NovelToon NovelToon
Cinta Terlarang Dengan Mantan

Cinta Terlarang Dengan Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Angst / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:920
Nilai: 5
Nama Author: Vitra

Deva dan Selly telah membangun kisah cinta selama lima tahun, penuh harapan dan janji masa depan. Namun semua berubah saat Deva menghadapi kenyataan pahit: ibunya menjodohkannya dengan Nindy, putri dari sahabat ibunya.

Demi membahagiakan keluarganya dan demi mempertahankan hubungannya secara diam-diam Deva menjalani dua kehidupan: bersama Nindy, dan kekasih Selly di balik bayang-bayang malam.

Tapi seberapa lama rahasia bisa bertahan?
Ketika cinta, pengkhianatan, dan rasa bersalah bertabrakan, Deva harus memilih: menghancurkan satu hati... atau kehilangan segalanya.

Di dunia di mana cinta tak selalu datang pada waktu yang tepat, siapakah yang akhirnya akan Deva genggam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vitra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Umpan Bernama Cemburu

"Baru kali ini, Ren. Aku melihat cinta yang serumit ini. Kupikir kita hanya akan fokus pada perselingkuhan Kevin, tapi ternyata semuanya jauh lebih pelik," ucap Fani sambil menatap foto-foto Deva dan Selly di restoran kemarin.

"Apalagi Kevin bukan orang sembarangan," sahut Rendi.

"Iya, Ren. Aku nggak bisa bayangin gimana reaksi publik kalau berita ini benar-benar kita angkat."

"Yang jelas, kita harus siap mental. Nama Kevin besar. Bukan nggak mungkin kita bakal dapat tekanan dari berbagai pihak setelah ini," kata Rendi serius.

"Tanpa kamu bilang pun, aku sudah siap. Kita sudah sepuluh tahun kerja di dunia ini, Ren," balas Fani mantap.

Rendi dan Fani kembali memusatkan perhatian pada foto-foto Deva dan Selly. Salah satu bidikan Rendi menangkap dengan jelas sepatu merah mencolok yang dikenakan Selly. Kemampuan fotografinya memang tak diragukan lagi. Dengan jam terbang tinggi, Rendi selalu lihai dalam menangkap momen penting.

"Yang paling mencolok tetap sepatu merah itu. Seolah semesta sedang memihak kita kemarin," komentar Fani sambil tersenyum miring.

"Bukan cuma sepatu," Rendi menunjuk salah satu foto. "Lihat yang ini—Deva mencium kening Selly, terang-terangan di tempat umum."

Fani menggeleng tak percaya. "Aku nggak nyangka mereka seberani itu, Ren. Di tempat ramai pula. Seolah nggak peduli sama sekitar."

"Apalagi Selly pernah aktif di dunia modeling. Wajahnya nggak asing bagi banyak orang," tambah Rendi.

"Ya, mungkin karena dia udah lama vakum, jadi merasa aman. Dia pikir orang-orang udah lupa," sahut Fani menanggapi.

"Masuk akal juga," gumam Rendi singkat.

Hingga saat ini, mereka sudah mengantongi cukup banyak bukti kuat soal hubungan Deva dan Selly. Mulai dari pantulan bayangan di air, foto sepatu merah, hingga momen mesra mereka di restoran. Namun, untuk sementara, Rendi dan Fani memilih menahan diri untuk tidak mempublikasikan hubungan itu. Terutama karena Deva tidak ada kaitannya langsung dengan perselingkuhan Kevin dan Selly.

Sebuah cinta segitiga yang begitu rumit—dalam perselingkuhan, masih ada selingkuhan lain.

Tiba-tiba Rendi berkomentar, "Menurutmu, gimana reaksi Kevin nanti?"

Walau ia bertanya pada Fani, Rendi tahu tidak ada yang benar-benar bisa memprediksi reaksi Kevin.

"Terkejut, pasti. Bayangin aja, Ren. Kevin udah ngasih hadiah mewah, selalu sempatin waktu ke apartemen Selly di tengah kesibukannya, bahkan rela pulang larut malam cuma buat nemenin dia sebentar," ujar Fani panjang lebar.

Rendi mengangguk pelan, pikirannya sejalan dengan Fani. Ia tahu, kalau kabar ini sampai ke Kevin, itu bisa jadi pukulan telak.

"Ren, sini deh," panggil Fani tiba-tiba, matanya terpaku pada layar ponselnya. "Selly baru aja upload foto di media sosialnya."

Rendi menghampiri dan melihat layar. Di sana, Selly memajang foto kaki yang mengenakan sepatu merah, lalu di slide berikutnya tampak buket mawar merah besar berbentuk hati.

Fani mengernyit. "Ini... bukannya mawar yang pernah kita lihat waktu dia memindahkan dari mobilnya?"

Rendi menjentikkan jarinya. "Bener, Fan. Itu mawar merah yang Kevin kasih waktu itu."

"Jadi sepatu merah dari Deva, mawar merah berbentuk hati dari Kevin. Dia ngasih kode bahwa dia lagi dekat dengan dua pria sekaligus?"

"Iya. Tapi yang tahu soal ini cuma kita, Bu Martha, dan Bu Lisa," sahut Rendi, nada suaranya berat.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Saat jam istirahat, seperti biasa, Deva menikmati makan siangnya di kantin sambil membuka media sosial. Ia menggulir layar perlahan, melewati beberapa unggahan yang tak terlalu menarik perhatiannya. Namun, jari-jarinya terhenti saat melihat satu unggahan baru dari Selly.

Senyum tipis langsung muncul di wajahnya. Slide pertama menampilkan kaki Selly yang sedang mengenakan sepatu merah sepatu yang ia berikan beberapa waktu lalu.

Dengan hati yang sedikit menghangat, Deva menggeser ke slide berikutnya.

Namun, senyumnya segera memudar. Dahinya mengerut.

Mawar merah berbentuk hati?

Pertanyaan itu langsung melintas di benaknya. Siapa yang memberikan bunga itu kepada Selly? Ia tidak pernah memberinya mawar merah, apalagi sebesar itu.

Deva menurunkan sendoknya. Makan siangnya terlupakan. Kedua tangannya kini sibuk memegang ponsel, menatap unggahan itu dengan tatapan tajam. Lalu, ia menangkap layar dan segera mengirim pesan pada Selly.

[ Deva : Foto mawar merah ini milik siapa? ]

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Selly tersenyum penuh kelicikan. Umpan yang ia lempar berhasil memancing reaksi dari Deva—tepat seperti yang ia harapkan.

Dengan perasaan puas, Selly segera mengetik balasan:

[ Selly : Entah itu milik siapa... Aku cuma suka bunga mawar merah. Kamu tahu kan, aku memang suka warna merah? ]

Ia tahu jawaban itu tak akan memuaskan Deva justru itulah tujuannya. Sedikit kabur, sedikit menggoda. Selly ingin Deva terus bertanya.

"Tinggal satu umpan lagi yang belum terpancing," gumamnya sambil tersenyum tipis.

Begitulah cara Selly mempertahankan dua lelaki yang kini sedang terikat dengannya. Strategi liciknya nyatanya berhasil—dan ia tahu persis cara memainkan emosi keduanya.

Seolah-olah, air mata dan penyesalan semalam hanyalah kabut sesaat. Hari ini, ia kembali menyusun siasat, demi mendapatkan perhatian lebih dari Deva dan Kevin.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, menandakan pesan masuk. Dengan penuh semangat, Selly menyentuh layar, berharap itu dari Deva. Tapi ternyata...

Kevin.

Selly tersenyum puas. “Akhirnya... hasil pancinganku memuaskan,” bisiknya penuh keyakinan.

[ Kevin : Kenapa kamu mengunggah foto sepatu pemberian Deva dan juga bunga mawar pemberianku? ]

Selly membaca pesan itu dengan senyum licik. Tawa kecil lolos dari bibirnya.

“Haha... pasti sekarang suasana hati Kevin sedang panas,” gumamnya puas. Akhirnya, ia berhasil memantik rasa cemburu dari keduanya Deva dan Kevin. Dua pria yang pernah atau mungkin masih mencintainya.

Selly menatap layar ponsel yang mulai meredup. Pantulan wajahnya terpampang samar di sana.

“Aku tidak ingin kalian berpaling begitu saja. Dan aku... tidak ingin kehilangan lagi,” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar.

Di balik senyumnya yang licik, Selly menyimpan luka yang belum sembuh. Ia tidak benar-benar ingin bermain-main hanya ingin tahu. Apakah cinta mereka masih ada? Apakah dia masih berarti?

Karena bagi Selly, rasa cemburu adalah bukti. Bukti bahwa dirinya masih diinginkan.

Dengan senyum menyeringai, ia membalas pesan Kevin.

[ Selly : Nggak ada maksud apa-apa. Aku cuma suka mengunggahnya di sosial media. ]

Permainan ini terasa semakin menarik. Dengan satu unggahan, ia berhasil mengusik hati dua pria sekaligus. Namun, pikirannya tak berhenti di situ.

Selly mendadak teringat—Nindy. Calon istri Deva, wanita berhijab itu yang bekerja di perusahaan milik Kevin.

Matanya menyipit, otaknya mulai menyusun strategi baru.

"Bagaimana kalau... aku pancing juga Nindy?"

Selly tersenyum tipis. Permainan ini belum selesai bahkan baru saja dimulai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!