Aku Juli si Dewa Pengetahuan, begitulah mereka mengenalku di kehidupan sebelumnya. Aku manusia terakhir yang berdiri diantara langit dan bumi yang bertarung seorang diri selama 100 tahun melawan lima Dewa Kaisar Siluman,
Tujuan perjuanganku hanya satu! Yaitu untuk mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik bagi umat manusia, akan tetapi perjuangan ku sia-sia karena musuh yang sebenarnya bukanlah mereka..
Setelah aku berpetualangan di Dunia Timur aku menyadari satu rahasia, musuh yang sebenarnya ialah 9 Dewa Kegelapan, Dewa yang sangat mengerikan, Dewa yang tidak kenal belas kasihan, Dewa yang suka menindas dan membunuh Dewa Dewa yang lemah.
Sahabat! Aku Juli berjanji! Akan mengumpulkan kalian semua.. Perjuangan masih belum berakhir, sebelum dunia ini aman sejahtera dan makmur sentosa.. atau kita mati bersama dengan damai..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bang Fuadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26. Virla Kirma La Mindril
“Hahaha.. Imo morsiwa Orsiwa Urbadu Onartu ziga... (Dia keracuna Racun Dewa Ular Iblis…)”
“Apa?!”
Juli bergerak cepat menghampiri Hana yang terjatuh tergeletak pingsan di lantai, Juli segera memeriksa denyut nadi lehernya,
‘Detak jantungnya terasa lemah, Racun Dewa Ular Iblis sangat berbahaya, aku tidak menyangka Dewa Mindril juga menggunakan racun untuk melumpuhkan musuh-musuhnya’ batin Juli terlihat jengkel,
Juli memijat keningnya mulai berpikir keras, “Apa yang harus kulakukan? Baik lah satu-satunya jalan aku harus menggunakan Air Mata Abadi sisa penyembuhan ku tadi untuk mengobati Hana” gumam Juli segera meraba memeriksa setiap jari tangan Hana karena cincin ruang Hana tidak terlihat objeknya.
“Ah! Rupanya dia memakai cincin ruang di jari kelingking” gumam Juli segera memeriksa isi cincin ruangnya.
Wuus..
“Apa!?”
Juli kaget saat melihat isinya, “Ini benar-benar ruang pusaka para Dewa, di dalamnya sangat banyak terdapat berbagai kitab-kitab tingkat Dewa, beberapa pusaka zirah perang dan berbagai macam pusaka tingkat Langit-Bumi lainnya seperti pedang, tombak, panah, perisai, dan berbagai macam pil tingkat tinggi serta banyak sekali pusaka lainnya, bahkan Stempel Kekaisaran Langit ada di sini, pakaian-pakaian kebesaran kekaisaran yang bahkan tidak layak dipakai untuk keseharian, akan tetapi dalam cincin ruangnya bahkan tidak memiliki sedikit pun kristal siluman, makanan, air mineral, yang harusnya barang-barang ini harus dibawa untuk keadaan darurat karena itu paling utama sebagai kebutuhan hidup kita” gumam Juli heran, kemudian Juli mengambil Air Mata Abadi didalamnya.
Juli mengangkat kepala Hana perlahan disandarkan di dadanya, ia dengan hati-hati membuka cadar yang menutupi wajah selama ini,
‘Hm.. setiap aku melihat wajah mu.. aku selalu gemetar ketakutan, betapa tidak, aku telah melihat sepak terjangmu di kehidupan sebelumnya, kau membunuh ribuan Ahli tingkat tinggi tanpa kedipan mata, dan aku benar-benar sangat menakuti mu kala itu, walaupun kau telah menyelamatkan ku berkali-kali dalam pertempuran hidup mati tapi trauma peperangan besar bersamamu selalu menghantuiku” batin Juli sambil memberikan Air Mata Abadi pada Hana perlahan hingga habis terminumnya.
Tidak lama kemudian detak jantung Hana mulai kencang kembali, Hana perlahan membuka matanya,
“Ah! Apa aku tak sadarkan diri” tanya Hana pelan begitu menyadari ia terletak agak jauh dari tempat pertempuran sebelumnya.
“Ah! iya.. tadinya kamu keracunan oleh Dewa Kuno itu” Juli menunjukkan kearah kerangka yang telah lemah karena segel Neraka Para Dewa miliknya, Api kegelapan terlihat perlahan membakar kerangka-kerangka itu yang tidak mampu lagi bergerak bebas.
Dewa Mindril berusaha bangkit duduk menegakkan tubuhnya, “Dorqui.. (Anak manusia..) Apa kalian anak dunia baru? Aku bisa mencium darah bangsa ku dalam nadi kau bocah perempuan” Jelas Dewa Mindril menggunakan bahasa manusia dengan fasih.
Juli senyum sejenak ia teringat pada Suwan yang juga bisa banyak bahasa dunia bahkan antara planet,
“Benar! Aku bahkan tidak menyangka akan berbahasa Bangsa Bunian Barat dengan mu tadi” jawab Juli kembali bangkit bersama Hana, perlahan mereka menghampiri Dewa Mindril yang telah duduk tegak kembali.
“Aku dulu bersama-sama umat manusia memerangi bangsa siluman selama berabad-abad lamanya, oleh karenanya tidak mustahil bagiku untuk menguasai bahasa manusia, sebenarnya aku disini pun ingin meneruskan perjuangan ku yang sempat terhentikan, aku menyisakan sedikit kesadaran ku karena berencana ingin mendapatkan murid sebagai penerus ku, dan tidak ku sangka akan berakhir dengan pertarungan dengan kalian, Apa kalian tahu kesadaran ku ini bahkan tidak sepersepuluh ribu dari kekuatan asliku, namun lupakan lah, sekarang aku ada tawaran terhadap mu, tawaran ini menyangkut kehormatanku sebagai dewa besar di masa lalu” Pinta Dewa Mindril.
Juli mengerutkan keningnya, ia sendiri pernah mendengar kisah-kisah heroik Dewa Mindril di kehidupan sebelumnya walaupun Istana misterius ini tidak pernah terungkap misterinya,
“Baiklah Dewa Mindril.. katakan lah penawaran mu, mengingat kau juga seorang pahlawan besar masa lalu dalam melindungi umat manusia tidak mungkin bagiku bertindak terlalu jauh terhadap jiwa mu, jadi katakan lah penawaranmu” Juli berdiri santai di samping Hana.
“Hm.. Begini, Racun di tubuh anak perempuan ini tidak akan hilang walaupun kau berikan minum Air Mata Abadi, aku akan memberikan mu penawar racun dan pusaka yang kumiliki lainnya, dengan syarat, kau jangan memanfaatkan jiwa ku sebagai budak mu dikemudian hari dan berikan lah perhormatan terakhir kalian terhadap jasad ku sesuai tradisi mu, bagaimana?!” Pintanya Dewa Mindril dengan sungguh-sungguh.
Hana kaget mendengar ucapan Dewa Mindril mengenai Air Mata Abadi, “Apa? Senior! Apa.. jangan-jangan kau mengambil Air Mata Abadi di cincin ku ya..?!” Hana marah dan segera memeriksa isi cincin ruangnya.
“Eh! Iya..” wajah Juli berubah menjadi pucat dan gugup, “Tadi terpaksa.. kau keracunan hebat, aku tidak tahu lagi harus berbuat apa” Juli membela diri punggungnya mulai berkeringat dingin.
Setelah selesai Hana memeriksa isi cincin ruangnya dia terlihat sangat kesal pada Juli, “Awas kalau senior.. berani mengambil barang-barang ku lagi.. ini belum selesai kita akan bicarakan ini nanti” ancam Hana dengan wajah serius hingga Juli menjadi gemetar.
“I…Iya..”
“Satu lagi, jangan beritahu siapapun bahwa aku memilih cincin ruang ini, tanpa kecuali” Hana terlihat sangat serius.
Juli cepat menganguk, “I.. Iya mengerti..” Juli tidak ingin lagi memperpanjang permasalahan.
“Dorqui.. kau terlihat sangat menakuti anak perempuan ini ya.. tapi bagaimana dengan penawaran ku tadi” Dewa Mindril mengingatkan.
Juli terlihat berpikir sejenak, “Baik! Baiklah, Hormat kami pada senior!” Juli langsung menundukkan kepalanya sedikit memberikan hormatnya, Hana pun segera melakukan hal yang sama seperti yang Juli lakukan.
Hahaha
“Bagus.. Bagus.. Dengan demikian aku juga akan menepati janjiku” ucapnya segera mengeluarkan cincin ruangnya lalu menyodorkan pada Juli,
“Ambillah! Disini lah semua harta istana berada"
Juli mengambilnya dengan penasaran, “Terimakasih, Senior! Aku juga akan menepati janjiku” Juli segera menyerap kembali api kegelapan yang menyegel Dewa Mindril.
Wuuuuuussss
“Selamat tinggal…”
Kata-kata terakhir dari Dewa Mindril terdengar beriringan dengan menghilangnya tulang belulang Dewa Mindril seperti debu ditiup angin.
“Hm.. Selamat jalan Dewa Besar masa lalu”
Juli melihat cincin ruang yang diberikan oleh Dewa Mindril bertuliskan, “Virla Kirma La Mindril (Cincin Dewa Perkasa Mindril)”, Juli memakainya ‘Sungguh nama yang keren’ Batin Juli sambil memeriksa isi cincin ruang.
Wuss wusss wuss
Isi Cincin Ruang langsung ditampilkan keluar sehingga Hana pun bisa melihatnya dengan jelas, Hana bisa melihat betapa mahirnya Juli dalam menggunakan cincin ruang sampai-sampai membuatnya takjub.
“Rupanya beginilah cara senior menggunakan cincin ruangku, ya? Padahal cincin ruangku tidak bisa di buka tanpa keahlian khusus, karena aku telah menyegelnya dengan darahku, senior dari mana kau memperajari teknik ini? Kalau di Dunia Barat ini sungguh tidak mungkin, karena disini cincin ruang biasa saja sangat sulit kita dapatkan” Tanya Hana penasaran.
Juli senyum, “Hehehe.. kan sudah kubilang.. umurku jauh lebih tua dari mu, jelas aku lebih banyak membaca darimu” ucap Juli menepuk pundak Hana yang terlihat bingung, “Sekarang lihatlah isinya apa yang telah kita temukan”
“Baiklah! Senior perlihatkan padaku isinya sekarang”
**