NovelToon NovelToon
Getot Darjo

Getot Darjo

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Dendam Kesumat
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: ihsan halomoan

Dalam menimba ilmu kanuragan Getot darjo memang sangat lamban. Ini dikarenakan ia mempunyai struktur tulang yang amburadul. hingga tak ada satupun ahli silat yang mau menjadi gurunya.

Belum lagi sifatnya yang suka bikin rusuh. maka hampir semua pesilat aliran putih menjauh dikala ia ingin menimba ilmu kanuragan.

Padahal ia adalah seorang anak pendekar yang harum namanya. tapi sepertinya pepatah yang berlaku baginya adalah buah jatuh sangat jauh dari pohonnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ihsan halomoan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kilas Balik 2

Debu mengepul di bawah pohon tempat Getot terikat. Ayah dan ibunya terhuyung mundur, napas mereka terengah-engah. Keempat ninja itu, meski terluka, masih berdiri tegak dengan seringai kemenangan di balik topeng mereka. Getot hanya bisa menyaksikan dengan hati hancur saat kedua orang tuanya terdesak hingga batas akhir.

Dalam situasi genting itu, Pendekar Rancawangi saling bertukar pandang. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, mereka mengerti apa yang harus dilakukan. Dengan gerakan serempak, mereka merentangkan tangan ke depan. Seketika, bumi di sekitar mereka bergetar hebat. Energi dahsyat mulai memancar dari telapak tangan mereka, menyatu menjadi sebuah sinar berwarna emas yang menyilaukan. Ilmu pamungkas mereka, gabungan kekuatan yang selama ini mereka latih dengan susah payah, Segara Geni, akhirnya dilepaskan.

Sinar emas itu meluncur cepat bagai anak panah menuju keempat musuh yang berdiri tak jauh dari mereka. Para ninja itu, yang sudah mendengar legenda kedahsyatan Segara Geni, tidak berniat mati sia-sia. Dengan sigap, mereka berkumpul dan membentuk sebuah formasi lingkaran. Energi berwarna ungu pekat memancar dari tubuh mereka, menyatu di tengah formasi. Sebuah perisai energi berbentuk lingkaran ungu pun terbentuk, siap untuk menahan gempuran ilmu Segara Geni.

Saat kedua kekuatan itu bertabrakan, ledakan dahsyat mengguncang seluruh area. Bumi bergetar semakin kuat, ranting-ranting pohon patah dan daun-daun berguguran seperti hujan. Cahaya keemasan dan keunguan saling beradu, menciptakan pusaran energi yang mengerikan. Keempat ninja terpental mundur dengan keras, tubuh mereka menghantam tanah dengan bunyi gedebuk. Darah segar mengalir dari mulut mereka, namun mereka masih berusaha untuk bangkit, meski dengan langkah sempoyongan.

Nahas bagi kedua Pendekar Rancawangi. Benturan energi yang maha dahsyat itu ternyata terlalu kuat bagi mereka. Tubuh mereka juga terpental, namun tidak ada gerakan lagi setelahnya. Mereka tergeletak tak bernyawa di tanah yang berdebu.

Getot yang menyaksikan semua itu dari atas pohon, membeku dalam kengerian. Matanya nanar menatap tubuh kedua orang tuanya yang tak bergerak. Air mata tak terasa mengalir deras membasahi pipinya. Ia meronta-ronta sekuat tenaga, namun ikatan tali itu tetap tak bergeming. Keputusasaan mencengkeram hatinya lebih kuat dari tali yang mengikat tubuhnya. Ia ingin berteriak, melampiaskan kesedihan dan kemarahannya, namun suaranya tertahan oleh kain yang membekap mulutnya.

Keempat ninja itu, dengan susah payah, kembali berdiri. Mereka terhuyung-huyung mendekati tubuh kedua pendekar yang telah mengorbankan diri. Salah seorang dari mereka berjongkok dan memeriksa denyut nadi kedua Pendekar Rancawangi. Setelah memastikan bahwa kedua lawannya telah tewas, ia memberi isyarat kepada rekan-rekannya.

"Kita berhasil," ucap salah seorang ninja dengan suara serak, bercampur antara lega dan getir. "Ilmu mereka memang dahsyat, hampir saja kita tidak selamat."

Ninja yang lain mengangguk setuju. Mereka menatap tubuh kedua pendekar itu dengan raut muka yang sulit diartikan. Ada rasa hormat bercampur dengan kelelahan dan luka yang mereka derita. Misi mereka telah selesai, namun harga yang harus dibayar ternyata sangat mahal.

Sementara itu, Getot masih terpaku di atas pohon, menyaksikan adegan mengerikan di bawah sana. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Kedua orang tuanya, pahlawan baginya, kini terbaring tak bernyawa. Dunia Getot runtuh seketika. Rasa kehilangan yang mendalam menusuk jantungnya, bercampur dengan amarah yang membara kepada para pembunuh itu. Dalam hati Getot, tumbuh sumpah yang tak akan pernah padam: ia akan membalas dendam atas kematian kedua orang tuanya.

Cahaya rembulan merah tembaga menyoroti wajah-wajah yang baru saja melakukan pembantaian keji. Dengan gerakan serempak, keempat ninja itu membuka penutup wajah mereka. Dari atas pohon, di tengah kegelapan malam yang rembulan, Getot menatap jelas setiap detail wajah mereka. Setiap guratan, setiap ekspresi dingin dan tanpa penyesalan terukir dalam benaknya, menjadi bara dendam yang takkan pernah padam.

Sura galih, dengan wajah tanpa ekspresi seorang pemimpin, memperlihatkan rahang tegas dan mata setajam elang. Wiro caling dengan seringai tipis yang meremehkan, tampak angkuh dengan bekas luka kecil di pelipisnya. Marta guna, dengan wajahnya yang keras dan berotot, memancarkan kekuatan fisik yang brutal. Terakhir, Lumbung Angin, dengan tatapan mata yang sulit dibaca, menyimpan kecepatan dan kelincahan yang mematikan.

Getot mengepalkan tinjunya erat-erat hingga buku-buku jarinya memutih. Ia merekam setiap wajah itu dalam sanubarinya, menjadikannya peta dendam yang akan menuntun setiap langkahnya di masa depan. Janji untuk membalas kematian kedua orang tuanya semakin mengkristal dalam hatinya.

Setelah memastikan kedua Pendekar Rancawangi tak lagi bernyawa, keempat ninja itu mulai berbincang dengan nada rendah, seolah tak ingin ada saksi yang mendengar percakapan mereka.

"Kita pastikan tidak ada jejak yang tertinggal?" tanya Sura galih, matanya mengawasi sekeliling area pertempuran.

"Tenang saja, Sura galih," jawab Wiro Caling dengan nada meremehkan. "Semua sudah beres. Mereka tidak akan pernah menjadi masalah lagi."

"Aku dengar Pendekar Rancawangi punya seorang anak," sela Martaguna dengan suara berat. "Apakah kita perlu mencari dan menghabisinya juga?"

Wiro Caling tertawa sinis. "Anak? Kabarnya dia lemah, tidak mewarisi ilmu kanuragan orang tuanya. Bahkan mungkin tidak tahu apa-apa tentang dunia persilatan. Dia bukan ancaman."

Lumbung Angin yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara dengan suara pelan namun tegas. "Kita tidak tahu pasti. Lebih baik kita berhati-hati."

"Sudahlah, Lumbung Angin," timpal Sura Galih. "Kita sudah mempertaruhkan segalanya untuk misi ini. Kita harus percaya pada informasi yang kita dapatkan. Anak lemah tidak perlu dipedulikan. Yang penting, misi kita berhasil dan tidak ada yang tahu tentang keterlibatan kita dalam pembunuhan berencana ini."

"Benar," sahut Wiro Caling. "Lagipula, siapa yang akan menyangka bahwa kematian dua pendekar hebat ini adalah hasil dari rencana licik kita? Mereka pasti akan mengira ini adalah akibat dari perselisihan dengan kelompok lain."

"Kita sepakat untuk tidak kembali ke tempat ini lagi," lanjut Sura Galih. "Terlalu berisiko jika telik sandi dari Mataram mencium sesuatu yang mencurigakan. Kita berpencar dan bertemu kembali di tempat yang telah kita tentukan."

Ketiga rekannya mengangguk setuju. Mereka merasa aman dengan rencana mereka. Mereka yakin bahwa jejak mereka telah terhapus dan tidak ada seorang pun yang mengetahui kejahatan yang baru saja mereka lakukan. Mereka tidak menyadari bahwa di atas sana, di kegelapan malam, seorang Pemuda dengan mata penuh dendam telah menyaksikan segalanya dan mengukir wajah mereka dalam ingatannya.

Setelah perbincangan singkat itu, keempat ninja itu bersiap untuk pergi. Mereka bergerak dengan lincah dan menghilang satu per satu ke dalam kegelapan malam, meninggalkan Getot seorang diri bersama jasad kedua orang tuanya di bawah sinar rembulan merah yang dingin. Getot terus meronta dalam diam, air matanya bercampur dengan tekad yang membara. Malam itu, di bawah saksi langit yang berdarah, seorang Pemuda telah kehilangan segalanya dan berjanji untuk menuntut keadilan.

1
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
nah udh kembali si getot, jgn jd nakal lagi getot dgn nyawa barumu..
Zirah Naga: nakal dikit boleh lah 😁
total 1 replies
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
jd apakah getot yg baru nantinya? 🧐🤔 lanjutkan Thor..
Zirah Naga: alhamdulillah. mudah2an kk juga sehat selalu👍
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️: sama² Thor sehat Thor? 🤗🙏
total 3 replies
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
waahh si getot.. mau enaknya aja.. semangat author dgn karya barunya..
anggita
like, iklan.... 👍👆 utk novel laga lokal.
Zirah Naga: makasih kak anggit udah mampir lagi di karya baruku.
total 1 replies
Hakunamatata♠️
Getot Suguru kah?
Zirah Naga: bukan bro. jujutsu kaisen itu mah 🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!