NovelToon NovelToon
Kepepet Cinta Ceo Arogan

Kepepet Cinta Ceo Arogan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / CEO / Romansa / Fantasi Wanita / Nikah Kontrak / Wanita Karir
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: keipouloe

Arash Maulidia, mahasiswi magang semester enam yang ceroboh namun gigih, tidak pernah menyangka hidupnya berubah hanya karena satu tabrakan kecil di area parkir.
Mobil yang ia senggol ternyata milik Devan Adhitama — CEO muda, perfeksionis, dan terkenal dingin hingga ke nadinya.

Alih-alih memecat atau menuntut ganti rugi, Devan menjatuhkan hukuman yang jauh lebih berat:
Arash harus menjadi asisten pribadinya.
Tanpa gaji tambahan. Tanpa pilihan. Tanpa ruang untuk salah.

Hari-hari Arash berubah menjadi ujian mental tanpa henti.
Setiap kesalahan berarti denda waktu, setiap keberhasilan hanya membuka tugas yang lebih mustahil dari sebelumnya.
Devan memperlakukan Arash bukan sebagai manusia, tapi sebagai mesin yang harus bekerja sempurna — bahkan detik napasnya pun harus efisien.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keipouloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam yang Mengacaukan Segalanya

Rumah besar keluarga Adhitama malam itu tidak kalah dingin daripada villa pegunungan tempat Devan berada. Dewa, adik kandung Devan, berjalan mondar-mandir di lorong panjang rumah itu dengan raut gelisah. Ia tidak biasanya sepusing ini melihat ulah kakaknya—kakak yang selalu tampak sempurna, disiplin, dan nyaris mustahil hilang tanpa kabar.

Ia meraih ponselnya, menghubungi beberapa orang kepercayaannya. “Coba cek CCTV kantor, cek jalur mobil, cek semua villa yang biasanya dipakai,” ujar Dewa cepat. Nada suaranya menunjukkan kekhawatiran bercampur rasa jengkel.

Beberapa jam berlalu hingga akhirnya seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya.

“Pak Dewa,” ucap salah satu orang kepercayaannya. “Kami sudah temukan keberadaan Pak Devan.”

Dewa menoleh cepat. “Di mana?”

“Di Bogor, Pak. Lokasi villa pribadi milik salah satu rekan bisnis lama.”

Dewa mengerutkan kening. “Bogor? Ngapain dia sampai ke sana?”

Anak buahnya menelan ludah sebelum berkata, “Ada satu informasi tambahan, Pak…”

“Apa?”

“Pak Devan… tidak sendirian. Ada seorang wanita bersama beliau.”

Dewa langsung terdiam. Bukan karena marah—tapi bingung.

“Wanita?” gumamnya.

Ia memijat batang hidungnya sambil menghembuskan napas panjang. Devan dan wanita adalah dua kata yang jarang sekali terdengar dalam satu kalimat, kecuali saat bicara soal perjodohan yang selalu ditolak mentah-mentah.

Namun di sisi lain, Dewa justru bersyukur.

"Syukurlah Bang Devan nggak datang malam ini," pikirnya lega. "Kalau dia melihat kejutan Daddy soal perjodohan itu, rumah pasti sudah meledak."

Ia menatap orang kepercayaannya dan berkata lirih, “Rahasiakan dulu info ini dari Daddy dan Mommy. Jangan kasih tahu siapa pun.”

“Baik, Pak.”

Ketika pintu tertutup, Dewa menghela napas lega. Ia kembali ke kamar, menguap panjang, lalu merebahkan tubuhnya di samping istrinya, Naila, yang sudah tidur pulas.

Dewa menarik istrinya ke dalam pelukannya. “Syukurlah Bang Devan nggak di sini…” gumamnya sambil memejamkan mata. “Besok aja pusinginnya…”

......................

Sementara itu, jauh di villa pegunungan, suasana berbeda total.

Devan sudah terlelap di sofa panjang dengan selimut tebal melilit tubuhnya. Napasnya berat tanda benar-benar tenggelam dalam tidur. Namun Arash—yang sejak tadi tidak bisa tidur—hanya berbalik sana-sini di karpet sebelum akhirnya menyerah.

“Aduh… ngantuk, tapi mata nggak mau merem,” gumamnya pelan.

Ia bangkit pelan, memastikan Devan masih terlelap. Laki-laki itu tidak bergerak sama sekali, seperti baru memanjat gunung atau habis berdebat dengan dunia.

Arash melangkah ke dapur. Lampu kecil di atas kompor membuat ruangan tampak hangat dan tenang. Di sana ia melihat bahan-bahan yang tersusun: buah naga, semangka, apel, yogurt, dan keju parut.

“Bikin salad buah aja deh…” ucap Arash sambil tersenyum kecil.

Ia mulai memotong buah-buahan itu. Warna merah semangka, putih apel, dan ungu buah naga tampak mencolok di mangkuk kaca bening. Setelah semuanya dipotong, ia menambahkan yogurt dingin dan menaburkan keju parut sedikit di atasnya.

Sederhana, tapi cantik.

Arash membawa mangkuk itu ke depan TV, duduk di karpet tebal sambil menyuap salad buah secara perlahan. Udara dingin membuat yogurt terasa semakin segar.

Namun baru beberapa suap, ia mendengar suara berat dari belakang.

“Makan apa kamu, Maulidia?” tanya Devan dengan suara serak khas orang baru bangun.

Arash menoleh kaget. “Salad buah, Pak.”

“Saya mau,” ujar Devan sambil berjalan mendekat.

Arash memeluk mangkuknya refleks. “Cuma satu ini, Pak.”

“Saya tahu,” sahut Devan santai. “Suapin.”

Arash menatapnya tidak percaya. “Manja banget sih Bapak…”

“Manja cuma sama kamu,” ujar Devan sambil duduk di sampingnya.

Arash mendengus tidak setuju. “Bohong banget. Saya nanti disangka pelakor sama pacarnya Bapak.”

“Saya nggak punya pacar,” jawab Devan cepat.

Arash mengangkat alis. “Bohong banget sih Pak.”

Devan menatapnya serius. “Beneran. Saya jomblo, Rash.”

Arash langsung salah tingkah. “Ya udah, ini makan sendiri.”

“Nggak mau,” tolak Devan. “Saya mau disuapin.”

Arash menutup wajahnya dengan satu tangan. “Ihhh… iya iya. Nih, aaaa…”

Devan membuka mulut sambil tersenyum puas. Senyuman yang membuat Arash makin kesal.

“Anda menyebalkan banget, Pak,” gumam Arash.

“Tapi kamu tetap suapin,” balas Devan santai.

Arash mendengus. “Karena Bapak maksa.”

Devan terkekeh kecil. “Maksa cuma ke kamu.”

Setelah mangkuk salad habis, Arash benar-benar lelah. Ia merebahkan tubuhnya di karpet tebal, menarik napas pelan. Udara dingin menusuk kulitnya.

“Pak… bagi selimutnya,” ucap Arash lirih.

Devan tidak menjawab.

Arash menyentuh ujung selimut yang melilit Devan. Namun sebelum ia menariknya, Devan tiba-tiba bangkit.

Tanpa bicara, pria itu turun dari sofa, berbaring di karpet tepat di belakang Arash, lalu menarik gadis itu masuk ke dalam pelukannya.

Dengan satu gerakan cepat, tubuh Arash terjepit oleh lengan besar Devan. Dada pria itu menempel di punggungnya.

Arash tersentak kaget. “P-pak… apa—”

Namun sebelum kata-katanya selesai, tangan Devan menutup mulutnya lembut.

“Diam…” bisik Devan pelan di telinganya. “Saya mau tidur.”

Arash membelalakkan mata, tubuhnya kaku seperti papan. Udara dingin di villa itu tidak terasa lagi—yang ada hanya panas wajahnya sendiri.

Ia berusaha bicara, tapi Devan menahan dengan lembut. “Jangan berisik. Udah malam.”

Arash akhirnya pasrah. Ia memejamkan mata perlahan, jantungnya berdetak cepat.

Dalam diam dan gelapnya villa pegunungan itu… pelukan Devan terasa terlalu erat, terlalu hangat, dan terlalu jujur untuk diabaikan.

Entah mengapa, untuk pertama kalinya malam itu, Arash justru bisa tertidur—di dalam pelukan pria yang selalu membuat harinya kacau.

Dan tanpa mereka sadari, malam itu mengubah banyak hal dalam hidup mereka berdua.

1
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Reni Anjarwani
doubel up
Reni Anjarwani
doubel up thor
rokhatii: stay tune kak🙏🙏
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor
rokhatii
ditanggung pak ceonya🤣🤣🤣
matchaa_ci
lah kalo gajinya di potong semua gimana arash hidup nanti, untuk bayar kos, makan, bensin pak ceo?
aisssssss
mobil siapa itu kira kira
aisssssss
bagua banget suka ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!