Cinta yang tak mendapatkan restu orang tua memanglah sulit, namun Ralina sari dan bagus cahyadi tak putus asa
meski telah dilarang menjalin hubungan namun nyatanya keduanya masih saling bersama dan berjuang untuk mendapatkan restu itu
keduanya telah menjalin hubungan sejak duduk dibangku SMA, Bagus yang merupakan kakak kelas Ralina. Bagus menyukai gadis itu sejak pertama kali melihatnya ketika ralina menjadi siswa baru
sampai saat ini keduanya telah menjalin hubungan selama lima tahun lamanya dan masih berharap hubungannya akan melangkah ke jenjang yang lebih serius
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri_uncu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terkejut
hari ini sita berjanji akan mengajak suaminya datang menemui adik dan bundanya, sita mengaku sudah menikah sirih dengan suaminya hampir tiga tahun ini dan juga saat ini sita telah memiliki anak
Selama satu tahu ini sita menyembunyikan kehamilannya pada adik dan bundanya karena masalah adiknya yang belum selesai. Sita tak mau menambah beban untuk keluarganya
Dan saat ini anaknya sudah berusia tiga bulan jadi sita ingin memberitahukan semuanya. Tak ada lagi yang ditutup-tutupi dan saat ini sita sudah sah menjadi istri kedua dengan persetujuan istri pertama pak wijaya
"assalamualaikum"
Suara mobil berhenti tepat dihalaman rumah kecil dan sederhana milik bu mira dan juga lily
"walaikumsalam" bu mira berlari tak sabar bertemu dengan sita yang sudah satu tahun tak bertemu hanya lewat panggilan video saja keduanya berkomunikasi dengan alasan sita sibuk untuk s2 juga pekerjaannya yang tak bisa ditinggal
"nak, bunda kang....."
Bu sita tak melanjutkan ucapannya setelah membuka pintu
"bunda, ini cucu bunda" sita menggendong anaknya dan dibelakangnya suaminya berdiri
"cu-cucu? jangan becanda sita?" bu mira lebih syok lagi melihat siapa pria dibelakang anaknya
Brug
"bunda! Ly, lily tolong" sita berteriak karena tak bisa membantu
"pah, bantu bunda pah" sita meminta bantuan suaminya
"bunda kenapa?" lily membantu suami kakaknya mengangkat bu mira dan membawa ke sofa
"pak...pak ang-angga ngapain kesini?" lily juga sangat syok melihat calon mertuanya ada di rumahnya
"bagus, bapak sama bagus? Mau ngapain pak?" lily takut bagus tahu dimana lily tinggal saat ini
"ly, sabar dulu. Nanti kakak jelaskan, dan tidak ada bagus disini" ucap sita
"pah, bantu gendong nisya dulu" sita memberikan anaknya pada suaminya
Lily masih tak bisa mencerna ucapan kakaknya tapi tak peduli yang dikhawatirkan kini adalah bundanya
"bunda, bun bangun" lily membangunkan bundanya, tak pernah sebelumnya bu mira sampai pingsan seperti ini
"bunda" sita mengusap-usap wajah bu mira pelan
"bun, maafin sita bun maaf" sita menangis sambil memeluk bundanya
"si-sita ini semua mimpi kan nak, ini hanya mimpi bukan?" bu mira mulai sadar
"bunda" lily juga memeluk bu mira
"bunda maaf, maafkan sita bun" sita terus menangis dan.menciumi tangan bu mira
Bahkan saat ini bersimpuh dikaki bu mira
"ini semua salah saya bu, saya juga minta maaf atas yang terjadi tapi ini takdir kami" pak angga wijaya buka suara
"takdir! Takdir apa yang anda maksud?" bu mira beranjak meski kepalanya masih sangat pusing dan tubuhnya belum stabil
"bunda duduk saja bun" lily menenangkan bundanya
"bunda, ini juga salah sita tapi kami saling mencintai bunda, lihatlah cucu bunda ini" sita menggendong nisya dan memperlihatkan pada bu mira
"cinta? Kamu bodoh atau gimana sita. Dia punya istri dan keluarga kamu telah merusak keluarga orang lain dan kalian sebut takdir" bu mira tak sudi melihat cucunya sendiri meski dalam hatinya sangat ingin
Perbuatan anaknya tak bisa dimaafkan atau dianggap mudah, bu mira tak pernah mengajarkan anaknya untuk merebut milik orang lain
"pergilah, dan jangan anggap aku ibumu lagi. Tak perlu kirim uang kami sangat cukup apalagi lily juga sudah bekerja. Saya mohon pergilah dan anggap saya sudah tak ada begitupun sebaliknya" bu mira memalingkan wajahnya
"bunda, jangan begini bunda maaf. Maafkan kami maafkan sita bunda, nisya tak bersalah jadi jangan lakukan ini. Kami sayang sama bunda" sita menangis dan bersimpuh
"bu maafkan kami, semua terjadi begitu saja tapi ini juga ada alasannya bu, saya dan istri saya akan bercerai ketika anak kami telah menikah semua, sita ngga salah bu" pak angga ikut bersimpuh
Wanita yang usianya tak begitu jauh berbeda dengannya kini adalah calon mertuanya, yang sebelumnya adalah calon besannya
Pak angga sebelumnya tak tahu jika sita adalah kakak dari pacar anaknya, sampai pada saat itu pak angga menyelidiki latar belakang keluarga sita agar bisa mencari kelemahannya dan mengikat sita agar menjadi miliknya
"jangan bicara pada saya, tolong keluar dari rumah ini dan jangan pernah kembali" bu mira tak luluh dengan ucapan sita dan pak angga
Meninggalkan keduanya yang masih berlutut dan masuk.ke kamarnya
"sebaiknya kalian pergi dulu, aku akan bicara pada bunda pelan-pelan" ucap lily
Meski sangat syok dan terkejut tapi semua sudah terjadi dan lily tak mau menghakimi kakaknya, mungkin keadaan yang membuat kakaknya seperti itu dan lily merasa sangat bersalah
"baiklah, kami akan kembali setelah bunda tenang" sita mengajak pak angga pergi
Perjalanan tiga jam ditempuh untuk menemui bundanya tapi sita tak kecewa, bundanya berhak marah tapi yakin suatu saat akan luluh apalagi dengan adanya cucu
Sita pamit pada lily dengan terpaksa