Keyra Alzein terpaksa mengubah penampilannya menjadi cupu, merelakan diri menjadi bahan bully-an di SMA Dirgantara demi misi kebebasan dan kejanggalan kematian saudara kembarnya yang bunuh diri satu tahun yang lalu.
Namun, siapa sangka ia malah jatuh cinta pada sosok Ketos seperti Devano.
Disaat Keyra yakin akan perasaannya, satu kenyataan pahit mengusik dimana ia tahu bahwa Devano adalah cinta pertama Arin.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Manja-manja tengil
Andai waktu bisa Devano perlambat, ingin rasanya ia berlama-lama di jalan bersama Keyra meski harus melawan polusi dan kemacetan. Sayangny, Toko kue sang momy kini sudah berada di depan mata, mau tak mau segera Devano memarkirkan motornya dan mengajak Keyra turun.
"Bentar deh yang, kayaknya lo perlu ganti nama biar gak salah paham."
"Kenapa?" tanya Keyra.
"Ehm, nama! Nama lo sama Momy itu sama, jadi rada bingung."
"Ya lo panggil aja Ay, atau Al atau Rara," ujar Keyra memberi pilihan.
"Rara kayaknya gemes, tapi bukan Mbak Rara si pawang hujan kan?"
"Dev, lo tuh ya! Tengil banget," gerutu Keyra tak terima saat disamakan dengan Mbak Rara si pawang hujan.
"Rara sayang, kalau Mbak Rara pawangnya hujan kalau kamu pawangnya aku," gombal Devano. Keyra hanya bisa memutar bola matanya jengah, selain tengil Devano juga jago gombal sampai-sampai wajah Keyra sudah memerah macam kepiting rebus karena sekokoh apapun batu kalau terus ditetesi air lama-lama akan hancur juga, begitupun tembok hati Keyra yang pada akhirnya runtuh oleh pesona Devano si tengil-tengil manja.
"Mom, aku bawa calon mantu nih!" teriaknya udah mirip satpam kompleks neriakin maling.
Si Momy-nya bujang pun melongokkan kepalanya keluar. Benar saja, Devano sang putra tengilnya datang bersama Keyra.
"Ayo masuk sayang, sini kesini!" sambut momy-nya Devano dengan senyum lebar mirip iklan pasta gigi.
Demi apa, Keyra dilanda gugup luar biasa.
"Siang Tante," sapa Keyra.
"Siang sayang, aduh! Yaudah kalian duduk aja dulu biar Momy ambilin minum." Baru saja Keyra membalikkan badan ke ruang belakang Devano sudah lebih dulu menyusul Momy-nya itu.
"Panggilnya Rara, Mom! Biar gak salah paham."
Bukan menjawab, Keyra malah menjewer telinga putranya kuat-kuat.
"Ah ah ampun mom! Ya Allah sama anak sendiri kaya ke anak tiri, apa anak pungut," rintih Devano mengaduh kesakitan karena ulah momy-nya.
"Makanya, bilang-bilang kek kalau mau bawa Keyra, eh Rara kan minimal Momy bisa nyiapin camilan buat calon mantu!" Desisnya sebal.
"Lah, kan udah ada kue! Apa yang salah, Ya Gusti. Jangan bilang Momy mau nyiapin red karpet juga," dumel Devano.
"Dah sekarang kamu keluar ke indomaret april mei juni beli camilan sana! Kue momy habis diborong Pak-pak CEO," ujar Keyra lalu melirik etalase dalam bagian stok yang kosong melompong. Kue yang tersisa tinggal dikit yang ada di depan, itupun hanya tinggal satu rasa. Tak mungkin ia menyuguhi Keyra dengan kue satu rasa tanpa camilan lainnya.
"Jadi udah abis Mom?" tanya Devano melebarkan senyumnya.
"Habis, Mbak Ratih aja udah mau Momy suruh pulang!"
"Ayeee, berarti Devano gak perlu bantuin kerja dong!"
Pletakkk...
Keyra menyentil dahi putranya sebal, "ya, sana! Dah gih beli camilan," titahnya.
Devano mengangguk, "Ayang aku ke indomaret april mei juni dulu, kamu jangan nakal!" pesannya.
"Dev, lo tuh ya!" gerutu Keyra dengan nada pelan. Devano langsung kabur sementara Mbak Ratih yang mendengar percakapan anak bossnya pun terkikih gemas.
"Maaf ya, Tante lama! Kue-nya juga tinggal ini, ayo kamu makan."
"Gapapa tante, sebelum kesini tadi udah makan kok sama temen-temen, Devano juga," jawab Keyra. Mendadak ia berubah kalem sekalem mantu idaman.
Setelah cukup lama ngobrol ngalor ngidul, akhirnya Devano pulang membawa satu kresek penuh camilan dan minuman untuk menjamu sang kekasih.
"Mom, pulang jam berapa?" tanya Devano setelah acara ngobrol bin nyemil selesai.
"Habis ini, kenapa?"
"Eng, mau antar Keyra pulang dulu," ujarnya yang diiyakan langsung oleh sang momy.
"Hati-hati bawa anak gadis orang!"
"Siap!"
"Aku pamit ya tante!"
"Iya sayang, hati-hati ya!"
Di tempat lain, tepatnya di perusahaan Divine, Rafael yang sedang merapikan berkasnya.
Alina masuk dengan wajah kusut menghadap asisten sang ayah.
"Om, boleh minta tolong!"
"Tolong apa Al? Kamu bikin ulah lagi?" tanya Rafael dengan mata menyipit. Anak bungsu Divine yang satu ini memang agak lain.
"Enggak, cuma gak sengaja nabrak orang!" Alina menunduk. Rafael langsung menghela napas mendengarnya, bisa dipastikan pekerjaannya hari ini akan bertambah lagi.
"Gak mau! kamu minta tolong aja sama ayahmu, Al."
"Ish, demi masa depan Devano. Ayolah, Om."
bujuk Alina tak menyerah.
"Apa?" tanya Rafael dengan tatapan mata menyelidik.
"Tolong itu gimana caranya biar kalau ada yang nyari Al nggak ketemu. Jadi dia gak akan tau aku anaknya siapa," terang Alina.
"Ya ya, kalau masalah itu kan memang gak ada yang tau kamu anak siapa!" ujar Rafael.
"Mungkin anak dedemit," sambungnya dalam hati kemudian terkikik sendiri. Divine akan langsung memberinya bogem mentah jikal tau Rafael menyebutnya dedemit.
"Ish, om aneh! Pokoknya harus bisa, aku nggak mau dia taunya aku anak orang kaya titik," tegas Alina.
"Makasih, Om sebelumnya! Bye."
***
"Sudah sampai Tuan putri si pemilik hati yang telah lama sendiri," ujar Devano. Ia turun dari motor bersama Keyra tak lupa membantu sang kekasih melepas helm fullface-nya.
"Apaan coba!"
"Key," panggil Devano.
"Ya?"
"Gak jadi, besok aku jemput ya?"
Mengangguk lalu tersenyum, " iya. Kamu pulangnya hati-hati."
Esoknya seperti biasa, Devano bersiap menjemput Keyra. Namun, ia terkejut saat mendapat pesan jikalau keberangkatan sang kekasih ke Jogja dimajukan. Alhasil, Keyra akan bolos dan Devano rasa harinya tak akan semangat tanpa melihat gadis itu.
"Dev, kok lo berangkat sendiri? Keyra mana?" Tanya Maya yang tak sengaja berpapasan dengan Devano di area parkir. Ia sampai celingukan mencari-cari sahabatnya barangkali nyempil di belakang Devano.
"Gak masuk!" jawab Devano lemes.
"Wait? Kenapa? Bukannya masih besok ijinnya?" tanya Maya.
"Sekarang! Dimajuin, dih kesel banget lah gak ada Keyra."
Maya lantas mencibirnya, "idih, yang lagi bucin micin. Dulu gimana sekarang gimana?" desis Maya.
Tak berselang lama, Leon menghampiri Devano.
"Dev, lo dicariin Pak Reyhan! Sana ke BK," ujar Leon memberikan info.
Devano menurut, ia menemui Pak Reyhan di ruangannya.
"Pak? Bapak nyari saya?" tanyanya.
"Duduk, Devano!"
Devano duduk, ia menatap Pak Reyhan. Ada apakah gerangan mencarinya sepagi ini?
"Kumpulin anggota, kita rapat OSIS buat penyambutan MOS bulan depan. Tau kan bulan depan udah kenaikan kelas?"
Devano mengangguk, "siap, Pak!"
"Oke kalau gitu kamu balik ke kelas," ujar Reyhan.
"Oke Pak!"
Meski menghadap Pak Reyhan dengan semangat, ia kembali lesu tatkala mengingat Keyra tak ada di sisinya.
"Baru juga hari pertama Ay, kok kangennya kaya susu bendera ya. Full nggak setengah-setengah," gerutunya meratapi nasib LDR yang bakal ia jalani beberapa hari ke depan.
manissss bangeeeet 😘😘😘😘
terima kasih ka
maaf ya ka mimah aku banyak nuntut.abis suka bgt sama sama devano dan keyra.pokoknya novel2 ka mimah keren2 semua 👍👍👍👍👍
Key ngmbeknya jangn lama2 keburu Devano di gondol yg lain😁😁🤣
seperti temen ku yang kembar. ya begitu sikap dan sifatnya. 🤭🤭🤭
kalau ngambek suka ngilang ya, 😁😁😁
CATAT ITU!!!!!!