenapa mereka tidak tertarik dengan persediaan ini” bisik Evan pelan yang cukup untuk didengar Tang Mian saja.
Tang Mian mengernyit. “Apa maksudmu?”
“Pihak militer... mereka bukan cuma petarung. Mereka terkadang bisa berperan sebagai pembawa informasi. Kau lihat kapten Real, kan? Dia tidak terlihat seperti seseorang yang hanya sekedar menunggu perintah.Ku dengar Tim mereka sedang perang dingin dengan petinggi pangkalan.Pasti ada misi lain yang tidak mereka ungkap, apakah mereka menemukan sesuatu yang bagus,ini mungkin saja” Evan berbicara dengan nada sangat yakin, seolah kalimat itu telah dipikirkan berulang kali semalaman.
Tang Mian melirik ke arah tempat tim militer yang mulai menjauh."Jadi bagaimana?'
"Ayo pergi cari tahu dulu "kata Evan lagi.
“Kau ingin kita... mengikutinya?”
Evan menunduk sedikit dan tersenyum kecil. “Bukan mengikuti. Kita hanya... memastikan arah mereka. Jika mereka memang menuju sesuatu yang penting, kita tidak akan ketinggalan.”
"Tapi...
"Ehen ehem..kawan kawan,apa pendapatmu tentang ini.Ku pikir kita juga harus mengumpulkan informasi, supermarket ini bisa menunggu "
Even mulai bicara tentang perseteruan tim militer dan petinggi pangkalan.Jika tidak ada yang lebih menguntungkan,mana mungkin tim militer mau mengkhianati pangkalan.
Di era sekarang, hanya dengan tinggal di pangkalan saja anda akan selamat.
Beberapa anggota Tim Kingdom yang menangkap pembicaraan itu mulai mengangguk pelan. Mereka sudah lama menyadari ada dinamika yang lebih besar di luar pangkalan mereka.
Jika memang militer menyimpan rahasia... maka inilah kesempatan untuk membuka satu per satu tirai itu.
Apa yang bisa lebih berharga di banding kan dengan pangkalan selamat.
"kapten,ayo lihat dulu"
"Ya kapten,aku setuju , ayo lakukan secara diam-diam"
Tang Mian merasa baik dia akhirnya mengangguk pelan. “Jaga jarak. Jangan sampai mereka sadar. Jika ada tanda-tanda bahaya, kita mundur.”
Evan Qi tersenyum, sangat mudah untuk menipu orang terlebih lagi dengan tang mian dengan otak cinta.
Anggota Tim kingdom yang Perintah itu seperti angin yang menyapu dedaunan gugur,diam tapi memicu gerakan.
Diam-diam, Tim Kingdom mulai berjalan mengikuti jalur yang sama yang ditinggalkan jejak mobil Real dan pasukannya. Mereka bergerak dalam jarak tertentu i menyamarkan gerakan.
Tanpa disadari oleh Real dan pasukannya, mereka kini sedang diikuti. Bukan oleh zombie, bukan oleh makhluk buas... tapi oleh ambisi manusia sendiri.
Dan di tengah itu semua, Evan Qi menyimpan senyumnya sendiri.ia tahu, permainan baru saja dimulai.
Lili tidak akan pernah bisa lepas dari genggaman nya.
Perjalanan masih berlangsung, sampai lah mereka melewati area taman.Ini dulu nya adalah taman yang indah tapi setelah berevolusi,taman ini berubah menjadi sebuah hutan kecil yang bisa merenggut nyawa kapan saja.
Suasana hutan pagi itu sunyi, hanya terdengar gemerisik dedaunan yang tertiup angin lemah. Kelompok militer Real masih mengemudi menyusuri jalur sempit di antara rerimbunan pohon.
mata mereka awas, senjata siap ditembakkan kapan saja. Real memimpin di depan, Lili berjalan di sampingnya, menunduk sedikit saat melintasi dahan rendah.
Dia sebenarnya sedang melihat peta khusus yang menunjukkan jalan ke kota harem.
Tiba-tiba di atas langit terdengar suara jeritan yang memekakkan telinga.
“KRAAAA!!”
Suara melengking tajam mengguncang udara. Langit yang biru mendadak dipenuhi bayangan hitam. Seketika, ratusan burung mutan menyerbu dari atas pepohonan. Ukuran mereka sebesar anjing kecil, mata merah menyala, dan paruh mereka tajam seperti belati.
“SERANGAN DARI ATAS!! SEMUA TIARAP!!” teriak Real sambil mengangkat senapan.
"BRAK BRAK BRAK!
Shot .. shot...
Suara tembakan meledak serentak. Para anggota tim militer menembaki kawanan burung yang terjun menukik ke arah mereka. Burung-burung itu meledak jadi percikan darah dan bulu, tapi jumlahnya terlalu banyak.
Lili melompat mundur, lalu menoleh, “REAL! GUNAKAN API!”
Peluru mereka jumlahnya terbatas, mereka harus mengeluarkan kemampuan masing-masing.
Segera Kedua tangan real menyala merah, lalu semburan api melingkar ke langit, membakar segerombolan burung yang menukik. Jeritan melengking terdengar saat tubuh-tubuh mereka terbakar dan jatuh seperti hujan daging busuk.
Real bahkan tidak bisa bernafas untuk saat ini, sangking banyaknya jumlah burung mutan.Kemampuan di kerah kan untuk mengurangi jumlah burung.
Namun dari belakang…
“AWAAAS!!”
Kelompok Kingdom yang mengikuti dari jauh tak luput. Mereka tak sempat menyiapkan formasi. Burung-burung mutan seperti mencium bau tubuh mereka.
“APA INI?!” seru Tang Mian dengan pedang di tangan, menebas satu ekor yang menyambar. “BURUNG GILA INI DARI MANA?!”
Evan Qi terpental jatuh ketika seekor burung mencengkeram pundaknya, namun ia berhasil membalikkan tubuh dan menebasnya dari jarak dekat, tubuh burung itu hancur dengan suara PRAAANG!
Real menoleh ke belakang karena suara gaduh tak berhenti.
“…Tunggu. Itu Tang Mian?” gumamnya. Matanya menyipit. “Mereka mengikuti kita?”
Kemarahan muncul seiring tebasannya pada burung-burung yang mendekat.
“APA KALIAN IKUTI KAMI?!” Real berteriak lantang ke arah kelompok Kingdom, wajahnya marah.
Tang Mian tak menjawab, terlalu sibuk menangkis serangan. Sementara Evan Qi hanya bisa mendengus, “Sial… ketahuan.”
Ledakan petir mengguncang hutan. Salah satu anggota militer memanggil petir dari tangannya, memusnahkan belasan burung sekaligus.
Tapi burung-burung itu seperti tidak takut. Mereka semakin liar.
“Aku aktifkan penghalang udara!!” teriak seorang wanita dari tim Kingdom yang mengendalikan elemen angin. Sekitar lima orang berhasil masuk dalam lingkaran perlindungan sebelum tabrakan burung mutan mengguncang sisi-sisinya.
“Bunuh semua sebelum yang lain datang! Cepat!” seru Real.
Bukan waktunya untuk mempertanyakan kenapa kelompok itu menggunting mereka tapi ini adalah waktu untuk kembali mengerahkan kemampuan.
Berdoa saja mereka akan selamat, setelah itu dia baru akan menghitung rekening ini pada tim kingdom.
Tang mian pula menoleh ke Evan Qi yang mengerang dengan luka di bahunya. Ia mendekat sambil membakar seekor burung yang hendak menyambar pria itu.
“KAU BAIK-BAIK SAJA?” kata tang mian khawatir.
Evan tersenyum pahit. “Seharusnya aku tidak menyarankan ini …”
Tang mian meskipun mengkhawatirkan kekasihnya tapi dia juga tidak memiliki banyak waktu untuk memperhatikan pria itu. lengah sedikit saja dia pasti akan tercakar.
Tang mian mengeluarkan kemampuannya bahkan menebas di saat yang sama.
Di antara jeritan burung, suara tembakan, dan raungan elemen, dua kelompok itu kini bertarung berdampingan. Bukan karena ingin tetapi karena tidak ada pilihan.
Langit kini berubah merah karena api dan darah, dan tubuh burung-burung mutan berjatuhan bagai hujan kematian di atas bumi yang sudah lama kehilangan kedamaian.
Langit berubah semakin gelap. Ini karena ratusan burung mutan yang terus menukik dari pepohonan, menerjang siapa saja yang bergerak.
Jeritan pertama terdengar dari prajurit muda militer. Seekor burung mencungkil matanya sebelum menyayat lehernya dengan paruh bengkok. Darah muncrat deras di tanah berlumpur. Tubuhnya jatuh berdebum, terhuyung beberapa kali sebelum akhirnya diam selamanya.
“AHH! HARI! HARI GUGUR!!” seorang rekan menjerit, namun terpaksa memutar tubuh untuk menembak dua burung yang menerjang dari belakang.
Real tak menunjukkan reaksi. Matanya dingin, tubuhnya seperti mesin perang. Ia berputar cepat, menusuk satu ekor burung ke tanah dengan belatinya, lalu menarik senapan dan menembak tanpa ampun ke langit. Dia melompat tinggi, menginjak batang pohon untuk meraih ketinggian, lalu menghujani serangan dari atas.
“Aku akan buat kalian menyesal menyentuh timku,” gumamnya lirih penuh amarah.
Sementara itu, Lili mundur cepat dari medan utama. Napasnya tersengal. Api di tangannya mulai melemah. Energinya terkuras.
“Aku bukan petarung barisan depan…” bisiknya, mencari perlindungan di balik puing bekas truk . Namun langkah kakinya terhenti ketika ia mendengar suara langkah ringan menyusulnya.
“Lili!”
Evan Qi.
Wajahnya kotor, ada luka lecet di pipi, tapi matanya tetap penuh obsesi. Tangannya kosong, tapi niatnya jelas.Entah kapan bisa datang ke arah Lili.
“Apa yang kau lakukan, Evan?!” tanya Lili tajam. “Pergi ke tempat aman,atau bantu bertarung kalau bisa!”
Evan terengah-engah,dia tidak nyaman di marahin Lili. “Aku tahu aku nggak punya kekuatan… Tapi aku nggak bisa tinggal diam. Aku nggak mau kau terluka.”
Alasan, Jika Lili tidak punya sistem, mungkin bisa akan percaya jika Evan benar benar khawatir pada nya dengan tulus
Lili melangkah mundur karena seekor burung datang. “Ini bukan waktunya untuk...”
WHAAAM!!
Sebuah ledakan di langit melemparkan api dan tubuh burung terbakar ke segala arah. Salah satu tubuh jatuh tepat di antara mereka, membuat Lili terhuyung dan Evan refleks menangkapnya.
Sesaat dunia seperti melambat. Napas mereka saling bersahutan. Wajah Lili merah, bukan hanya karena panas pertempuran… tapi karena kedekatan itu.
Evan membuka mulut, ingin mengatakan sesuatu..
Namun dari atas, seekor burung mutan dengan cakar setajam pisau,dia menukik seperti rudal, mengincar Lili yang lengah!
“AWAS!!”
Real melesat seperti peluru, bahunya menghantam Evan keras hingga pria itu terhempas ke tanah.Tapi fokus real hanya pada lili.
“JANGAN SENTUH DIA SEMBARANGAN!” teriak Real sambil menusuk leher burung mutan dengan belatinya, darah gelap menyemprot langsung ke wajahnya.
Lili terpaku dengan penyelamat ini. “Real…”
Tanpa menoleh, Real mendesis, “Jangan tinggalkan formasi. Kau bisa mati.”
Lili menggertakkan giginya dan kembali menggenggam pisau nya. Kali ini matanya tajam. Dia berdiri sejajar dengan Real, tak mau terlihat lemah di hadapan pria itu.
Di sudut lain, Tang Mian mengayunkan pedang besar miliknya, menebas dua burung sekaligus. Salah satu anggotanya sudah jatuh terseret kawanan burung yang langsung mencabik tubuhnya di udara seperti binatang buas yang lapar.
“KITA BUTUH LINGKARAN PERTAHANAN!! KITA TIDAK BISA TERUS TERPISAH!!” teriak Tang Mian.
“SEMUA DENGARKAN! FORMASI BERTAHAN DI TENGAH!! YANG BERKEMAMPUAN API DAN ANGIN DI DEPAN! CEPAT!!” perintah Real.
Dalam kekacauan, dua kelompok yang tadinya saling tidak percaya akhirnya membentuk barisan bertahan. Mayat burung berserakan. Tanah basah oleh darah, entah darah manusia atau makhluk itu.
Pertempuran belum usai. Tapi satu hal jelas, kepercayaan teruji, dan niat tersembunyi mulai terungkap.
thor Doble up ya /Grin/