"Satu detik di sini adalah satu tahun di dunia nyata. Beranikah kamu pulang saat semua orang sudah melupakan namamu?"
Bram tidak pernah menyangka bahwa tugas penyelamatan di koordinat terlarang akan menjadi penjara abadi baginya. Di Alas Mayit, kompas tidak lagi menunjuk utara, melainkan menunjuk pada dosa-dosa yang disembunyikan setiap manusia.
Setiap langkah adalah pertaruhan nyawa, dan setiap napas adalah sesajen bagi penghuni hutan yang lapar. Bram harus memilih: membusuk menjadi bagian dari tanah terkutuk ini, atau menukar ingatan masa kecilnya demi satu jalan keluar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Sumur Jarum Penjahit Sukma
Mahluk tanpa wajah itu kemudian mengangkat tubuh kecil Baskara dan melemparkannya ke dalam sebuah sumur yang airnya dipenuhi oleh ribuan jarum jahit yang sedang berdiri tegak. Baskara merasakan angin kencang menerpa telinganya saat tubuh mungilnya meluncur jatuh menuju maut yang berkilauan di dasar kegelapan yang sangat pengap secara terus-menerus.
Jeritan bocah itu menggema di dinding sumur yang terbuat dari susunan tulang rahang manusia yang masih tampak basah oleh darah segar. Di atas sana, wajah mahluk tanpa wajah yang mengenakan gaun ibunya terlihat mengecil hingga akhirnya menghilang ditelan oleh bibir sumur yang tertutup rapat secara berulang-ulang.
"Ibu! Tolong Baskara, di sini sangat gelap dan sangat menakutkan!" teriak Baskara dengan suara yang serak karena tangisan yang meledak.
Tepat sebelum tubuhnya tertancap ribuan jarum, sebuah tangan perak yang sangat kuat mencengkeram kerah baju belakang Baskara dengan sangat sigap. Arini yang masih dalam wujud pengintai perak melayang di antara ribuan jarum jahit yang mulai bergerak naik turun seolah ingin mematuk daging mereka secara terus-menerus.
Arini menatap Baskara yang kini kembali menjadi orang dewasa namun dengan kondisi mental yang sangat terguncang akibat manipulasi waktu di dalam menara. Ia mendaratkan Baskara di sebuah celah sempit pada dinding sumur yang ditumbuhi oleh lumut berwarna merah hati yang terus berdenyut secara berulang-ulang.
"Tetaplah sadar, Baskara, jangan biarkan ingatan masa kecilmu menjadi penjara yang akan mengunci jiwamu di dalam sumur ini selamanya!" perintah Arini dengan tatapan yang sangat tajam.
Baskara mengatur napasnya yang memburu sambil mencoba menghapus sisa air mata yang masih membasahi pipinya yang kini sudah kembali ditumbuhi jambang tipis. Ia melihat ke arah bawah dan menyadari bahwa jarum jahit itu sebenarnya adalah ribuan mata duri dari tanaman rambat gaib yang sangat beracun secara terus-menerus.
"Tempat ini benar-benar mempermainkan ketakutan terdalamku, Arini, aku hampir saja menyerah pada bayangan ibuku sendiri," ujar Baskara dengan nada suara yang penuh dengan rasa penyesalan.
Arini tidak menjawab namun ia segera menghunuskan pedang cahaya peraknya ke arah dasar sumur yang mulai mengeluarkan uap panas berwarna ungu tua. Uap tersebut membawa aroma bunga kamboja yang sangat menyengat hingga membuat pandangan mata Baskara kembali menjadi buram dan sangat tidak stabil secara berulang-ulang.
Dari balik uap ungu tersebut, muncul sesosok wanita tua yang punggungnya bungkuk dan sedang memegang sebuah jarum raksasa yang panjangnya mencapai dua meter. Wanita itu memiliki rambut yang panjangnya menjuntai hingga ke dasar sumur dan setiap helainya terlihat seperti kawat baja yang sangat kaku secara terus-menerus.
Wanita tua itu adalah Penjahit Sukma, mahluk yang bertugas menjahit kembali jiwa-jiwa yang hancur di Alas Mayit agar bisa menjadi pelayan abadi bagi para bangsawan. Ia tertawa dengan suara yang menyerupai gesekan batu nisan sambil mengarahkan jarum raksasanya tepat ke arah jantung Baskara yang sedang berdegup kencang secara berulang-ulang.
"Seorang pemimpin tim penyelamat dengan jiwa yang retak adalah bahan kain yang sangat bagus untuk kusempurnakan malam ini!" ucap si Penjahit Sukma dengan penuh kegembiraan.
Baskara segera melompat menghindari tusukan jarum tersebut hingga ia harus bergantung pada akar lumut merah yang terasa sangat licin dan sangat lengket. Ia melepaskan tembakan dari pistol isyarat miliknya yang ternyata masih berfungsi meskipun waktu telah berputar mundur secara tidak masuk akal secara terus-menerus.
Cahaya merah dari pistol isyarat itu menerangi seluruh isi sumur dan memperlihatkan bahwa ada jutaan benang hitam yang terhubung dari tubuh si wanita tua ke dinding sumur. Benang-benang itu bergetar saat terkena cahaya hingga menimbulkan suara melengking yang mampu membuat telinga Baskara mengeluarkan darah segar secara berulang-ulang.
"Arini! Potong benang-benang itu, dialah yang mengendalikan seluruh ilusi dan jarum di tempat jahanam ini!" teriak Baskara sambil terus bertahan pada akar lumut.
Arini bergerak secepat kilat dengan pedang peraknya dan mulai menebas benang-benang hitam tersebut hingga menimbulkan percikan api berwarna hijau yang sangat terang. Penjahit Sukma menjerit kesakitan karena setiap benang yang putus adalah bagian dari urat sarafnya yang diletakkan di luar tubuh secara terus-menerus.
Mahluk itu menjadi sangat murka dan mulai memutar rambut kawatnya hingga membentuk pusaran angin yang dipenuhi oleh ribuan jarum kecil yang sangat tajam. Baskara menggunakan tas ranselnya sebagai pelindung namun jarum-jarum itu mampu menembus bahan kain tas yang sangat kuat hingga melukai punggungnya secara berulang-ulang.
"Jangan berpikir kamu bisa keluar dari sini tanpa meninggalkan sisa nyawamu sebagai benang jahitku, anak manusia yang sombong!" ancam si Penjahit Sukma.
Baskara melihat sebuah kesempatan saat si wanita tua itu terlalu fokus menyerang Arini dengan pusaran rambutnya yang sangat dahsyat dan sangat mematikan. Ia merayap di dinding sumur dengan sangat hati-hati dan menyiapkan sebuah granat asap yang telah ia modifikasi dengan bubuk belerang suci secara terus-menerus.
Baskara melemparkan granat itu tepat ke dalam mulut Penjahit Sukma yang sedang terbuka lebar saat mahluk itu hendak mengeluarkan kutukan pemanggil arwah. Ledakan asap suci terjadi di dalam perut mahluk itu hingga tubuhnya menggelembung besar dan mulai retak mengeluarkan cahaya kuning yang sangat menyilaukan secara berulang-ulang.
Penjahit Sukma meledak menjadi ribuan potongan kain perca yang terbakar hebat hingga menciptakan lubang besar di dasar sumur yang ternyata adalah jalan keluar. Baskara dan Arini segera melompat ke dalam lubang tersebut sebelum dinding tulang rahang sumur itu menutup kembali secara permanen secara terus-menerus.
Mereka jatuh di sebuah padang rumput yang warnanya putih pucat dan dikelilingi oleh pepohonan yang dahannya berbentuk seperti tangan manusia yang sedang meminta pertolongan. Di kejauhan, tampak sebuah gerbang besar yang terbuat dari susunan cermin yang mulai retak dan mengeluarkan suara denting kaca yang sangat nyaring secara berulang-ulang.
"Kita hampir sampai di pusat peradaban yang hilang, namun aku merasakan ada kehadiran kekuatan yang jauh lebih purba sedang menunggu kita di sana," bisik Arini dengan nada khawatir.
Baskara berjalan mendekati gerbang cermin itu dan ia melihat pantulan dirinya sendiri namun kali ini bayangan itu tidak memiliki wajah sama sekali. Ia menyentuh permukaan cermin yang sangat dingin itu hingga tangannya mulai terserap masuk ke dalam dimensi lain yang sangat hampa secara terus-menerus.
Tiba-tiba, dari dalam cermin tersebut muncul tangan yang sangat besar dan menarik leher Baskara hingga ia terseret masuk ke dalam dunia di balik kaca.