Malam itu Lily gadis polos dan culun yang bekerja sebagai room service disebuah hotel mengalami nasib naas karena diperkosa oleh seorang pria yang sedang mabuk namun siapa sangka itu justru membuatnya terjebak dalam sebuah pernikahan tanpa cinta hanya demi status bayi dalam kandungannya agar tidak menjadi anak haram seperti dirinya dan setelah bayinya lahir ia ditendang begitu saja dari keluarga Wilson, keluarga kaya raya di kotanya hingga membuatnya terpaksa berpisah dari bayinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~26
Miller segera memberikan ipadnya kepada bosnya yang berisi beberapa artikel yang sebelumnya ia cari tentang keluhan yang dirasakan pria itu, Alexander pun langsung melihatnya dengan posisi masih tiduran diatas sofa.
"Sindrom kehamilan simpatik, atau Couvade syndrome, adalah kondisi di mana calon ayah mengalami gejala fisik dan emosional yang mirip dengan kehamilan istrinya, gejala fisik yang umum meliputi mual, muntah, kram perut, perubahan nafsu makan dan juga sakit kepala ringan." ucapnya lalu menatap aneh sang asisten.
"Kamu yakin ada hal semacam ini?" tukasnya tak percaya sembari beranjak duduk.
"Saya juga tidak tahu tentang kebenarannya tuan karena saya sendiri belum pernah menikah atau bahkan memiliki anak, tapi apa perlu saya panggilkan nona Lily kemari?" terang tuan Miller yang sepertinya juga tak mempercayai artikel tersebut namun apa salahnya mencobanya, siapa tahu jika mereka sering bersama keluhan bosnya akan mereda karena benar-benar sangat mengganggu pekerjaan bahkan ia terpaksa membatalkan beberapa meeting penting hari ini karena kesehatan bosnya yang terganggu sejak semalam.
Alexander nampak menghela napasnya. "Tidak perlu, biar aku saja yang menemuinya." sahutnya seraya beranjak dari duduknya.
"Tapi tuan kenapa tidak dipanggil saja kemari?" tuan Miller langsung menghentikan pria itu karena akan sangat mencolok ketika seorang bos tiba-tiba menemui karyawan magang dan pasti akan menjadi gosip para karyawannya nanti.
"Justru kalau dipanggil kesini malah berbahaya," tegas Alexander seraya merapikan pakaiannya yang sedikit kusut karena sejak pagi ia gunakan untuk tiduran.
"Maksud anda tuan?" tuan Miller tak mengerti, bukankah di sini lebih aman karena tak ada yang melihat kebersamaan mereka?
"Lupakan!" tukas Alexander kemudian segera berlalu meninggalkan ruangannya dan tuan Miller terpaksa mengikutinya.
Ting!
Lift pun terbuka lalu mereka segera keluar setelah sampai di lobby dan kebetulan sekali Lily juga berada di disana dengan membawa sebuah dokumen yang akan diantarnya ke divisi lain, kemudian Alexander segera mengikutinya dan saat melewati lorong sepi pria itu langsung menarik tangannya lalu dibawanya ke sebuah gudang penyimpanan barang.
Lily yang hendak berteriak karena terkejut pun langsung dibungkam bibirnya oleh pria itu kemudian ditutupnya pintunya dan tuan Miller terpaksa mengawasi area tersebut karena sikap absurd sang bos.
"Tu-tuan Wilson, apa yang anda lakukan?" Lily nampak tertegun karena rupanya pelakunya adalah bosnya sendiri atau lebih tepatnya suaminya sendiri, tapi sejak kapan pria itu ada di kantor bukankah seharusnya sedang menjaga tunangannya yang sedang sakit?
Alexander menatap lekat gadis itu lalu memejamkan matanya seakan sedang menikmati aromanya yang membuatnya perlahan tak merasakan mual, tentu saja Lily nampak menatapnya aneh. Apa pria itu sedang kesambet?
Alexander benar-benar tak percaya jika dengan mendekat pada gadis culun itu dan mencium aroma tubuhnya membuatnya langsung sembuh, sepertinya artikel di situs internet itu bukan bualan semata.
"Apa yang kamu lakukan?" Lily pun langsung mendorong pria itu menjauh ketika hendak menciumnya, berani sekali mencari kesempatan didalam kesempitan namun pria itu kembali menariknya dan saat ia hendak berteriak tiba-tiba terdengar suara seseorang diluar.
"Tuan Miller, apa yang anda lakukan disini?"
Elizabeth dan Nancy tak sengaja melihat asisten bosnya itu nampak mondar mandir di depan gudang alat-alat tak terpakai sembari bermain ponselnya.
Mendengar itu pun Lily langsung terdiam bahkan langsung membungkam bibirnya sendiri ketika bosnya yang cabul mulai menyusuri lehernya dengan ciumannya, ingin rasanya ia berteriak tapi pasti mereka akan mendengar dan alhasil menjadi gosip seantero kantor.
Alexander nampak tersenyum tipis ketika melirik Lily yang terus membungkam bibirnya agar tidak bersuara lalu pria itu pun langsung tersenyum ketika terbesit ide nakalnya, diulurkan sebelah tangannya untuk melepaskan kancing pakaiannya hingga membuat gadis tersebut langsung menahan tangannya dan itu membuat pria itu langsung me lu mat bibirnya yang terbuka.
Lily langsung memukuli punggung pria itu. "Dasar pria cabul dan licik," umpatnya dalam hati.
Sementara itu diluar Elizabeth dan Nancy yang hendak pergi setelah berbincang dengan asisten bosnya itu tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Tuan Miller apa anda mendengar suara dari gudang itu?" ucap Elisabeth menatap pria itu, terdengar sebuah suara seseorang yang sedang memukul sesuatu.
Tuan Miller pun langsung menelan ludahnya, entah apa yang dilakukan mereka di dalam gudang yang kotor itu dan ia tidak bisa membayangkan gaya apa yang akan keduanya pakai mengingat gudang lumayan sempit dan penuh barang.
"Ck sepertinya pendengaran kalian sedang gangguan, segera kembali ke ruanganmu!" perintahnya dengan tegas.
"Ba-baik tuan Miller," Elizabeth dan Nancy pun segera pergi dari sana meskipun mereka masih penasaran dengan gelagat asisten bosnya itu belum lagi suara aneh dari dalam gudang.
"Jangan-jangan tuan Miller sedang menghukum salah satu karyawan dengan memukulinya di dalam gudang?" tebak Nancy sembari melangkah kembali ke ruangannya.
"Oh astaga," Elisabeth pun nampak tak percaya mendengarnya namun bisa jadi perkataan sahabatnya itu benar mengingat bagaimana perangai bos dan asistennya yang sama-sama galak.
Lily langsung mendorong Alexander ketika udara di paru-parunya mulai menipis. "Apa kamu ingin membunuhku?" ucapnya dengan kesal.
Bukannya marah pria itu justru nampak tersenyum kecil apalagi saat melihat bibir gadis itu yang bengkak karena ulahnya, entah kenapa semakin ia ditolak maka adrenalinnya semakin terpacu untuk menyentuhnya lebih jauh sayangnya mereka berada di dalam gudang.
Lily pun kembali memakai kacamatanya lalu merapikan pakaiannya dan segera meninggalkan gudang tersebut dengan kesal, meskipun saat ini mereka suami istri namun itu hanya sebatas kontrak saja.
"Nyonya," tuan Miller langsung menoleh ketika melihat Lily meninggalkan gudang dengan mengendap-endap.
"Ssttt, jangan panggil aku seperti itu." tukas gadis itu lantas segera pergi sebelum ada orang lain datang.
"Anda benar-benar aneh nona, harusnya anda bisa memanfaatkan sekecil apapun peluang yang mungkin akan dilakukan oleh wanita lain diluar sana jika mendapatkan kesempatan yang sama seperti anda." gumam pria itu dan tak berapa lama dari gadis tersebut pergi bosnya pun nampak keluar dengan wajah yang tak lagi pucat seperti sebelumnya.
"Tuan?" ucapnya seraya mendekati pria itu.
"Atur semua meeting yang tertunda Miller aku sudah sembuh!" perintah Alexander seraya melangkah pergi dari sana.
"Benarkah tuan?" tentu saja tuan Miller nampak tak percaya, sepertinya artikel yang ia tunjukkan itu bukan bualan semata karena nyatanya memang bawaan bayi yang di kandung oleh gadis tersebut yang membuat bosnya merasakan gejala kehamilan.
Apa ia buat rencana saja biar gadis itu terus dekat dengan bosnya saat berada di kantor? karena pekerjaannya pasti akan sangat sibuk jika pria itu sering sakit.
biasanya ke HRd duluu klu ada sesuatu ga demo2 bgitu
Haduh victori si hama juga datang,,,,,kamu datang aja di abaikan lho🤣🤣🤣🤣🤣piye ngono iku.....
Haduh eong Cinta ae gensi,malu,karena kily culun,,LiLy juga mbok yo berubah ojok katrok nemen2 LiLy