Cewek matre? Itu biasa! Lalu, bagaimana dengan cowok matre? Sangat luar biasa.
Itulah yang Delia rasakan, memiliki kekasih yang menjadikannya seperti ATM berjalan. Hingga pada akhirnya, putus cinta membawa Delia yang tanpa sengaja menghabiskan satu malam bersama dengan pria asing.
Bagaimana cerita Delia selanjutnya? Yuk simak!
So Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27 ONS
Aryan berlari keluar dari kamarnya setelah mendengar suara teriakan Delia. Dia pun menghidupkan lampu lalu berjalan cepat mendekati istrinya itu.
"Ada apa, Delia?" tanya Aryan memegang kedua bahu Delia. Wanita itu langsung mendekap tubuh Aryan. Tak terasa air matanya menetes dengan deras.
''Kenapa berteriak seperti itu? Katakan padaku." Aryan merasa khawatir.
Jemi dan Naima ikut turun ke lantai bawah, mereka mendengar suara berisik dari sana dan memutuskan untuk melihatnya.
"Ada apa ini?" tanya Jemima melihat Delia yang sedang memeluk Aryan.
"Ada apa dengan Delia, Ar?" tanya Naima mendekati.
"Entahlah, Kak. Sepertinya dia syok berat."
"Ayo, bawa dia duduk dulu!" mereka berdua membantu Delia untuk duduk di sofa.
"Bicaralah, Delia. Apa yang terjadi? Kenapa kau berteriak seperti itu?" Aryan mengusap kepala Delia.
"Aku takut, Tuan Aryan." ucap Delia sesenggukan.
"Tenanglah, aku ada disini." Aryan melirik kakaknya. "Kak, tolong ambilkan air untuk Delia."
Naima mengangguk, dia pun mengambilkan air dan memberikannya pada Aryan.
"Minumlah dulu, setelah itu kau bisa ceritakan semuanya padaku." Delia menenggak air putih itu hingga tandas. Peluh masih membasahi dahinya.
Beberapa menit kemudian.
"Sekarang kau sudah bisa bicarakan? Ayo, ceritakan semuanya pada kami. Tengah malam malah membuat huru-hara." cibir Jemima dengan nada kesal.
"Ma, tidak untuk sekarang. Delia sedang syok, jangan memaksanya." ucap Naima.
"Tadi aku merasa kesulitan untuk tidur, lalu aku haus, dan ku lihat, minumnya habis. Aku mengambilnya ke dapur, saat ingin ke kembali kamar, aku melihat sesuatu dibalik tirai jendela. Setelah ku cari, tidak ada apa pun disana. Tapi, aku merasa ada seseorang yang sedang memperhatikanku. Aku membuka tirai lagi, dan ku lihat ada sosok jubah hitam berdiri diluar, menatapku dengan tajam. Lalu, aku merasa ada yang memegang pundak ku, dan saat aku berbalik, ternyata sosok jubah hitam itu sudah ada di depanku. Dia membawa senjata tajam, Tuan Aryan. Aku takut, bagaimana jika dia punya niat untuk menyakiti ku atau kandunganku?" ucap Delia menjelaskan dengan napas tak beraturan, air mata pun ikut menetes di pipinya.
Aryan kembali memeluk Delia. "Tidak akan ku biarkan terjadi sesuatu pada kalian berdua."
"Dia pasti akan kembali lagi," ucap Delia ketakutan.
"Sst! Aku akan menjagamu."
Terdengar helaan napas panjang dari Jemima. "Omong kosong apa ini, Delia? Kau mungkin berhalusinasi. Tidak mungkin ada orang yang berani masuk ke rumah ini."
Naima terdiam, dia merasa ucapan ibunya itu benar. Tapi, dia tidak menyalahkan Delia untuk semua itu.
"Aku tidak bicara omong kosong, semua ini kenyataan."
"Ar, sepertinya Delia kurang istirahat, sampai-sampai dia berhalusinasi seperti itu." Naima berbicara pelan agar tidak menyakiti perasaan Delia.
"Kenapa kalian tidak percaya padaku? Aku tidak mengarang cerita, aku ketakutan." Delia mengurai pelukannya, dia berjalan cepat menuju kamarnya.
"Aryan, sebaiknya sekarang kau periksa keluar untuk menjamin keamanan kita semua."
Aryan mengangguk, dia membuka pintu dan berjalan mengelilingi seluruh penjuru rumah. Bahkan, pohon-pohon yang ada di pekarangan rumahnya pun tidak dia lewatkan. Kemudian, dirinya bertanya pada satpam penjaga rumah itu.
"Pak, apa tadi kau melihat ada orang masuk ke rumah ini?"
"Tidak, Tuan. Saya dari tadi berjaga, berkeliling, dan tidak melihat apa pun. Semuanya aman."
"Baiklah, kau bisa kembali bertugas." Aryan kembali masuk ke dalam rumah.
"Bagaimana? Apa kau menemukan sesuatu yang mencurigakan?" tanya Jemi, dijawab gelengan oleh Aryan. "Sudah Mama duga, kalau wanita itu hanya berhalusinasi. Jika dia tetap bersikap seperti ini, maka bawa saja dia ke psikiater atau tidak rumah sakit jiwa! Mengganggu tidur orang saja." tukas Jemi, lalu dia pergi dari ruang tengah.
"Kau harus sabar menghadapinya, dan terus berikan dia semangat yang positif agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Kontrol tidurnya, pastikan dia beristirahat dengan teratur agar tidak berhalusinasi." Naima menyusul sang Mama.
Aryan masih diam di tempatnya berdiri, dia merasa heran. Tidak mungkin Delia berhalusinasi, pikirnya. Dia merasa sesuatu yang besar akan terjadi pada Delia, dirinya harus selalu ada di samping wanita itu.
Saat berada di kamar, Aryan melihat Delia yang masih belum tidur. Dia mendekati wanita itu, membelai rambutnya dengan penuh kelembutan. Aryan tidak ingin Delia merasa stress, karena semua itu bisa mengganggu kandungannya.
"Kenapa belum tidur, hm?" tanya Aryan pelan.
"Aku masih merasa takut, Tuan Aryan. Aku tidak bisa melupakan kejadian ini."
"Jangan terlalu dipikirkan, aku selalu ada di sampingmu. Jika butuh sesuatu, kau bisa bangunkan aku. Jangan keluar sendirian." ucap Aryan, dan Delia mengangguk paham.
Di sisi lain, di sebuah ruangan yang pantas disebut sebagai gudang. Seorang wanita tengah berdiri disana, dia menatap beberapa foto yang ada disana, kemudian matanya terhenti di foto milik Delia. Dirinya tersenyum sinis.
"Ini baru permulaan, kita tunggu saja kejutan selanjutnya."
*****
Bersambung
kaya kaca mbke /CoolGuy//CoolGuy/
biar della aja yg tunjukin bukti ke aryan biar dramatis dan usai