NovelToon NovelToon
Dua Penjaga Hati

Dua Penjaga Hati

Status: tamat
Genre:Cinta Terlarang / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:428
Nilai: 5
Nama Author: Moonlightaura09

Kalian semua adalah keluarga yang paling berarti dalam hidupku. Bersama kalian, aku merasa lengkap, aman dan dicintai. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan tapi satu hal yang pasti, aku akan selalu menyayangi kalian. Kalian adalah rumahku dan aku akan selalu kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moonlightaura09, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Hati Yang Berbeda

Suatu hari tanpa memberi tahu Erni, Alanz memutuskan untuk menjemputnya di kampus. Ia ingin menunjukkan bahwa ia peduli dan ingin dekat, meskipun niatnya tersembunyi di balik kerinduan dan harapan.

Erni : ( Terkejut dan bingung ) Abang... Alanz? Kenapa abang di sini? abang nggak bilang mau ketemu aku?

Alanz : ( Tersenyum lembut, mengulurkan tangan ) Abang nggak mau bikin kamu kaget dek. Abang cuma ingin bertemu kamu. Abang rindu, jadi abang datang sendiri.

Erni : ( Bingung dan agak gugup ) Bang, abang ini... kok tiba - tiba? Aku nggak nyangka.

Alanz : ( Dengan nada lembut dan penuh perhatian ) Aku tahu, mungkin ini aneh. Tapi aku nggak mau cuma diam saja. Aku ingin kamu tahu, aku peduli sama kamu. Aku ingin jadi bagian dari hidupmu.

Erni : ( Membelalak, tersipu ) Abang, aku... aku nggak tahu harus bilang apa. Abang ini... kelakuan abang kayak cowok romantis banget, padahal aku nggak pernah lihat Abang kayak gitu.

Alanz : ( Tersenyum malu - malu ) Aku cuma ingin menunjukkan perasaanku dek. Abang nggak peduli apa orang lain pikir. Abang cuma ingin kamu tahu, Abang serius dek.

Erni : ( Dengan wajah merah dan bingung ) Abang, aku... aku nggak tahu harus bilang apa. Abang ini bikin aku bingung sendiri.

Alanz : ( Menggenggam tangan Erni dengan lembut ) Abang nggak mau memaksamu, tapi abang ingin kamu tahu, abang akan selalu ada untukmu. Kalau kamu mau, abang akan menunggu sampai kamu siap dek.

Erni merasa hatinya berdebar kencang. Di satu sisi, ia merasa bahagia dan terharu, tapi di sisi lain bingung dengan kelakuan Alanz yang begitu romantis dan tulus.

Di tengah kebingungan dan perasaan yang bercampur aduk, Erni menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dari Alanz. Ia mulai mempertimbangkan perasaan dan niat abangnya itu. Sementara Alanz diam - diam berharap perjuangannya akan membuahkan hasil dan akhirnya ia bisa mendapatkan cinta yang selama ini ia perjuangkan.

Setelah menjemput Erni dari kampus, Alanz mengajaknya berkeliling kota. Mereka mengunjungi berbagai tempat menarik, menikmati suasana sore yang cerah. Hingga akhirnya, mereka tiba di Namsan Tower sebuah ikon kota yang terkenal dengan pemandangan indah dan gembok cinta.

Saat mereka tiba di puncak Namsan Tower, pemandangan kota Seoul yang gemerlap terbentang luas di hadapan mereka. Erni terpukau dengan keindahan kota yang dipenuhi lampu - lampu malam.

Erni : ( Dengan mata berbinar ) Wah Abang Alanz, tempat ini indah banget! Aku baru pertama kali ke sini malam - malam.

Alanz : ( Tersenyum, menatap Erni dengan lembut ) Abang tahu kamu pasti suka. Pemandangan di sini memang nggak ada duanya dek.

Mereka berjalan beriringan, menikmati suasana romantis di sekitar Namsan Tower. Banyak pasangan yang memasang gembok cinta di pagar, sebagai simbol cinta abadi.

Erni : ( Menunjuk ke arah gembok cinta ) Abang lihat deh, lucu banget ya gembok - gembok ini. Mereka percaya kalau cinta mereka akan abadi kalau pasang gembok di sini.

Alanz : ( Menatap Erni dengan tatapan penuh arti ) Kamu percaya nggak sama cinta abadi dek?

Erni : ( Tersipu malu ) Aku... aku nggak tahu. Mungkin ada, mungkin juga nggak. Tergantung orangnya kali ya bang.

Alanz terdiam sejenak, lalu meraih tangan Erni dan menggenggamnya dengan lembut.

Alanz : ( Dengan nada serius ) Abang percaya sama cinta abadi dek. Abang percaya kalau kita benar - benar mencintai seseorang, cinta itu akan abadi selamanya.

Erni terkejut dengan perkataan Alanz. Ia merasa jantungnya berdebar kencang. Ia tidak tahu harus berkata apa.

Erni : ( Dengan suara gugup ) Abang... Abang Alanz, Abang ini kenapa sih? Kok jadi serius gini?

Alanz : ( Tersenyum lembut ) Abang cuma ingin jujur sama kamu dek. Abang ingin kamu tahu, abang sayang sama kamu. Abang ingin kita bisa lebih dari sekadar kakak dan adik.

Erni terdiam, mencerna kata - kata Alanz. Ia merasa bingung dan takut. Ia tidak tahu apakah ia bisa membalas perasaan Alanz.

Erni : ( Dengan nada ragu ) Abang, aku... aku nggak tahu. Aku butuh waktu untuk memikirkannya.

Alanz : ( Mengangguk mengerti ) Abang tahu dek. Abang nggak akan memaksamu. Abang akan menunggu sampai kamu siap. Yang penting, kamu tahu perasaan Abang yang sebenarnya.

Mereka berdua terdiam, menikmati pemandangan kota Seoul yang gemerlap. Suasana romantis di Namsan Tower semakin terasa. Erni merasa bingung dan bahagia dalam waktu yang bersamaan. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Setelah percakapan yang jujur dan penuh perasaan Alanz dan Erni terdiam sejenak, menikmati pemandangan kota Seoul yang gemerlap. Suasana romantis di Namsan Tower semakin terasa, seolah mendukung perasaan yang sedang berkecamuk di hati mereka.

Tiba - tiba, Alanz memberanikan diri untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar seorang kakak kepada adiknya. Ia mendekat ke arah Erni dan memeluknya dari belakang, seperti yang biasa dilakukan oleh pasangan kekasih.

Alanz : ( Berbisik lembut di telinga Erni ) Dek, abang sayang banget sama kamu.

Erni terkejut dengan tindakan Alanz. Ia merasa tubuhnya menegang dan jantungnya berdebar semakin kencang. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Erni : ( Dengan suara gugup ) Abang... Abang Alanz, apa yang Abang lakukan? Ini nggak seharusnya terjadi.

Alanz : ( Memeluk Erni semakin erat ) Abang tahu ini mungkin salah, dek. Tapi Abang nggak bisa menahan perasaan Abang lagi. Abang sayang sama kamu lebih dari seorang kakak kepada adiknya.

Erni : ( Mencoba melepaskan pelukan Alanz ) Abang tolong lepasin aku. Aku nggak nyaman dengan ini. Kita ini kakak adik nggak seharusnya kita seperti ini.

Alanz : ( Melepas pelukannya dengan perlahan, menatap Erni dengan tatapan penuh harap ) Abang tahu, dek. Tapi Abang berharap kamu bisa mengerti perasaan Abang. Abang nggak bisa hidup tanpa kamu dek.

Erni : ( Menghindari tatapan Alanz, merasa bingung dan bersalah) Abang, aku... aku nggak tahu harus bilang apa. Aku butuh waktu untuk memikirkannya. Tolong jangan lakukan ini lagi.

Alanz menghela napas, merasa kecewa dengan reaksi Erni. Namun, ia tetap berusaha untuk memahami perasaannya.

Alanz : ( Dengan nada sedih ) Baiklah dek. Abang akan menunggu. Abang akan memberikanmu waktu untuk memikirkan semuanya. Tapi tolong ingat, Abang akan selalu ada untukmu.

Erni terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Ia merasa bersalah karena telah membuat Alanz kecewa. Namun, ia juga tidak bisa memaksakan perasaannya. Ia membutuhkan waktu untuk mencerna semua yang telah terjadi.

Suasana romantis di Namsan Tower berubah menjadi canggung dan tegang. Erni merasa tidak nyaman dan ingin segera pergi dari tempat itu.

Setelah kejadian pelukan yang mengejutkan di Namsan Tower, Erni merasa sangat tidak nyaman dan meminta Alanz untuk segera pulang. Alanz, dengan berat hati, menuruti permintaannya.

Di sepanjang perjalanan pulang, suasana di dalam mobil terasa canggung dan tegang. Alanz berusaha untuk mencairkan suasana dengan bersikap romantis, namun Erni justru merasa semakin risih dan bingung.

Alanz : ( Dengan nada lembut ) Dek, kamu nggak apa - apa? Kamu kelihatan nggak nyaman.

Erni : ( Menghindari tatapan Alanz ) Aku nggak apa - apa, bang. Cuma... aku masih bingung dengan semua ini.

Alanz : ( Menggenggam tangan Erni dengan lembut ) Abang tahu, dek. Abang tahu ini sulit untuk kamu terima. Tapi Abang berharap kamu bisa mengerti perasaan Abang.

Erni : ( Menarik tangannya dari genggaman Alanz ) Abang tolong jangan bersikap seperti ini. Aku nggak nyaman. Aku ini adik kamu, nggak seharusnya kamu bersikap romantis seperti ini.

Alanz : ( Menghela napas ) Abang tahu, dek. Tapi Abang nggak bisa menahan perasaan Abang lagi. Abang sayang sama kamu lebih dari seorang kakak kepada adiknya.

Erni : ( Dengan nada frustrasi ) Abang kenapa sih Abang nggak bisa ngerti? Aku ini adik Abang! Kita nggak bisa bersama! Tolong jangan bikin aku bingung lagi.

Alanz : ( Dengan nada sedih ) Abang tahu, dek. Tapi Abang berharap kamu bisa membuka hatimu untuk Abang. Abang yakin, kalau kita bersama, kita bisa bahagia.

Erni : ( Dengan nada tegas ) Abang tolong berhenti! Aku nggak mau dengar lagi. Aku mau pulang sekarang.

Alanz terdiam, merasa sakit hati dengan penolakan Erni. Ia tahu, Erni belum mengetahui kebenaran tentang asal - usulnya. Jika Erni tahu bahwa mereka sebenarnya tidak memiliki hubungan darah, mungkin situasinya akan berbeda. Namun, ia tidak bisa mengungkapkan kebenaran itu sekarang. Ia harus menunggu waktu yang tepat.

Di sepanjang sisa perjalanan, mereka berdua terdiam. Erni merasa semakin bingung dan risih dengan sikap Alanz yang begitu romantis. Ia tidak mengerti mengapa Abangnya itu bersikap seperti itu padanya.

Alanz di sisi lain merasa frustrasi dan sedih. Ia mencintai Erni dengan sepenuh hati, namun ia tidak bisa mengungkapkan perasaannya secara bebas karena status mereka sebagai kakak adik. Ia hanya bisa berharap, suatu saat nanti Erni akan mengetahui kebenaran dan membuka hatinya untuknya.

Sesampainya di rumah, Erni buru - buru keluar dari mobil Alanz. Ia merasa lega bisa segera menjauh dari situasi yang canggung dan membingungkan itu. Namun, takdir berkata lain.

Saat berjalan menuju pintu rumah, Erni tiba - tiba tersandung batu kecil. Ia kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh. Untungnya, Alanz dengan sigap berlari menghampirinya dan menangkapnya tepat waktu. Erni pun jatuh ke dalam pelukan Alanz.

Erni : ( Terkejut dan gugup ) Aduh!

Alanz : ( Dengan nada khawatir ) Dek, kamu nggak apa - apa? Ada yang sakit?

Erni tidak menjawab. Ia hanya bisa menatap Alanz dengan mata terbelalak. Jantungnya berdetak kencang, seolah ingin keluar dari dadanya. Ia merasa aneh, karena baru kali ini ia merasakan perasaan seperti ini terhadap Alanz.

Alanz pun ikut terdiam, terpaku menatap wajah Erni yang begitu dekat dengannya. Ia bisa merasakan napas Erni yang hangat menerpa wajahnya. Ia merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu, namun ia tidak tahu apa.

Alanz : ( Dengan suara bergetar ) Dek...

Erni : ( Dengan suara pelan ) Abang... Alanz...

Mereka berdua saling bertatapan, seolah waktu berhenti berputar. Erni merasa ada sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya. Ia merasa tertarik pada Alanz, namun ia juga merasa takut dan bingung.

Erni : ( Dalam hati ) Kenapa jantungku berdetak secepat ini? Kenapa aku merasa seperti ini terhadap Abang Alanz? Apa yang sebenarnya terjadi padaku?

Alanz pun merasakan hal yang sama. Ia merasa ada koneksi yang kuat antara dirinya dan Erni. Ia merasa ingin menciumnya, namun ia tahu itu tidak mungkin. Mereka adalah kakak adik, tidak seharusnya mereka melakukan hal seperti itu.

Alanz : ( Dalam hati ) Aku harus menahan diriku. Aku tidak boleh melakukan sesuatu yang akan membuat Erni semakin bingung dan takut. Aku harus menunggu waktu yang tepat.

Akhirnya, Alanz memberanikan diri untuk memecah keheningan.

Alanz : ( Dengan nada lembut ) Dek sebaiknya kita masuk ke dalam. Kamu pasti lelah.

Erni mengangguk pelan, lalu membiarkan Alanz membantunya berdiri. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang campur aduk.

Setelah insiden pelukan yang menggetarkan di depan rumah, Alanz dan Erni masuk ke kamar masing - masing. Namun, pikiran mereka masih tertinggal pada kejadian tadi.

Alanz merebahkan diri di tempat tidur dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Rencananya berjalan dengan lancar. Usaha untuk memiliki Erni sebentar lagi akan tercapai.

Alanz : ( Dalam hati ) Aku tahu, Erni juga merasakan hal yang sama. Aku bisa merasakannya saat aku memeluknya tadi. Jantungnya berdetak kencang, sama seperti jantungku. Aku yakin, sebentar lagi dia akan menyadari bahwa kami ditakdirkan untuk bersama.

Alanz tidak sabar menunggu saat itu tiba. Ia akan terus berusaha untuk meyakinkan Erni bahwa cinta mereka adalah sesuatu yang indah dan layak diperjuangkan.

Alanz : ( Dalam hati ) Aku akan melakukan apa saja untukmu, Erni. Aku akan membuktikan bahwa cintaku padamu adalah cinta yang abadi.

Erni duduk termenung di tepi tempat tidur, memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Ia merasa bingung dan takut dengan perasaannya sendiri.

Erni : ( Dalam hati ) Kenapa aku merasa seperti ini terhadap Abang Alanz? Kenapa jantungku berdetak kencang saat dia memelukku tadi? Apa aku... apa aku menyukai Abang Alanz?

Erni menggelengkan kepalanya kuat - kuat, mencoba menepis pikiran itu.

Erni : ( Dalam hati ) Tidak, ini tidak mungkin! Aku tidak mungkin menyukai Abang ku sendiri. Ini pasti hanya halusinasiku saja. Mungkin karena abang Alanz selalu bersikap romantis padaku, jadi aku terbawa suasana.

Erni berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa perasaannya terhadap Alanz hanyalah perasaan seorang adik kepada kakaknya. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda.

Erni : ( Dalam hati ) Aku harus menjauhi Abang Alanz. Aku tidak boleh membiarkan perasaan ini tumbuh semakin dalam. Aku harus ingat, dia adalah kakakku. Kami tidak bisa bersama.

Erni bertekad untuk menjauhi Alanz dan melupakan perasaannya. Ia tidak ingin merusak hubungan persaudaraan mereka. Ia ingin tetap menjadi adik yang baik bagi Alanz, meskipun hatinya terluka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!