Vika gadis ceria dan sedikit tomboy jatuh cinta pada Ihsan yang merupakan teman kecilnya.
Vika terpaksa harus memendam rasa sukanya pada Ihsan karena ada begitu banyak hal yang membuat mereka tak bisa bersama.
Penasaran ....
yuk simak kisah lengkapnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Ajj, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
SELAMAT MEMBACA
Esok paginya Vika sudah bangun dan bersiap untuk lari pagi bersama Ujang.
Ikhsan pun sudah terbangun, ia yang tadinya hendak keluar ke kamar mandi langsung terpana saat melihat Vika yang sudah rapi dengan pakaian jogingnya.
"Mingkem tuh mulut bau tau belum gosok gigi kan loe" ucap Vika saat melintasi Ikhsan yang masih diam mematung.
"Eh sembarang, biar gw belum mandi dan gosok gigi tapi gak bau juga kali sayang" ucap Ikhsan yang di tujukan kepada Vika yang langsung menghentikan langkahnya dan menatap Ikhsan.
"Tadi loe bilang apa?" tanya Vika yang langsung berbalik badan menatap Ikhsan.
"Keceplosan Vik, tapi kalo loe gak keberatan gw panggil begitu ya Alhamdulillah" jawab Ikhsan sambil menutup mulutnya dengan tangan.
"Gw keberatan, awas ya loe manggil begitu lagi" ucap Vika ketus lalu meninggalkan Iksan .
"Sabar San" Ikhsan mengelus dadanya
"Gw pasti bisa rebut loe Vik dari tuh cowo kampung dan bikin loe cinta lagi sama gw" batin Iksan sambil menatap Vika yang sudah keluar rumah dan menghampiri Ujang yang sudah menunggunya dari tadi.
Ujang yang melihat raut wajah Vika yang sedang kesal memberanikan diri untuk bertanya.
"Kamu lagi kenapa Neng kok pagi-pagi tuh muka udah gak enak di lihat"
Vika pun menatap Ujang
"Kamu kok bilang begitu Jang?" tanyanya
"Maaf atuh kalo salah, tapi sumpah neng liat kamu kaya gitu aa yakin kamu tuh lagi kesal sama seseorang"
"Jangan bilang kamu lagi kesal sama adik atau mama kamu ya" tebak Ujang.
"Jangan sok tau deh Jang, aku itu lagi sebel sama si Iksan" jawab Vika
"Makan bubur dulu yuk neng,sambil cerita ke aa kamu tuh kesel kenapa" Ujang pun menarik tangan Vika menuju salah satu gerobak bubur ayam yang biasa mereka datangi saat lari pagi setiap minggunya.
"Jang..." panggil Vika.
hemmmm
"Jangan cerita dulu neng, mending kamu habiskan dulu buburnya abis itu baru cerita ke aa" ucap ajang lembut.
"Lah kok gitu sih"
"Iya, kalo kamu cerita sekarang nanti malah gak jadi makan neng, mending sekarang makan dulu kalau sudah habis baru cerita ke aa" ucap Ujang menjelaskan sambil tersenyum manis ke arah Vika.
Tanpa mereka sadari beberapa orang yang sedang makan disana memperhatikan mereka.
"mau juga dong punya cowo kaya gitu"
"So sweet banget sih masih pagi juga"
"Paling juga pengantin baru jadi masih sayang-sayangnya"
dan ada beberapa komen lagi.
Ujang hanya tersenyum mendengar bisik-bisik orang dibelakangnya, sedangkan Vika wajahnya bersemu merah entah apa yang membuatnya jadi melu.
Setelah selesai makan mereka pun duduk direrumputan sambil melihat beberapa orang yang masih asik berlari-lari kecil di area joging trek.
"Katanya mau cerita"
"Aku cuma lagi sebel Jang sama Ikhsan, masa tadi dia manggil aku sayang" ucap Vika dengan nada kesal.
Ujang hanya tersenyum mendengar ucapan Vika.
"Lah kok malah nyengir sih" ucap Vika masih dengan nada kesal.
"Ya apa salahnya kalo dia manggil kamu sayang, kan bagus yang sayang sama kamu nambah satu" ucap Ujang.
Vika pun langsung menatap Ujang heran.
"Emang kamu gak takut kalo aku jadi suka sama dia?" tanya Vika heran.
"Aku udah percaya sama kamu neng, dan aku yakin untuk saat ini kamu gak akan berpaling dari aku" jawab Ujang dengan santainya.
"Dih kok yakin banget sih Jang" tanya Vika berusaha memancing Ujang.
"Karena aku benar sayang sama kamu neng, jadi aku yakin kamu tidak akan berpaling dari aku setidaknya untuk saat ini tapi kedepannya aku juga belum tau" jawab Ujang sambil mencabut satu rumput liar dan memotongnya kecil-kecil lalu melemparkannya kesembarangan arah.
"Gak ngerti ah kamu ngomong apa Jang, yang jelas saat ini aku juga sayang sama kamu, dan gak akan berpaling apa lagi sama Iksan"ucap Vika sambil menatap kedepan dan entah apa yang sedang ia lihat.
"Pulang yuk, udah siang juga" ajak Ujang dan mereka pun segera pulang kerumah namun sebelumnya Ujang menyempatkan diri untuk mampir ke kedai Colenak dan membelinya beberapa bungkus untuk dibawa pulang.
Begitu tiba di rumah nenek Dilla kebetulan Iksan sedang di luar dan mengecek kendaraannya karena rencananya nanti sore mereka akan kembali ke Jakarta.
"Assalamualaikum mama, nenek tante" sapa Vika pada ketiga wanita yang sedang asik ngobrol diteras.
"Siang banget Vik pulangnya?" tanya mama Iren.
"Tadi beli ini dulu mah, kesukaan nenek" jawab Vika sambil menunjukan kantong plastik yang ia bawa.
"Apa itu sayang?" tanya Mamanya Iksan.
"Tante pernah makan colenak gak? kalau belum ini Vika bawain juga kok" ucap Vika sambil tersenyum ke arah mamanya Iksan.
"Sering denger sih namanya tapi tante belum pernah makannya" jawab mamanya Iksan sambil tersenyum manis ke arah Vika.
"Mama bisa seramah itu sama Vika, tapi kenapa kalau sama Rany dia gak pernah mau ngobrol ya apalagi senyum ramah kaya gitu" batin Iksan sambil memperhatikan mamanya yang terlihat bahagia ngobrol bersama Vika dan juga keluarganya.
Hari ini Vika tidak berencana keluar rumah lagi, ia ingin menghabisikan waktu bersama mamanya sebelum mereka kembali nanti sore.
Ponselnya Iksan berbunyi hingga beberapa kali, namun pria itu tidak mau mengangkat teleponnya saat ia melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
"Angkat dong San teleponnya, berisik tau" ucap Mamanya saat handphone putranya kembali berdering.
"Males ah mah, itu dari Rany" jawab Iksan.
"Angkat aja dulu sebentar, berisik tau" ucap Vika sambil tersenyum mengejek Ikhsan
Ia pun sedikit menjauh untuk menjawab panggilan teleponnya.
Saat sedang asik bercengkrama tiba-tiba saja keempat wanita itu terkejut saat Ikhsan yang sedang menerima telpon dari kekasihnya berbicara seperti sedang marah.
"Paling juga lagi berantem lagi, udah kita lanjut aja ngobrolnya" ucap mamanya Ikhsan lalu melanjutkan makan colenak yang baru kali ini ia coba.
Setelah menerima telpon dari Rany wajahe Ikhsan terlihat sedang kesal.
Ingin rasanya Vika bertanya tapi untuk apa toh itu kan urusan pribadi mereka batin Vika sambil menatap Iksan.
"Mau gw bikinin kopi gak San?" tanya Vika
"Tumben banget loe baik?" jawab Ikshan.
"Gw baikin salah, gw galakiin juga salah, kalo gak mau ya Alhamdulillah" jawab Vika.
Ikhsan menatap Vika yang kini kembali acuh.
"Loe serius mau bikinin gw kopi?" tanya Iksan tidak yakin.
"Tadi sih mau tapi sekarang udah gak"
Mama Iren langsung memukul lengan Vika pelan
"Jangan kaya gitu dong sayang, sana buatin dulu kopinya" titah Mama Iren
"Kan itu cuma berlaku tadi mah, lah salah sendiri kenapa dia jawab gak mau tadi" jawab Vika dan mendapat tatapan tajam dari sang nenek.
Vika yang mengerti jika sang nenek sedang marah langsung berdiri sambil memasang senyum kuda.
"Iya Nek, ini juga mau bikinin, mama sama tente mau sekalian juga gak ni aku buatin teh tubruk" tanya Vika sambil tersenyum manis pada keduanya.
"Gak usah sayang, kamu buatin kopi aja buat Ikhsan" jawab Mama Iren .
Karena tidak ingin dapat tatapan tajam lagi dari sang nenek Vika pun langsung kedapur dan membuatkan secangkir kopi untuk Ikhsan.