Yuna gadis Rapunzel yang terkurung di kastil mewah, hingga seorang Pangeran membawanya dan memberinya kebebasan yang dia inginkan. Namun, itu tidak seindah yang dia bayangkan, dia adalah umpan, kebaikan Pangeran adalah bayang semu.
Dia berkali-kali patah hati, berkali-kali menahan kesedihan. Pangeran adalah sesuatu yang menyakitkan untuk dia miliki.
Sedih namun manis, gundah namun lucu, gelisah namun kocak. Dia akan melewati hari-harinya dengan tawa meskipun menyimpan luka, dia akan menjadi binar diantara makhluk indah lainnya.
Hingga akhirnya dia bertemu dengan seseoarang yang benar-benar bisa membuatnya tertawa dan melupakan sedihnya.
Pangeran... jangan pernah menyesal jika seseorang mengambil Tuan putri dari mu.
"Aku masih saja mencintai mu, bahkan ketika kamu mematahkannya berkali-kali"
*Kisah ini akan membuat mu tertawa dalam rasa sesak. Terima kasih... selamat membaca🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F.A queen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab27_Maafkan aku
Yuna duduk di atas sofa. Dia masih terus menunduk. 'Kenapa malah jadi seperti ini, aku ini terlalu ceroboh dan sangat bodoh, bagaimana bisa aku melakukan kesalahan yang sangat memalukan.'
Leo duduk di lantai dan memegang kaki Yuna, membersihkan serpihan cangkir yang mengenai kaki Yuna.
"Aku...," Yuna memberanikan dirinya untuk memulai bicara.
"Aku tidak menyuruh mu bicara," potong Leo suaranya dingin. Yuna tidak berani bicara lagi, dia langsung diam dan menunduk, memperhatikan Leo yang mengobati kakinya.
Yuna tidak tahu harus bagaimana, bahkan dia tidak berani untuk meminta maaf pada Leo karena kejadian tadi.
Sementara Leo dengan telaten membersihkan luka di kaki Yuna. Memberinya salep untuk luka bakar dan bahkan beberapa kali memijit lembut pergelangan kaki Yuna. Ini sangat indah, ini membuat Yuna sangat tersentuh. Hati Yuna semakin indah.
'Siapa yang tidak begitu tersentuh di perlakukan seperti ini. Kiara... terima kasih karena telah menyia-nyiakan malaikat lembut ini. Kiara... terima kasih karena telah membuatnya patah hati. Aku akan menyembuhkan luka yang kau tinggalkan dalam hatinya.'
Yuna perlahan meraih tangan Leo yang sedari tadi sibuk mengobati kakinya. Dia kemudian duduk di lantai di depan Leo, menatap wajah Leo yang berpaling tak mau melihatnya.
Yuna menelan ludahnya, berpikir keras untuk meminta maaf pada Leo. Laki-laki itu diam membiarkannya dan bahkan tidak mau melihatnya. Antara yakin dan tidak, Yuna melepaskan genggaman tangannya dan langsung memeluk Leo. Hangat, tak ada penolakan dari Leo meskipun dia tak membalas pelukan Yuna.
"Maafkan aku," Yuna berkata pelan. Leo masih diam. Yuna tidak tahu harus bagaimana lagi, jika harus memilih, dia lebih suka Leo mengomel sepanjang hari dari pada mendiamkannya seperti ini.
"Lee bagaimana keadaan Yuna?" suara Mama membuat Yuna segera melepas pelukannya dan kembali duduk di sofa. Leo segera membereskan kotak obat dan kemudian membuka pintu kamarnya. Ada Mama dengan wajah khawatir dan Neva ada di belakang Mamanya. Leo mempersilahkan mereka masuk.
"Yuna kamu tidak apa-apa nak?" Mama duduk di samping Yuna, memperhatikan kaki Yuna.
"Tidak apa-apa Ma... hanya luka ringan, Leo sudah mengobatinya."
"Ohh, syukurlah, Mama sangat khawatir," ucap Mama. Kalu dia memutar matanya menatap Neva yang berdiri di sebelahnya. "Ini ulahmu anak nakal... hmm??" Mama berdiri menatap marah anak perempuannya. Dia ingat tadi pagi Neva memintanya untuk membuatkan teh hijau untuk kakaknya lalu kenapa teh itu bisa ada di tangan Yuna. Neva menunduk, tangan mama memegang telinga Neva kemudian menjewernya.
"Aduhh ma... sakit," Neva meringis memegangi telinganya.
"Ma... bukan salah Neva," Yuna memegang lengan mertuanya dengan pelan. "Aku... aku yang meminta teh itu dari Neva," Yuna mencoba menjelaskan. Mendengar itu, Mama melepaskan jewerannya di telinga Neva.
"Benar begitu?" tanya Mama. Yuna dan Neva mengangguk barsamaan. "Yuna, kamu harus tahu, kalau Neva ini anak nakal. Terkadang dia benar-benar mirip anak kecil yang sering berulah," jelas Mama yang malah terdengar seperti membicarakan Yuna sendiri. Yuna tersenyum dan mengangguk. Neva dan dia sepertinya mempunyai kesamaan, Yuna melirik Neva yang diam-diam mengacungkan jempolnya.
"Apa kamu bisa jalan ke bawah Yuna?" Mama menatap Yuna. Yuna segera mengangguk. "Sarapan sudah siap dan Papa sudah menunggu kalian. Papa juga menghawatirkan mu."
Yuna lalu menggandeng mama dan diikuti Neva dari belakang. Sedangkan Leo masih di dalam kamar mandi membersihkan tangannya.
Ketika kaki Yuna melangkah keluar kamar, matanya dengan cepat menangkap bayangan yang menghilang secepat kilat, mata Yuna semakin jeli memperhatikan sekitarnya. Dia tetap tenang dan terus menggandeng mertuanya hingga mereka telah sampai di ujung tangga Yuna menghentikan langkahnya.
"Ma... aku melupakan sesuatu. Mama dan Neva silahkan ke ruang makan dulu. Aku akan segera menyusul," ucap Yuna sopan. Mama dan Neva tanpa curiga langsung mengiyakan.
Yuna dengan menahan perih di kakinya berlari menaiki tangga dan mengurangi irama langkahnya ketika dia mendekati kamarnya. Pintunya masih terbuka... Yuna menghela nafas lega, lalu kemudian dengan pelan dia mengintip keadaan kamarnya sendiri.
Mata Yuna tidak pernah salah. Benar.... ada seseorang di dalam kamarnya, dia berdiri di depan Leo, Nora.
bikin novel Bru Lgi lah kakak author..
klu gk tertarik mna mungkin sampai cium😘
dr yg aku baca Yuna memang cantik banget Vano bahkan Karel jg suka Leo masih ketutup cinta buta Kiara .
novel sekarang gk ada yg menari pasti bacanya berhenti di tengah jlan udh bosen duluan para author hilang semua