Masuk ke situs gelap. Cassia Amore nekat menjajakan dirinya demi bisa membiayai pengobatan ibunya. Kenekatan itu membawa Amore bertemu dengan Joel Kenneth pengusaha ternama yang namanya cukup disegani tak hanya bagi sesama pengusaha, namun juga di dunia gelap!
“Apa kau tuli, Amore?” tanya Joel ketika sudah berhadapan langsung tepat dihadapan Cassia. Tangannya lalu meraih dagu Cassia, mengangkat wajah Cassia agar bersitatap langsung dengan matanya yang kini menyorot tajam.
“Bisu!” Joel mengalihkan pandangan sejenak. Lalu sesaat kembali menatap wajah Cassia. Maniknya semakin menyorot tajam, bahkan kini tanpa segan menghentakkan salah satu tungkainya tepat di atas telapak kaki Cassia.
“Akkhhh …. aduh!” Cassia berteriak.
“Kau fikir aku membelimu hanya untuk diam, hmm? Jika aku bertanya kau wajib jawab. Apalagi sekarang seluruh ragamu adalah milikku, yang itu berarti kau harus menuruti semua perkataanku!” tekan Joel sangat arogan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fakrullah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER—24
“Hei ... Gadis, akhirnya ... Setelah sekian lama menunggu, kau ... Datang juga,” sambut pria bertopi, begitu ia melihat sosok Cassia yang saat ini sudah berdiri di hadapannya.
Cassia tak membalas. Ia hanya menatap tajam ke arah pria tua itu, yang saat ini sedang memainkan kumisnya.
Namun sepertinya sikap cuek Cassia membuat pria tua itu marah. Ia meraih pergelangan tangan Cassia, menarik seenaknya, dengan hentakan keras.
"Hei apa-apaan kau ini!” sentak Cassia. Reflek, saat pergelangan tangannya ditarik paksa.
“Kau meremehkanku. Padahal barusan aku baik-baik menyapamu, tapi kau malah menghiraukanku!” pekik pria tua itu, yang merasa sakit hati karena diabaikan oleh Cassia.
”Ck, itu semua karena kau yang mulai menggangguku!” cicit Cassia tak kalah berapi-api. Terlalu muak berhadapan dengan pria tua itu yang selalu saja datang mengganggunya.
Lebih tepatnya seminggu dua kali, ia datang menagih hutang ibunya. Lalu menawarkan Cassia jadi istrinya, agar semua hutang Maria yang sudah menunggak dianggap lunas.
Tentu saja Cassia menolak. Bagaimana tidak, tak hanya menikahi pria tua, tapi Cassia juga akan dijadikan istri ke-4! Yang benar saja!
“Menggangu?” cibir pria tua bernama Burhan itu. “Aku datang ke tempat ini karena ingin meminta hak ku! Hutang Ibumu masih banyak, apalagi sudah lebih dari satu bulan ini kau sama sekali tidak menyicilnya!” tegas Burhan.
Cassia mengerutkan dahi. Apa yang diucapkan Burhan memang tidak salah. Tapi juga tidak bisa diterima begitu saja. Selama ini, Cassia sudah berusaha mencicil. Akan tetapi... entah mengapa hutang sang ibu tak pernah berkurang.
Cassia menarik napas panjang, lalu menghela perlahan. Ia berusaha mengatur emosinya. “Aku akan membayar lunas. Sekarang... minta nomor rekeningnya,” ujar Cassia, tak ingin bermasalah lebih lama.
“Apa katamu, bayar lunas? Memangnya kau punya uang?” desis Burhan, dengan sengaja meremehkan Cassia.
“Hutang, Ibumu, jika dihitung sudah terlalu banyak. Memangnya kau sanggup?”
“Dua puluh lima juta ‘kan? Aku ada.” Cassia hendak mengeluarkan ponsel. Namun, gerakannya terhenti saat Burhan menjelaskan seluruh total hutang ibunya yang sudah dihitung beserta bunga.
“Dua ratus lima puluh juta.” Burhan berucap enteng. Sementara Cassia membelalak.
Setahunya, sang ibu tidak pernah berhutang sebanyak itu. Tapi kenapa sekarang pria tua ini mengucapkan nominal demikian?
“Mana mungkin. Setahuku, Ibu, nggak pernah berhutang sebanyak itu. Ia hanya meminjam tiga puluh lima juta, dan aku sudah mencicilnya sebagian!” pekik Cassia yang tak terima dengan nominal hutang yang barusan diucapkan Burhan.
Burhan tersenyum miring. Keterkejutan Cassia, membuat ia tertawa puas. Yakin gadis cantik itu tak akan bisa membayar, hanya menggertak, apalagi untuk nominal sekian.
Cassia mengepalkan tangannya. Ia benar-benar kesal. Namun ia terus berusaha tenang. Dua ratus lima puluh juta, memang sangat tidak masuk akal. Tapi Cassia tidak ingin pria tua itu terus datang menerornya.
“Nggak ... Nggak ... Nggak! Ini nggak benar. Kemarin Ibu pernah bilang padaku jika ia hanya memiliki hutang senilai 35 juta. Sementara aku sudah mencicilnya sebanyak lima belas juta, jadi... jika dihitung sisanya harusnya ya senilai dua puluh lima juta!”
“Ya, kau benar. Ibumu juga tidak salah. Awal hutangnya padaku memang segitu. Tapi itu hampir tiga tahun yang lalu, dan sekarang nominal hutang-hutangnya terus meningkat karena kalian selalu menunggak pembayaran.” Burhan menjelaskan, namun tetap saja Cassia menganggap hal itu curang.
Nominal tersebut dinilai sangat besar, bahkan jauh lebih besar dibandingkan pinjaman sang—Ibu kepada Burhan.
“Jadi maksudnya dua ratus lima puluh juta karena bunganya?” tanya Cassia. Langsung disambut anggukan oleh Burhan.
“Dasar lintah darat!”
