Pernikahan Impian. Itulah yang di harapkan oleh Kirana Amanda akan rumah tangganya bersama Rasya Adilla Ibrahimi. Namun nyatanya, Pernikahan yang dia Impikan tak sesuai dengan yang ia harapkan. Pria yang sejak awal menjadi penguatnya justru menjadi suami yang selalu membuatnya makan hati hampir setiap waktu.
Akankah Kirana mampu bersabar dengan sang suami yang belum selesai dengan masa lalunya itu? Atau Kirana akan mengambil sikap atas pernikahan Impiannya?
•••••
"Tolong beri aku satu kesempatan sekali lagi. Kali ini aku berjanji akan memperbaiki pernikahan yang kamu impikan selama ini." Rasya Adilla Ibrahimi
"Andai kamu ingkar janji, Tolong izinkan aku membangun pernikahan Impian bersama pria lain.." Kirana Amanda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepanasan
"Hooeekkk... Hoeeekkk
Kirana terdiam ketika ada sebuah tangan tiba-tiba memijat lehernya. Wanita itu medongak melihat cermin yang terletak di atas wastafel kamar mandi. Terlihat kalau Rasya masuk ke dalam kamar mandi dan memijat lehernya.
"Apakah sudah lebih baik?" Tanya pria itu mencoba menyadarkan Kirana. Dengan cepat Kirana membasuh mulut dan wajahnya. Kirana menghela nafas panjang seraya mengatur nafas.
"Terima kasih.. " Setelah mengucapkan itu, Kirana keluar begitu saja tanpa peduli dengan Rasya. Sesekali Kirana menghirup udara merasa aneh dengan dirinya yang tiba-tiba saja merasa mual.
Aneh memang. Semenjak sebulan ini Kirana tidak pernah merasakan mual dan semua baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang begitu ada Rasya anaknya yang ia kandung jadi manja begini.
"Apa kamu sering muntah-muntah seperti tadi?" Tanya Rasya kepada Kirana yang masih diam saja. Ia sudah lelah sekarang dan tak ingin bicara apapun apalagi pada Rasya yang membuat mood nya berubah.
"Kamu gak perlu tahu.." Setelah mengucapkan kata itu, Kirana pergi keluar di susul oleh Rasya yang tidak tahu harus bagaimana. Dia bukan pria yang romantis yang tak pandai membujuk wanita.
"Kamu ngapain kesini? Darimana kamu tahu aku ada disini?" Kirana sudah tak ingin basa basi lagi. Ia harus tahu apa tujuan Rasya datang.
Rasya duduk di samping Kirana. Reflek wanita itu bergeser enggan dekat dengan pria itu. Kirana masih kesal dan marah dengan suaminya ini.
"Aku datang kesini cuma mau minta maaf sama kamu dan niat membawa kamu pulang.." Ucap Rasya membuat Kirana langsung menatapnya.
"Aku tahu aku salah, Dan aku ingin memperbaiki semuanya.." Kirana menghela nafas panjang.
"Aku rasa semua tidak ada yang perlu di perbaiki selama kamu belum bisa move on. Udah lah aku capek mau istirahat.." Kirana bangkit namun dengan segera Rasya tahan pergelangan tangan istrinya itu.
"Lepas, Aku capek..
Rasya ikut berdiri menatap Kirana yang enggan melihatnya.
"Segera ikut aku pulang. Kita perbaiki semuanya dari awal dan berhentilah bekerja.." Kirana menatap Rasya tak suka. Apa katanya? Datang bukannya nanyain kabar ini malah minta berhenti kerja.
"Kenapa harus berhenti bekerja? Dengar ya? Kami gak perlu ikut campur urusanku.." Ucapnya ketus.
"Kamu lagi hamil Kirana.. Gimana kalau kamu kecapean?" Mendengar itu, Kirana tersenyum sinis.
"Tapi aku harus tetep kerja! Sebagai seorang ibu aku harus tanggung jawab atas anak yang aku kandung..
"Aku yang akan tanggung jawab.." Kata Rasya dengan tegas. Kirana diam dan menatap lurus ke depan. Matanya berkaca-kaca mengingat ucapan suaminya yang sempat meragukan anak yang dia kandung ini.
"Kamu gak perlu tanggung jawab. Karena bukan kamu ayahnya..
Deg!
Jantung Rasya tiba-tiba berdegup tak karuan. Ucapan Kirana bagaikan tamparan keras untuknya. Rasya berdiri di hadapan Kirana..
"Kamu itu ngomong apa sih? Dia anakku, Kirana. Dan aku berhak untuk tanggung jawab karena aku ayahnya!" Ucap Rasya sekali lagi dengan tegas. Rasya tidak suka istrinya bicara seperti itu. Padahal semua juga berawal darinya yang sempat percaya ucapan Rani dan Ameena dan sempat meragukan anak itu.
"Kenapa kamu gak terima? Bukannya kamu yang sempat meragukan anak ini?" Rasya menjadi gugup dan bingung harus menjawab apa.
"Kirana aku..
"Dan satu lagi. Aku kerja untuk sementara kok. Setelah kita cerai nanti aku akan pulang ke Singapura.. Aku juga kerja buat tambah-tambah uang rekening aku.. Biar pria luaran sana gak bisa remehin aku lagi. Buktinya? Aku bisa kerja kan? Aku bisa mandiri. Gak cuma bisa foya-foya sama ngabisin uang aja..." Tegas Kirana dengan ucapannya. Ia tidak ingin di remehkan dan di banding-bandingkan lagi. Semua sudah cukup dan Kirana merasa sangat lelah.
"Dan yang paling penting, Supaya aku gak di banding-bandingkan sama perempuan lain yang mandiri ngerti, Tuan Rasya yang tidak terhormat.." Rasya menelan salivanya susah payah. Istrinya tiba-tiba saja berubah. Bukankah Kirans adalah wanita yang manja?
Tak tahukah kau Tuan, Kucing lucu akan jadi singa betina kalau dia di usik.
"Kalau kamu mau pulang, Pulang sana! Aku..
"Aku gak akan pulang sebelum bisa bawa kamu pulang. Aku akan tinggal disini sama kamu.. " Kirana menatap tajam Rasya. Ia menghela nafas panjang seraya meraup oksigen sebanyak-banyaknya.
"Terserah! " Usai mengatakan itu, Kirana pergi begitu saja meninggalkan Rasya yang berseru yes.
Rasya janji akan membawa istrinya pulang kembali. Dia akan memperbaiki semuanya setelah ini.
Malam menjelang. Kirana keluar dari kamarnya dan langsung menuju dapur. Kirana tidak tahu apa yang harus ia lakukan dan bersikap seperti apa kepada suaminya. Karena sejak awal, Hubungan mereka memang sudah tidak sehat.
"Kiran bantu ya Bu?" Bu Sia yang sedang sibuk memasak itu tersenyum mengangguk. Kirana pun membantu Bu Sia memasak untuk makan malam. Kirana memasak banyak karena ada Rasya disini. Terserah pria itu mau makan atau tidak. Kalau gak mau biar makan di luar saja..
Ting
Tong
Suara bel di rumah itu berbunyi. Rasya yang mendengarnya pun tanpa pikir panjang membuka pintunya.
"Assalamualaikum...
Rasya mengernyit heran dengan kedatangan seorang pria yang tiba-tiba. Siapa pria ini? Batin Rasya. Kenapa bertamu ke rumah ini malam-malam..
"Waalaikum salam.. Cari siapa?" Tanya Rasya dengan datar. Erland memiringkan kepalanya bertanya-tanya siapa pria tampan yang berada dalam rumah ini.
"Maaf, Saya mencari pemilik rumah ini. Kirananya ada?
"Kirana..
"Erland?? Kamu datang..?"
.
.
.
Rasya sudah senang sejak tadi karena malam ini ia akan makan malam bersama istrinya. Rasya sudah berniat ingin memperbaiki hubungan yang kurang sehat itu hingga kembali sembuh.
Tapi nyatanya? Apa yang ada dalam bayangannya hancur begitu saja karena kedatangan pria yang entah siapa itu.
Lihatlah? Sejak tadi di perhatikan Erland terus saja tersenyum manis kepada Kirana. Apakah pria itu tidak melihat kalau ada Rasya suaminya. Ulang sekali lagi.. RASYA SUAMINYA!
Dan yang bikin lebih membuat geram lagi, Kirana justru lebih sibuk dengan pria itu. Suami mana yang tidak kepanasan..
"Apa ini masakanmu Kirana?" Tanya Erland pada Kirana. Tampaknya pria itu begitu menikmati makanan yang memang di masak Kirana malam ini.
"Iya? Kenapa? Tidak enak ya?
"Enak kok enak.. Aku suka.." Katanya. Kirana tersenyum, Ia merasa senang karena masih ada orang yang memuji masakannya.
"Aku kira kamu akan komentar soal masakanku.. Karena ada sih, Orang yang komen masakan aku.." Kirana melirik Rasya sebentar. Pria itu menatapnya dengan tatapan yang? Ah tau lah..
"Wah.. Masakan enak kayak gini malah di komentar. Rusak kali lidah tuh orang.." Ucap Erland dengan ekspresi kesal.
"Katanya masakan aku gak seenak masakan mantannya.. Yaudah, Mulai saat itu aku gak mau masak lagi.. Mending di bilang gak enak daripada di bandingin. Kalo bilang gak enak, Kan aku bisa belajar lebih baik lagi gitu.. Kalau di bandingin tuh rasanya nyesek.." Erland menatap Kirana yang matanya berkaca-kaca. Ada luka di mata itu. Dengan penuh perhatian, Erland meraih sebuah tisu lalu memberikannya ke hadapan wanita cantik itu..
"Makasih ya.." Erland tersenyum. Semua itu tidak luput dari tatapan mata tajam Rasya. Pria itu membuka dua kencing kemejanya merasa udara malam ini sangat panas.
"Keterlaluan sih orang yang bandingin masakan kamu itu.. Mana di bandingin sama mantannya pula.." Erlang geleng-geleng kepala tanpa sadar bahwa ada yang merasa kesindir.
"Aku sudah selesai.." Rasya meletakkan sendok dan garpu itu dengan gerakan agar kasar hingga menimbulkan bunyi. Kirana tak peduli lagi biarlah Rasya pergi. Wanita itu lebih memilih bicara dengan Erland saja di ruang makan tanpa punya rasa empati terhadap Rasya yang tengah kepanasan saat ini.
.
.
.
TBC
.... Untuk kemarin, Maaf ya.. Othor cuma bisa up sekali. Karena kemarin sodara sepupu Othor dari pihak ayah meninggal dunia karena kecelakaan tabrak lari.. Sementara kakaknya masih kritis di rumah sakit dengan luka yang cukup parah..
Othor minta doanya nggeh.. Semoga amal ibadah nya di terima di sisiNYA.
Karena Almh meninggal dengan niat baik hendak kembali ke pondok pesantren. Insya Allah syahid dan Husnul Khotimah.. Untuk keluarga yang di tinggalkam semoga selalu diberikan ketabahan, Aamin...