"Ya Tuhan...apa yang sudah aku lakukan? Kalau mamih dan papih tahu bagaimana?" Ucap Ariana cemas.
Ariana Dewantara terbangun dari tidurnya setelah melakukan one night stand bersama pria asing dalam keadaan mabuk.
Dia pergi dari sana dan meninggalkan pria itu. Apakah Ariana akan bertemu lagi dengannya dalam kondisi yang berbeda?
"Ariana, aku yakin kamu mengandung anakku." Ucap Deril Sucipto.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagai Tom & Jerry
"Milly?" Ucap Anna.
Ketika Milly akan mendekati Anna, tangan Deril segera menarik istrinya ke belakang punggungnya. "Mau apa kamu?" Tanya Deril dengan suara beratnya.
Anna pun tidak membantah suaminya, ia berlindung di balik punggung kokoh sang suami. Milly memandang Anna dengan tatapan memelasnya.
"Anna, aku minta maaf sudah membuatmu terjerumus. Aku merasa bersalah." Lirih Milly.
Milly dan Brian yaitu mantan kekasih Anna, sempat di sekap di pulau terpencil beberapa waktu lalu, namun Deril sudah melepaskannya. Ia hanya memberikan sedikit pelajaran pada dua orang ini.
Sebelum menjawab, Anna menatap suaminya seolah meminta izin ingin mengatakan sesuatu pada Milly. Dengan terpaksa Deril mengangguk pelan dan memberikan kesempatan pada istrinya untuk bicara dengan Milly.
Tangan Deril masih menggenggam jemari istrinya. "Milly, aku sudah memaafkan mu. Aku juga bersalah. Justru aku berterima kasih sama kamu. Karena kamu, aku ketemu sama suami aku ini." Ucap Anna dengan senyum simpulnya.
Deril menoleh pada istrinya. "Tapi kan waktu itu kamu sendirian duduk, bukan sama dia." Sahut Deril tak mau kalah.
"Cckk... Aku kan datang ke club sama Milly, mas. Gimana sih? Tetap aja dia berjasa." Sergah Anna.
Milly jadi semakin tidak enak hati melihat perdebatan Anna dan Deril. "Sudah sudah...! Anna, dokter Deril, sekali lagi saya minta maaf. Dan Anna... Aku pamit yah semoga kamu selalu bahagia." Lirih Milly.
Pasangan ini saling melirik, lalu Anna memeluk Milly dan mengusap ngusap punggung sahabatnya itu. "An, semoga kita masih bisa menjadi teman baik. Kamu selalu ada buat aku." Ucap Milly.
"Hmm kita masih menjadi teman." Kata Anna.
Milly berpamitan pada Anna, karena ini pertemuan terakhir mereka. Ia akan kembali ke Singapore ke rumah orang tuanya. Sebetulnya ia tidak ingin kesana, namun karena kejadian ini, Milly diminta pulang oleh orang tuanya.
Mata Deril memperhatikan setiap gerak gerik Milly pada istrinya. Setelah Anna dan Milly berpamitan, Deril membayar semua belanjaan istrinya ini.
"Ayo sayang. Udah kan?"
"Udah mas sayang, jangan cemberut donk."
Pipi Anna di kecup suaminya sekilas. Ia membawa belanjaan di tangan kirinya, dan tangan satunya lagi memegang sang istri.
Keduanya bersenang senang di dalam mall itu. Senyum Anna merekah bagaikan bunga yang baru mekar. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Deril membawa pulang istrinya. Di dalam mobil Anna merasa nafasnya tersengal. "Kamu kelelahan sayang, lurusin kakinya, tiduran aja. Nanti udah sampai aku bangunin yah." Ucap Deril, ia membetulkan posisi jok mobilnya agar istrinya dapat beristirahat.
"Makasih ya mas. Kamu perhatian banget sih." Kata Anna lembut.
"Iyalah... Masa aku enggak perhatian? Nanti bisa bisa aku di gantung sama papih kamu." Celetuk Deril.
"Oh jadi kamu gini, karena takut papih? Nyebelin banget." Anna memalingkan wajahnya ke kaca mobil.
"Bercanda sayang..." Deril mencium lembut bibir istrinya sangat lama. Hingga Anna kewalahan.
Tangan Anna mendorong pelan suaminya. "Jadi pulang enggak mas? Aku ngantuk." Rengek Anna
Deril segera menjalankan mobilnya menuju rumah. Benar saja, Anna sudah terlelap di dalam mobil. "Terima kasih ya Allah, atas segala nikmat-Mu. Aku bersyukur bisa menikahi Anna. Meskipun dia sangat manja tapi aku bahagia."
-
-
Ketika sampai di rumah, orang tua mereka sudah pulang. Baik mamah Mona, maupun mertuanya. Saat Deril akan menggendong istrinya. Tiba-tiba Anna bangun, ia ingin jalan kaki saja.
Anna khawatir suaminya akan keberatan menggendong dirinya yang tengah hamil. "Kamu ini...aku kan kuat sayang." Kata Deril.
"Jangan mas, aku bawa bayi loh ini di perut." Lirih Anna sambil menyandarkan kepalanya di lengan suaminya saat masuk ke dalam.
Bibi memasukkan semua belanjaan majikannya ini ke dalam rumah. Saat sampai di kamar, Anna dan Deril segera membersihkan diri mereka. Tidak ada penyatuan. Tubuh Anna terasa pegal sekali.
"Mas, udah siapin nama buat anak kita?" Tanya Anna.
Tangan Deril semakin mendekap istrinya di dalam pelukannya di atas tempat tidur. "Belum sayang, nanti mungkin saat tujuh bulan aku akan menyiapkan nama."
Deril hampir saja lupa, jika dirinya sudah meminta cuti satu minggu untuk mengajak istrinya babymoon. "Kemana mas?" Kata Anna dengan wajah yang berseri.
"Kita ke Jepang, mau kan? Tadinya mau ke Paris, tapi sepertinya satu minggu bukan waktu yang cukup sayang." Ucap Deril.
"Mau mas.. Dulu waktu sd aku pernah kesana sama keluarga ku. Tapi aku udah lupa lagi mas."
"Iya pokoknya kita liburan di sana ya sayang." Kata Deril.
Anna semakin menelusupkan kepalanya ke dada suaminya. Akhirnya liburan tiba. Ia juga sudah penat sekali di ibu kota ini. Ingin rasanya memanjakan dirinya namun suaminya masih sibuk dengan pekerjaannya. Hingga akhirnya sekarang Deril meluangkan waktunya untuk membawa istrinya liburan ke Jepang.
-
-
Babymoon yang dinanti tiba, hari ini Anna dan suaminya sudah di bandara di antar oleh seluruh keluarganya. Kali ini, Bima dan Juna sebagai asisten pribadi, ikut menemani boss-nya ini.
"Pih, kok Juna ikut sih?" Gerutu Anna pada papihnya ini.
"Ya ikutlah non Anna, kan di gajih sama tuan besar." Celetuk Juna tak mau kalah.
"Jaga adikku, awas kalau macam macam disana." Ucap Athala pada Juna.
"Siap boss."
"Halah siap siap, udah kaya paskibra aja hahaha." Sahut Alana.
Setelah drama panjang kini mereka pergi menuju tempat liburan yang di inginkan. Beginilah, jika Anna dan Juna bertemu sudah seperti tom&jerry.
Deril tersenyum kecil melihat kelakuan istrinya, baginya itu sangat menggemaskan. Sedari tadi di pesawat Anna dan Juna masih berdebat soal roti.
"Sayang, kita istirahat dulu yah di kamar." Ucap Deril lembut.
"Iya mas, awas yaa Jun, aku aduin papih." Gerutu Anna sambil menatap tajam Juna.
Yang di tatapnya pun tertawa terbahak-bahak. Usia mereka hanya berjarak satu tahun aja, sewaktu papih Alarich merekrut Juna. Saat itu, Juna baru lulus SMA dan sedang mencari pekerjaan demi bisa membantu pengobatan ibunya.
Bertemulah Juna dengan Ray, yang juga asisten pribadi papih Alarich. Jabatan Ray sendiri sudah naik menjadi wakil direktur di perusahaan papih Alarich.
Anna menceritakan kisah hidup Juna pada suaminya ini. Papihnya juga menyekolahkan lagi Juna di kampus milik keluarganya.
"Kasihan juga yah dia. Tapi dia baik loh, setia sama keluarga kamu sayang."
"Iya sih mas, emang dasarnya aja bocah si Juna."
Deril membawa istrinya beristirahat karena perjalanan masih jauh. Ia juga membawa perlengkapan kedokteran-nya untuk memeriksa keadaan istrinya di dalam pesawat.
"Obat sama vitaminnya minum dulu, mah."
"Iya papah, mana?" Tangan Anna sudah mengadah pada suaminya.
Dengan cekatan Deril menyiapkan obat dan vitamin untuk istrinya. Dengan sekali tegukkan Anna meminumnya. Anna pun lama kelamaan mulai terlelap di pelukan suaminya.
Deril membetulkan posisi kaki istrinya, ia mencium kening Anna lama sekali. "Aku mencintaimu sayang."