Warning!
Bagi yang berjantung lemah, tidak disarankan membaca buku penuh aksi laga dan baku tembak ini.
Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yg pernah ditakuti di dunia terang & gelap. Lelaki yg menghilang membawa rahasia besar—formula dan bukti kejahatan yg diinginkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yg bisa membuka aksesnya.
Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yg ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.
Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu kelam mulai menyeret mereka ke dlm lintasan berbahaya yg sama?
Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yg diuji.
Bersiaplah menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta & bahaya berjalan beriringan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Asap dan Peluru
Mereka menghantam jalanan tanah, debu beterbangan. Motor Aylin meloncat sedikit saat melewati batu besar—suspensinya berderit keras, tapi ia tetap melaju. Jembatan kayu tampak rapuh dan sempit, cukup untuk satu kendaraan.
Tanpa ragu, Aylin mengarahkannya ke sana.
Dalam celah pohon, Kanzaki sekilas melihat Aylin dan Akay meluncur cepat ke arah jembatan.
"Mereka menuju jembatan," lapor Kanzaki cepat di interkom.
"Jaga jarak, tetap dalam radius dukungan," sahut Kazehaya pendek dan tegas.
Motor Aylin melesat. Angin menampar wajah mereka. Di belakang, dua motor musuh masih membuntuti.
DOR!
Akay menembak ke arah tali penahan jembatan saat mereka hampir menyeberang.
TALI JEMBATAN PUTUS.
Begitu ban belakang mereka lepas dari papan terakhir, jembatan runtuh.
Motor-motor musuh jatuh ke jurang, disertai jeritan dan ledakan.
Kazehaya memantau lewat sudut matanya, melihat jembatan ambruk dan musuh-musuh terjun bebas ke dalam jurang.
"Target aman. Terus bergerak!" perintahnya.
Kanzaki mendorong motor lebih kencang, menembus celah sempit di antara pohon, debu dan serpihan tanah beterbangan di belakang mereka.
Aylin melirik ke kaca spion. “Berapa peluru tersisa?”
Akay membuka magazin dengan cepat. “Cukup buat pesta kecil. Tapi kalau mereka bawa pasukan tambahan, kita harus kabur cepat.”
Batas hutan sudah terlihat—jalur keluar kota tinggal beberapa ratus meter lagi.
Aylin tersenyum miring.
“Tenang. Kita lewat jalan tikus ke kota yang bahkan satelit pun nggak bisa lihat.”
Akay mengangkat alis, penasaran. Namun matanya tetap waspada mencari keberadaan musuh.
“Kamu tahu jalan tikus di sini? Kamu baru pertama kali di sini. Dari mana kamu tahu?”
"Bismo sudah sinkronin ulang kompas internal dan panel sensor motor ini," jawab Aylin, melirik sekilas ke layar kecil di dashboard yang memproyeksikan peta holografik samar. "Dia bilang ada rute tersembunyi yang bisa kita ambil tanpa terdeteksi. Motor ini bisa membantu kita menemukan jalan itu."
Akay mengangguk, sedikit lega. “Baiklah, semoga itu cukup.”
Di belakang Akay dan Aylin, pasukan Rayyan dan Neil mengunci jalur sempit dengan motor-motor mereka.
"Jangan biarkan satu pun lewat!" teriak L-1, salah satu anak buah Rayyan, sambil mengangkat senapan ke udara.
Motor musuh berdesing menghantam jalan berbatu. Asap, tanah, dan daun beterbangan.
"Ada dua dari kiri! Hajar mereka!" seru K-2, anak buah Neil, helmnya setengah tertutup, suara teredam namun tegas.
BRAK!
L-1 memutar motornya tajam, menghantam salah satu motor musuh hingga terpental dan menghantam batang pohon besar. Suara besi melengking memenuhi udara.
"Aduh, kasihan," gumam L-1 sinis. "Tapi siapa suruh ngejar kita?"
DOR! DOR!
K-2 menembakkan dua peluru ke ban motor lain. Musuh terguling keras, mengaduh sebelum menghilang di semak-semak.
"Kirain Black Nova itu elite. Baru dikit begini udah jungkir balik," ejeknya cepat di interkom.
Suara berat masuk di radio. Pemimpin pasukan-- anak buah Neil. "Jangan meremehkan. Yang keras kepala masih banyak," sahut N-7 tenang, suaranya bagai baja dingin.
Tiba-tiba dari balik asap, dua agen Balthazar muncul dengan brutal. Yang satu membawa senjata berat, melemparkan paku ranjau kecil ke jalur mereka.
"Tanah ranjau! Rombak formasi!" teriak seseorang.
BRAK!
Salah satu motor anak buah Rayyan meledak kecil, pengendaranya terpelanting namun cepat bangkit, meski kakinya pincang.
"Sial! Gue masih bisa tempur!" umpatnya seraya menarik pistol dari pinggang.
K-2 berbalik, mengamati sekilas. "Bro, kalau bisa jalan, bisa nembak!"
"Tutup kanan!" teriak L-1 lagi. Ia melompat dari motornya, menggelinding di tanah, lalu menembak dari balik batang pohon besar.
Musuh berusaha menerobos, namun tiba-tiba granat flash meledak—
BLAM!
—cahaya putih menyilaukan meledak di antara mereka.
"MATI LAMPU, BRO!" pekik K-1 sambil menembak membabi buta ke dalam kerumunan.
Musuh kacau. Dua motor bertabrakan, pengendaranya berteriak sebelum keduanya terguling di tanah keras.
"Dekatkan perimeter!" perintah N-7 dingin. "Beri waktu untuk Akay dan Aylin!"
"Aku di posisi! Siap bakar jalur kalau perlu!" lapor salah satu anak buahnya.
L-1 menggertakkan gigi sambil mengisi ulang senjata. "Bakar? Oke, itu baru asik!"
Dari kejauhan, Akay dan Aylin terus melaju, layar peta holografik berpendar redup di dashboard.
Mereka tidak menoleh.
Mereka tahu, di belakang sana, ada yang bertempur habis-habisan. Tapi mereka harus tetap melaju—demi formula itu, demi semua yang sudah berkorban, dan.. demi keselamatan banyak orang.
Dan pertarungan... baru saja dimulai.
"Siap bakar jalur dalam lima detik!" teriak R-3 di radio sambil melemparkan dua tabung kecil ke tengah jalan.
Tabung itu menggelinding cepat, mengeluarkan suara mendesis.
"Empat... tiga... dua..." hitungannya menggantung.
BLAAR!
Sebuah ledakan api membelah jalur di belakang mereka. Kobaran membumbung tinggi, membakar semak dan pepohonan di sekitarnya.
Musuh yang baru datang terpaksa mengerem mendadak. Dua motor tergelincir ke tanah berapi.
"Sekarang mereka ngerasain neraka mini," gumam L-1 sambil menepuk pundak K-2.
K-2 tertawa pendek. "Kasih sambutan lebih panas lagi."
N-7 memantau situasi lewat tablet taktis di tangannya, suaranya tetap dingin di radio.
"Perimeter barat aman. Fokuskan tembakan ke selatan. Mereka masih berusaha keliling lewat sana."
"Copy!" jawab L-1.
Di sisi lain, dua agen Balthazar bermanuver cepat, mencoba melompati api dengan motor trail mereka.
"ADA YANG NEKAT!" pekik R-3.
"Ambil satu, aku ambil satunya lagi," kata K-2 cepat.
DOR! DOR!
K-2 dan R-3 menembak hampir bersamaan. Satu motor tersungkur ke tanah, pengendaranya berguling keras. Yang satunya berhasil mendarat, tapi motornya keburu disambut peluru L-1 dari sisi lain.
BRRAK!
Motor itu terpelanting, menabrak batu besar.
"Belajar terbang dulu baru lompat api, bego," cibir L-1, memuntahkan peluru ke arah musuh yang merangkak.
N-7 menyusul dari belakang, menembak presisi ke helm musuh. Sekali tembak, hening.
"Jangan kasih kesempatan," ujarnya pendek.
Tiba-tiba, suara keras terdengar dari radio.
"INI ALPHA-THREE. Black Nova minta backup! Lima unit tambahan dalam 3 menit!"
Semua terdiam sepersekian detik.
L-1 mendesis. "Brengsek. Mereka manggil teman-temannya."
N-7 mengetuk helmnya dua kali. "Dengar baik-baik. Tahan di sini maksimal dua menit lagi. Setelah itu, mundur taktis. Kalau tetap di sini, kita habis."
"Copy that!"
"Roger!"
Suara serempak memenuhi interkom.
K-2 melemparkan sisa granat asapnya ke jalur sempit.
"Kita kasih pesta perpisahan!" serunya.
Kabut tebal mulai menyelimuti jalur, membuat visibilitas musuh menurun drastis.
Dalam bayang-bayang asap, R-3, K-2, L-1, dan N-7 seperti siluet pemburu.
Setiap langkah musuh yang mencoba maju—
Setiap suara ranting patah—
Disambut peluru dingin tanpa ampun.
Akay dan Aylin semakin menjauh, motor mereka menembus batas hutan.
Asap, peluru, dan jeritan memenuhi udara.
Tapi pasukan Rayyan dan Neil tidak gentar.
Mereka bertahan—bukan untuk menang.
Mereka bertahan supaya orang-orang yang mereka lindungi bisa terus hidup.
"Timer mundur jalan! Satu menit lagi, siap cabut!" seru N-7 lewat radio.
K-2 merunduk di balik pohon, reload peluru sambil menggerutu, "Gue belum puas nembakin mereka."
L-1 menembakkan peluru terakhir dari senapannya, lalu mengganti magazin. "Mau puas? Tunggu nanti. Sekarang nyawa dulu yang diselamatin."
R-3 mengintip dari balik rerimbunan. "Gerombolan mereka makin tebel! Dua belas, mungkin lima belas orang di sisi kiri!"
"Tenang aja," gumam N-7, mengaktifkan detonator kecil di tangannya. "Kita udah siapin sambutan."
Dia menekan tombol.
DUUARR!
Ledakan dari ranjau-ranjau kecil yang mereka tanam sebelumnya menghempaskan beberapa pengejar ke udara.
"SEKARANG!" bentak N-7.
Mereka bergerak serempak. K-2 paling depan, menembak sambil berlari mundur. R-3 di kanan, L-1 di kiri, menutup sayap. N-7 menjaga belakang.
"Jangan berhenti, jangan berbalik!" pekik L-1. "Kalau berhenti, lo hadiah buat peluru mereka!"
Tembakan liar dari Black Nova dan pasukan Balthazar menghujani mereka, tapi tim Rayyan dan Neil terus bermanuver, menggunakan kabut asap untuk membingungkan musuh.
"Jalan ke bukit terbuka!" teriak K-2, menunjuk ke arah jalur berbatu.
"Aku duluan!" R-3 berlari sambil melempar granat asap tambahan.
Kabut makin tebal.
Suara tembakan makin kacau.
Dalam kekacauan itu, sebuah bayangan besar mendekat cepat.
"AWAS KANAN!" seru L-1.
...🌸❤️🌸...
Kalau ceritanya seru, boleh dong like dan tinggalkan komentar? Dukungan kalian luar biasa berarti, lho! Mood booster banget buat nulis!
To be continued
Jantung masih aman niihhh..... bacanya sambil nahan nafas wkwkwk
benar-benar mencekam membaca serasa ikut menghindar dari kejaran musuh wkwkwk...dan ikut mensupport Aylin dan Akay untuk menggeber motornya semakin kencang namun tetap waspada demi formula untuk keselamatan banyak orang
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍