NovelToon NovelToon
Mon Chéri [Sayangku]

Mon Chéri [Sayangku]

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Fantasi Wanita
Popularitas:858
Nilai: 5
Nama Author: Pricilia Gabbie

Danica Teressa, seorang gadis belia yang cantik, manis, bertalenta, harus mengalami hal buruk di masa remajanya karena hamil di luar nikah, diusianya yang masih delapan belas tahun.
Keneth Budiman adalah crush Danis disekolah dan juga laki-laki yang menghamili Danis. Tapi Keneth dan kedua orangtuanya menolak untuk bertanggungjawab.
Danis terpuruk dan hilang harapan.

Tiga tahun kemudian, Danis secara tidak sengaja bertemu dengan seorang pria bernama Anzel Wijaya di kota Montreux, Swiss. Akankah benih-benih cinta tumbuh diantara mereka berdua?

Dan apakah Keneth akan datang kembali untuk mengakui perbuatannya kepada Danis? Dan mengakui bahwa ia adalah ayah dari anak yang dilahirkan Danis?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pricilia Gabbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sesi Pemotretan

Penandatangan kontrak berjalan dengan lancar.

“Terima kasih Danis atas kesediaanya, semoga kerjasama ini akan membuahkan hasil yang baik”. Ansel dan Danis bersalaman sebagai tanda kesepakatan.

“Minggu depan kita akan segera melakukan pemotretan”. Ansel memberitahu.

“Ok. Mohon arahannya Ansel. Karena ini hal yang baru buat aku. Dan aku tidak ingin membuat kesalahan. Aku tidak ingin membuat kalian kecewa”. Ucap Danis.

“Tentu saja! Ada tim yang akan mendampingi kamu. Aku juga akan mengawasi langsung”.

#Seminggu kemudian...

Sesi pemotretan sebenarnya akan dimulai tiga jam lagi, tapi Danis sudah tiba di studio dari jam tujuh pagi. Karena Danis masih harus melakukan fitting baju-baju yang akan dia kenakan dan juga harus dimakeup.

Setengah jam sebelum dimulai, barulah Ansel tiba di studio pemotretan.

“Danis sudah ada kan?”. Tanya Ansel kepada timnya.

“Sudak pak, sementara dimakeup”. Jawab salah satu tim.

Setelah selesai, akhirnya Danis keluar dari ruang makeup.

Danis telah mengenakan Dress hitam cantik yang sexy yang terbuka pada bagian punggungnya. Rambutnya di style messy bun.

Ansel memutar badannya ingin melihat kearah Danis.

Ansel terpaku dan terpanah...

Ia tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya.

Danis tampil menawan, sangat cantik. Apalagi dipadukan dengan perhiasan yang nantinya akan dirilis, yang Danis kenakan pada jari manisnya dan telinganya. So stunning...

Siapapun yang melihatnya pasti pangling.

Itu juga yang dirasakan Ansel saat ini.

Matanya tak bisa berkedip.

“Ansel, kenapa? gak cocok ya?”.

Danis penasaran karena Ansel terus memandanginya.

“Aa... hah..?

Eeehh... cocok kok, cocok!”, jawab Ansel gelagapan.

“Ok, ayo kita mulai! Danis kamu sudah siap kan?”,seru sang fotografer.

“I... i... iya...”, jawab Danis gugup.

“Jangan gugup, santai aja!”, kata sang fotografer.

Ansel tak menyangka akan melihat Danis yang ada dihadapannya saat ini sangat cantik menawan.

Tidak seperti sebelum-sebelumnya saat bertemu Danis, perasaannya biasa saja.

Danis memanglah sudah cantik. Tapi saat ini auranya kecantikannya sangatlah memukau.

Ansel tak bisa mengalihkan pandangannya dari Danis.

Apalagi Danis yang sering mengumbar senyumnya yang manis, membuat Ansel jadi salah tingkah. Hatinya berdebar...

“Pak Ansel kamu memang tidak salah memilih model. Dia sangat cocok!” kata salah seorang tim.

Dirasanya Ansel tak merespon pertanyaannya, orang itu akhirnya mencoba kembali memanggil Ansel.

“Pak... pak... pak Ansel”, bahkan dia sampai harus memegang bahu Ansel.

Ansel benar-benar sedang terpana dengan kecantikan Danis. Membuat dia tidak fokus dengan orang yang ada disampingnya.

“Ah... ya? Apa? Ada apa?”, akhirnya Ansel tersadar.

“Anda tidak salah memilih model pak”. Orang itu mengulang perkataanya.

Ansel hanya merespon dengan senyuman tanpa berkata apapun.

Ansel juga begitu terpanah dengan sifat Danis yang humble dan periang yang membuatnya cepat akrab dengan semua orang ada di tempat itu.

“Ya bagus! Iya begitu! Sekarang senyum! Bagus!

Make a fears face Danis. Iya good job!”, seru sang fotografer merasa puas.

Ternyata Danis bisa dengan cepat menyesuaikan. Semua arahan-arahan dilakukannya dengan baik.

“Break sebentar ya! Nis, kamu ganti baju selanjutnya ya!”, kata fotografer.

“Ok!”, kata Danis dan tim bersama-sama.

Dan untuk tampilan kedua, Danis mengenakan midi white dress yang elegant, yang pada a-line nya memakai bahan tile halus.

Kali ini rambutnya dibiarkan terurai dengan style sleek and straight.

Saat akan kembali ke area pemotretan, Danis sepertinya harus melewati posisi Ansel yang sedang duduk.

Tapi tiba-tiba langkah Danis terhenti, dia merasa seperti ada yang menahan gaunnya.

Benar saja, gaunnya itu tersangkut pada jam tangan Ansel.

Danis melangkah mundur mendekati Ansel.

“Uhm... sorry...”, Ansel juga kaget, bagaimana bisa gaun yang Danis kenakan tersangkut pada jam tangannya.

Ansel berdiri dan berusaha melepaskan gaun yang tersangkut pada jam tangannya.

Pada akhirnya posisi mereka berdua menjadi semakin dekat, karena Danis juga ingin membantu Ansel.

“Kok bisa tersangkut ya?”, Danis juga bertanya. “Hati-hati Ansel, nanti gaunnya rusak”, goda Danis sambil tersenyum.

Ansel yang mendengar ucapan Danis itu, langsung mengangkat kepalanya.

Hal yang sama juga dilakukan Danis. Membuat mereka berdua saling memandang dengan jarak yang dekat.

Wajah Danis langsung berubah gugup.

Ansel pun demikian.

Ansel bisa melihat cantiknya wajah Danis sangat dekat. Matanya yang indah, bibirnya yang sexy, hidungnya yang mancung, senyumannya, semua yang ada diwajah Danis sangat menarik perhatiannya.

Jantung keduanya berdetak sangat cepat. Menciptakan suasana kikuk.

Mereka berdua nampak bingung apa yang harus mereka lakukan.

Perasaan ini sungguh aneh bagi keduanya.

“Biar aku saja Nsel”. Danis berusaha menghilangkan kecanggungan antara mereka berdua.

“Ahh... ok...”, Ansel melepaskan tanganya dari gaun Danis.

Waktu serasa melambat.

Ansel dapat melihat dengan detail wajah Danis. Tanpa ia sadari, ia begitu menikmati moment ini.

Sampai akhirnya pikirannya disadarkan dengan suara sang fotografer. “Ok! Ayo lanjut...!”.

Danis dan Ansel menjadi salah tingkah tiap kali tatapan mereka tidak sengaja saling bertemu.

Akhirnya sesi pemotretan di hari itu selesai.

“Terima kasihnya semua, terima kasih untuk hari ini. Kerja sama yang sangat baik”, ucap Ansel yang kemudian disambut dengan tepuk tangan semua orang.

Setelah berganti pakaian, Danis keluar dari studio dengan beberapa orang tim.

“Nis, kamu bawa kendaraan?”, tanya salah seorang tim.

“Enggak, tadi aku naik ojol kesini”, jawab Danis.

“Kalau begitu kami pulang lebih dulu yah!”

“Ok, hati-hati yah...”, ucap Danis.

Kemudian Ansel juga keluar dari studio.

Ansel melihat Danis yang sedang berdiri di depan studio seperti sedang menunggu.

“Belum pulang nis?”, tanya Ansel.

Danis menoleh ke arah suara itu.

“Iya, ini mau order ojol dulu. Motor aku masuk bengkel, jadi tadi pagi naik ojol kesini”.

“Bagaimana kalau bareng aku aja?”, Ansel mencoba menawarkan. “Sudah malam, lebih aman kalau naik mobil”.

“Hmmm, Apa gak merepotkan?”. Danis bertanya.

“Gaklah... ayo naik!”.

Sepanjang perjalanan keduanya lebih banyak diam. Tidak ada yang berinisiatif memulai pembicaraan. Suasana semakin canggung.

“Nis terimakasih untuk hari ini, sepertinya semua orang senang kerjasama dengan kamu”, Akhirnya Ansel mencoba mencairkan suasana.

“Ahh... iya sama-sama. Semoga hasilnya memuaskan!”.

“Oyaa Danis, maaf kalau aku lancang bertanya hal ini. Yang waktu itu bersama kamu di restaurant apakah itu anak kamu?”, rupanya Ansel masih cukup penasaran walaupun Hanna sudah mejelaskan padanya.

“Iya... itu anak aku. Namanya Liam”. Jawab Danis sambil tersenyum.

Suasana kembali hening...

“Sepertinya Hanna sudah menceritakan semuanya padamu yang terjadi padaku ya?”, Danis bertanya dengan tetap memberikan senyumannya.

Ansel menghadapkan kepalanya ke posisi Danis yang duduk disampingnya. Ansel cukup kaget, karena tidak menyangka Danis akan berkata seperti itu.

“Kenapa? Kok kamu yang kaget?” ucap Danis ramah. “Tenang saja nsel. Aku sudah berdamai dengan masa lalu aku.”. Lanjutnya dengan tenang.

“Nanti aku kenalin lagi kamu dengan Liam”.

Entah kenapa hati Ansel tergugah setelah mendengar apa yang dikatakan Danis.

Ansel sesekali melihat ke arah Danis ingin memastikan apakah wanita disebelahnya ini sedang marah atau sedih.

Tapi tidak, Danis justru memperlihatkan senyuman.

“Jangan tersenyum Danis, aku akan gila melihatnya”. Ansel menggerutu dalam hatinya.

Akhirnya mereka tiba di rumah Danis.

“Ini rumah aku. Terimah kasih Ansel sudah mengantar aku pulang”. Ucap Danis.

“Iya sama-sama, salam buat Liam”.

“Kamu hati-hati ya... bye...”.

Danis pun turun dari mobil Ansel dan langsung masuk ke dalam rumah.

Selama perjalanan balik setelah mengantar Danis, Ansel bertanya-tanya dalam hati ada apa dengan perasaannya saat ini.

Ada yang aneh.

Kenapa saat berdekatan dengan Danis ia menjadi salah tingkah. Perasaannya jadi tidak karuan.

Tidak seperti sikapnya sebelumnya yang biasa saja ketika bertemu dengan beberapa wanita.

Tangan kanannya memegang setir mobil, sementara tangan kirinya memegang dagu.

“Ah nggak, gak mungkin. Aku hanya merasa kagum saja dengan cara kerjanya. Gak ada perasaan lebih”. Ansel berusaha menepis perasaanya.

“Mmcc!”, Ansel kesal sendiri dengan perasaannya yang bingung.

1
Mèo con
Ini author beneran jago banget, keren! 👍
Pricilia Gabbie: apakah masih ngikutin update ceritanya? bagaimana tanggapannya?/Smile/
Pricilia Gabbie: terimakasih banyak buat supportnya 🙏🏻 semakin semangat buat update 🥰
total 2 replies
Pricilia Gabbie
/Kiss/ sabar ya sayang nunggu updatenya 🤏🏻
Muriel
Ga sabar buat kelanjutannya!
Pricilia Gabbie: udah baca updatenya?? /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!