TERJEBAK HASRAT DOKTER TAMPAN
Suara musik gemerlap oleh seorang DJ ternama di ibu kota menggema di dalam sebuah club besar exclusive khusus para selebritas dan kaum elite.
Riuh orang orang sedang menikmati pesta dansa. Di tengah keramaian ada dua orang gadis yang baru datang ke club itu.
Ariana Dewantara dan sahabatnya, Milly. "Jangan lama yah please, gue takut dimarahin papih." Lirih Ariana dengan wajah memelasnya.
"Tenang aja, kan bokap loe lagi ke Singapore, jadi kita bisa bebas. Yuk sini kita senang senang yuhuuuu." Milly jalan duluan ke lantai dansa.
"Mill...tungguin gue!"
Dengan langkah ragu Ariana mengikutinya dan merasakan sensasi yang berbeda. Selama menjadi putri bungsu dari keluarga Dewantara, hidupnya hanya untuk belajar dan belajar. Sebetulnya ini bukan kali pertama Ariana ke club malam. Namun malam ini jauh berbeda.
-
-
"CARI ANAKKU SAMPAI KETEMU!"
Papih Alarich berteriak pada semua anak buahnya. Mamih Aleesya juga tak berkutik jika suaminya sudah murka. Memang salahnya mereka membiarkan Ariana sendiri di rumah bersama pelayan.
Sedangkan ketiga kakaknya sudah berkeluarga dan mandiri. Mereka sudah tidak tinggal dirumah orang tuanya. Saudara Ariana hanya akan pulang ke rumah saat weekend. Hanya adik bungsunya inilah yang belum menikah.
Ariana Dewantara anak bungsu dari pasangan Alarich Dewantara dan Aleesya Bagaskara. Sedari dulu bercita-cita menjadi model atau artis terkenal mengikuti jejak tantenya, yaitu Janisa.
Awalnya permintaan Ariana sangat ditentang oleh papihnya. Namun mamih Aleesya membujuk suaminya agar bisa memahami keinginan anak anaknya.
"Papih jangan marah marah donk!"
"Gimana papih enggak marah mih? Ini sudah jam satu malam Ariana belum pulang, ponselnya enggak aktif. Papih khawatir mih." Ucap papih Alarich dengan menahan sesak di dadanya.
"Bukan papih aja, aku juga sama pih. Tapi papih jangan emosi gitu. Mamih jadi pusing tahu!" Gerutu mamih Aleesya yang sudah berkaca-kaca.
Awalnya keduanya ingin berangkat ke Singapore karena papih Alarich harus meninjau bisnisnya. Namun niatan itu di urungkan. Mereka kembali lagi kerumah setelah pulang dari rumah orang tua papih Alarich.
-
-
-
Gadis bermanik coklat muda itu menenggak banyak minuman yang membuatnya oleng. Entah sudah berapa gelas yang dia minum. Pandangannya buram dia berjalan gontay sambil berpegangan ke meja bar.
Tak disangka sedari tadi ada pria asing yang memantaunya. "Cantik sekali...ah shit! Brengsek! Tubuhku panas!" Ucap pria itu sambil berjalan ke arah Ariana.
Dia mendekati Ariana dan menariknya dari keramaian. Ariana pun awalnya kaget namun dia menurut saja. "Kamu siapa? Kita mau kemana?" Tanya Ariana dengan wajah sempoyongan.
"Ikut aku!"
Pria tampan berwajah belasteran dengan perawakan tinggi itu membawa Ariana ke kamar VVIP yang ada di dalam club. Karena privillege yang ia punya, dengan mudahnya ia masuk ke kamar kosong itu tanpa harus memesan terlebih dulu.
Dia mengunci pintu kamar yang mewah itu, dan membawa Ariana ke tembok dengan nafas yang tersengal akibat obat perangs*ng yang dimasukkan ke dalam minumannya oleh orang lain.
Pandangan Ariana masih buram karena minuman yang membuatnya oleng, samar samar ia melihat wajah pria tampan yang ada di hadapannya. "Kamu siapa?"
"Kamu cantik...tolong bantu aku."
"Maksudnya? Hmmpt_"
Pria tampan dan mempesona itu langsung menyambar bibir Ariana penuh nafsu. Hasratnya sudah tak terbendung lagi.
"Tunggu ini pertama kalinya buat aku_" ucap Ariana yang menahan bibir pria asing tersebut dengan tangannya.
"Aku juga...ahh!" Lelaki itu menyusuri leher putih Ariana yang sangat wangi. Keduanya di mabuk kepayang. Gejolak hasrat yang kian membara semakin membakar keduanya.
Ariana di rebahkan di kasur, lalu lelaki itu membuka kemejanya dan melepaskan semua pakaian Ariana. Lalu ia melahap aset yang berharga di diri Ariana. Tangannya tak lepas meremas dua gunung kembar nan padat itu.
"Ahhh ssshh..." Ariana menggigit bibir bawahnya, jiwanya melayang ini pertama kalinya ia bersentuhan dengan lelaki. Bahkan dengan pacarnya saja, ia hanya berpelukan tak lebih.
Pria asing itu mampu mengobrak abrik lembah yang sudah Ariana jaga selama ini. "Oh my God... kamu indah sekali sayang."
"Hhhh eugh... Iya... Ahh..."
Pria itu memasukkan juniornya ke dalam Ariana. Tangan Ariana mencengkram punggung pria asing yang menj*mah dirinya. "Sa-sakit... Argh.. " Ariana tak kuasa menjerit.
"Nikmati malam ini, babe."
Suara lenguhan dan desahan yang keluar dari bibir Ariana membuat pria itu semakin menggoyangkan pinggulnya. Bahkan kuku-kuku Ariana sudah mencakar punggung pria tampan itu. Penyatuan tanpa status dan tanpa perkenalan itu membuat keduanya melayang ke nirwana.
"Ahhh... Sssh... Ahh... "
Cukup lama mereka bertempur hingga lelaki itu ambruk di ceruk leher Ariana. "Kamu harum sekali...!" Tangannya mengelus lembah berwarna pink itu dengan lembut.
"Ahhh minggir sana...!" Ariana menghempaskan tubuh pria di hadapannya. Keringat membasahi mereka. Lama kelamaan mata keduanya terpejam masuk ke alam mimpi.
-
-
-
Berbeda di rumah keluarga Ariana, orang tuanya sangat khawatir sekali sudah hampir subuh anaknya belum pulang. Dan anak buahnya belum menemukan titik terang.
Bahkan Athala dan Atharya kedua kakak lelaki Ariana ini sudah datang dari semalam ke rumah orang tuanya. Alana tak bisa datang karena harus mengurus anaknya Mikayla yang sakit demam. Tapi akhirnya ia datang meskipun sebentar.
"Sudah dapat, Jun?" Tanya Athala cemas.
"Belum bos tapi...!" Juna nampak ragu mengatakannya.
"Ada apa Juna?" Tanya papih Alarich.
"Maaf boss, tapi anak buah saya sedang menyusuri beberapa club malam. Karena...temannya yang bernama Milly sering sekali datang ke club. Saya khawatir, non Anna dibawa kesana." Ucap Juna dengan hati hati.
DEG
Dada mamih Aleesya terasa sesak. Memang benar semenjak Ariana menjadi model, tingkah lakunya sedikit berubah. Tak jarang anaknya itu membangkang pada orang tuanya. Dan pergaulannya pun sedikit bebas.
Omah Winda dan opah Arya bahkan pernah memanggil ustadz untuk meruqyah Anna. Namun Anna semakin memberontak.
Ariana dan papihnya sering sekali bertengkar. Papihnya merasa kalau Ariana sudah berubah. Dia bukan Ariana anak bungsunya yang penurut lagi.
"Pih...mamih takut terjadi apa-apa sama Anna. Firasat mamih buruk pih." Lirih mamih Aleesya.
"Kita berdoa semoga Anna baik baik saja."
Bohong kalau papih Alarich tidak cemas. Firasatnya juga mengatakan hal yang sama. Namun ia coba menampiknya. Dia yakin Ariana masih bisa menjaga dirinya.
"Mih, pih, Athar ikut Ray. Kakak tunggu disini jaga mamih dan papih." Tutur Atharya dengan cemas. Semuanya setuju.
Ray dan Atharya beserta anak buah papihnya yang lain pergi mencari ke beberapa club malam yang ada di ibu kota itu.
"Ray, sisir semua club exclusive di kota ini. Anna tidak mungkin ke club biasa, pasti dia ada di salah satu club khusus orang orang terkenal." Ucap Athar.
"Oke boss siap!"
Semua mencarinya hingga pagi hari namun kabar Ariana belum juga di temukan. Terlalu banyak tempat hiburan malam di kota ini. Tidak mungkin mencarinya dalam semalam. Orang tua Ariana tidak tidur sama sekali.
Pagi pagi sekali Alana datang sendiri ke rumah orang tuanya. Kakak kedua dari Ariana itu sangat khawatir sekali. Dia memeluk mamih dan papihnya. Anak-anaknya dirumah bersama suaminya.
"Jadi Anna belum ketemu? Terus dia dimana ya Tuhan." Lirih Alana.
-
-
-
Mereka menunggu hingga jam 10 pagi, tak lama mobil Ariana masuk ke dalam halaman rumahnya. Semua orang berdiri menuju pintu. Ariana turun dari mobil sambil menenteng high heels-nya dengan keadaan berantakan.
"Dari mana kamu? Ya Tuhan Anna... kamu habis mabuk?" Tanya Athala yang sudah sangat marah.
"Apasih kak? Udah deh, aku udah gede bukan anak tk lagi. Bawel banget." Ariana kesal menanggapi kakaknya dia juga tak perduli jika orang tuanya akan marah.
"ANNA." Papih Alarich membentak anak bungsunya itu. Seketika Ariana diam mematung dengan nafas yang tersengal.
"Kenapa lagi papih?"
PLAK
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments