NovelToon NovelToon
Bos Jutek Itu Suamiku

Bos Jutek Itu Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / CEO / Berbaikan
Popularitas:29.9k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Ayra tak pernah menyangka bahwa hidupnya bisa seabsurd ini. Baru saja ia gagal menikah karena sang tunangan-Bima berselingkuh dengan sepupunya sendiri hingga hamil, kini ia harus menghadapi kenyataan lain yang tak kalah mengejutkan: bos barunya adalah Arsal—lelaki dari masa lalunya.

Arsal bukan hanya sekadar atasan baru di tempatnya bekerja, tetapi juga sosok yang pernah melamarnya dulu, namun ia tolak. Dulu, ia menolak dengan alasan prinsip. Sekarang, prinsip itu entah menguap ke mana ketika Arsal tiba-tiba mengumumkan di hadapan keluarganya bahwa Ayra adalah calon istrinya, tepat saat Ayra kepergok keluar dari kamar apartemen Arsal.

Ayra awalnya mengelak. Hingga ketika ia melihat Bima bermesraan dengan Sarah di depan matanya di lorong apartemen, ia malah memilih untuk masuk ke dalam permainan Arsal. Tapi benarkah ini hanya permainan? Atau ada perasaan lama yang perlahan bangkit kembali?

Lantas bagaimana jika ia harus berhadapan dengan sifat jutek dan dingin Arsal setiap hari?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CINTA YANG MEMBUAT GILA

Benci dan cinta itu beda tipis. Terkadang mengakunya benci, namun rasa ingin tahu tentang seseorang yang dibenci sangatlah besar. Semakin pula mencintai seseorang, maka semakin besar pula kemungkinan untuk menbenci. Maka benarlah kata pepatah, jangan mencintai atau membenci manusia lain secara berlebihan. Maka kamu akan diuji dengan rasa itu.

Mungkin itulah yang dirasakan Arsal. Dulu ia terlalu mencintai Ayra. Sehingga ketika ia dikecewakan dengan penolakan Ayra, perasaan itu pun berubah menjadi kebencian. Namun sekarang, setelah panggilan 'suamiku sayang' tadi siang, nyatanya membuat perasaan benci itu menguap entah kemana.

Perasaannya ini murahan memang. Secepat itu berubah.

Nyatanya kini begitulah yang terjadi. Namun tetap saja, Arsal tetaplah Arsal. Lelaki yang mempunyai gengsi setinggi jabal uhud. Walaupun perasaannya pada Ayra mulai tumbuh kembali, nyatanya ia masih saja bertahan dengan sikap dinginnya. Arsal hanya berani menatap Ayra dari jauh.

Seperti yang ia lakukan saat ini. Bukannya mengajak Ayra makan siang berdua, ia justru memilih makan bersama Satria, lalu menatap Ayra dari kejauhan.

"Kenapa mesti dilihat dari jauh gitu sih, Pak? Samperinlah. Kalau cuma dilihatin doi nggak tahu, Pak." Satria berkomentar santai.

Arsal enggan menjawab. Namun matanya tetap fokus pada Ayra yang sedang makan siang bersama Riana dan Haikal.

"Lagian sama istri kenapa suka diam-diam suka sih, Pak?" Satria bersuara lagi. Dirinya sudah menghabiskan dua porsi mie ayam selama menemani Arsal di kantin kantor.

"Kamu tidak mengerti. Jadi diam." Arsal menyahut diiringi tatapan tajam.

"Ya Ayra juga tidak akan ngerti kalau Pak Arsal cuma diam-diam suka begini. Tuh, Mas Haikal aja perhatian begitu sama Ayra." Satria tanpa malu menunjuk ke arah meja Ayra.

Rahang Arsal mengeras. Satria benar, Haikal dengan berani memberi perhatian pada Ayra. Lelaki itu dengan santainya memberi minuman pada Ayra yang sedang batuk.

"Kalau cemburu, ya-Loh, Bos! Mau kemana?" Satria berseru cepat saat Arsal beranjak dan berjalan menuju meja Ayra.

Tanpa memperdulikan Satria yang berjalan di belakangnya, Arsal terus berjalan cepat menuju meja Ayra. Hatinya memanas melihat Haikal berdekatan dengan Ayra. Saat mulai dekat dengan meja Ayra, Riana yang lebih dulu menyadari Arsal lalu melambaikan tangannya pada Arsal sembari tersenyum sopan.

Arsal hanya mengangguk. Lalu berdiri di samping Ayra yang masih berusaha meredakan batuknya.

"Ayra, ikut saya." Tanpa menunggu jawaban Ayra, Arsal melangkah lebih dulu.

Langkah kaki Arsal begitu mantap hingga ia sampai di lift.

"Kita mau kemana, Pak?" tanya Ayra dengan gaya sopannya. Layaknya atasan dan bawahan.

"Ke ruangan saya," jawab Arsal tanpa menoleh ke Ayra yang kini berdiri di sampingnya.

"Mau ngapain?" tanya Ayra lagi.

Pintu lift terbuka. Arsal tidak menjawab pertanyaan Ayra, namun langsung menarik tangannya untuk ikut masuk ke dalam lift. Tanpa memperdulikan tatapan terkejut Ayra, Arsal justru semakin merapatkan tubuh Ayra padanya hingga bahu gadis itu mengenai dirinya.

"Pak, ini terlalu dekat." bisik Ayra.

"Lebih baik merapat ke saya daripada kamu merapat ke orang lain. Kamu nggak lihat betapa banyaknya orang di sini?" jawab Arsal pelan. Tangannya bahkan sesekali merangkul Ayra.

Hanya saja karena posisi mereka paling belakang, tidak ada yang menyadari itu. Ah bukan tidak ada, karena nyatanya mata Satria menatap itu dengan kaget. Arsal hanya diam dan menatap Satria dengan datar, membuat sekretarisnya itu akhirnya berpura-pura tidak tahu.

"Kalau kayak gini nanti orang curiga sama saya. Tangan Bapak tolong kondisikan dong." kata Ayra pelan. Walaupun perkataannya terdengar enggan, nyatanya tubuh Ayra sama sekali tidak beringsut menjauh.

"Hmmmh...." gumam Arsal lalu melepaskan rangkulannya.

Lift pun terbuka. Tepat di lantai ruangan beberapa divisi berada, akhirnya mereka pun keluar. Arsal berjalan lebih dulu, sedangkan Satria dan Ayra berjalan di belakangnya. Keduanya terlihat begitu akrab, padahal Satria adalah orang baru. Arsal menoleh ke belakang, ternyata benar, dua orang tersebut sedang asyik bicara berdua.

Arsal menghela napasnya. Melonggarkan kancing kemejanya. Hatinya terasa tidak rela melihat Ayra yang begitu asyik bergurau dengan Satria. Tadi Haikal, sekarang Satria. Nyatanya Ayra terlihat lebih ramah saat bersama orang lain daripada dirinya.

"Ayra, ayo!" panggil Arsal dengan nada jengkel.

Ayra menoleh. Namun bukannya menjawab panggilan Arsal, Ayra kembali menoleh pada Satria. "Mas saya duluan, ya. Nanti kalau ada info lagi, kabarin saya, ya. Sampaikan salam saya juga ya. Ngefans banget soalnya."

Istrinya itu tampak begitu bahagia. Entah apa yang ia bicarakan bersama Satria, wajahnya begitu cerah.

"Siap, Mbak." Satria mengacungkan dua jempolnya dengan semangat.

"Ayra! Cepat!" Panggil Arsal lagi dengan kesal.

Saat itulah mata Satria bertemu dengan tatapannya. Tanpa bicara Arsal menatapnya dengan tajam. Setelah itu, ia segera masuk ke ruangan lebih dulu. Lalu disusul Ayra dan Arsal bisa mendengar jelas suara pintu ditutup.

"Ada apa ya, Pak?" tanya Ayra sopan.

Arsal berbalik. Matanya menatap Ayra yang kini sedang berdiri di dekat mejanya. Perlahan Arsal berjalan mendekati Ayra. Hingga kini ia sudah berada di hadapan perempuan tersebut.

Untuk pertama kalinya, ia akhirnya memberanikan diri memeluk Ayra. Tubuh istrinya itu menegang dan kaku. Arsal merasa sedang memeluk benda mati.

"Biarkan begini dulu, ya," ucap Arsal pelan.

"Bapak kenapa?"

Mendengar kata 'bapak' itu membuat Arsal jengkel. Umur mereka itu sama. Namun dengan panggilan tersebut, rasanya sangat tua sekali. Padahal Ayra sendiri memanggil Haikal yang umurnya jauh lebih di atas mereka itu dengan 'Mas', pun begitu dengan Satria.

"Hati saya lagi panas." jawab Arsal asal.

"Kenapa? Kalau gitu ngademnya di kulkas aja, Pak." gurau Ayra, tubuhnya kini tidak sekaku tadi.

Arsal tersenyum tipis ketika merasakan tangan Ayra membalas pelukannya.

Keduanya saling diam setelah itu. Arsal masih betah memeluk Ayra. Menghirup aroma tubuh perempuan itu. Ia berusaha menenangkan emosi dan rasa cemburunya itu dengan memeluk Ayra.

"Pak masih lama, ya? Kaki saya pegal."

Arsal terkekeh. Ia pun melepaskan pelukannya. Lalu menatap Ayra dengan datar.

"Nggak suka saya peluk, ya?"

Ayra menggeleng cepat. "Bukannya nggak suka. Cuma ya pegal juga kalau kelamaan." jawabnya.

Melihat Ayra yang memang seperti memang lelah kelamaan berdiri, lalu menuntun Ayra untuk duduk di sofa. "Abis ini kamu sibuk, nggak?"

"Bapak mau ngajak saya kemana?" tanya Ayra balik.

"Nanti juga kamu tahu." jawab Arsal datar. "Gimana?"

"Hmmh... Saya ada janji sama Pak Bima sih abis makan siang." Ayra menatap jam tangannya. "Nah, seharusnya sekarang ia sudah sampai di kantor."

"Bukannya produksi buku Bima sudah selesai? Yang kemarin nggak sekalian launching bukunya?"

"Kalau itu sih sudah selesai. Ini buku yang lain lagi. Dia udah bicarakan itu sama Mas Haikal."

"Ya udah." Arsal langsung berdiri dan melangkah menuju kursinya. Hatinya yang tadinya sudah sedikit tenang, kembali jadi bergejolak.

"Loh, udah gitu aja?" Ayra berseru heran.

Arsal diam. Ia memilih menyibukkan diri dengan memeriksa berkas di hadapannya. Masa bodoh dengan pemikiran Ayra mengenai dirinya yang terlihat cemburu sekarang.

"Pak,"

"Hmmmh...."

"Saya mau minta izin nanti sepulang kerja ikut Riana dan Mas Haikal ke tempat Riana, ya. Di rumahnya ada acara."

Arsal menggenggam erat pulpennya. Matanya menyorot tajam wajah Ayra yang kini justru menampakkan senyum kikuk di wajahnya. Hati Arsal mencelos karena Ayra terlihat gugup saat meminta izin padanya.

Akhirnya Arsal mengangguk. Detik itu juga wajah Ayra kembali sumringah. "Tapi kamu saya yang antar." ucapnya tegas.

Saat ia tahu Ayra hendak melayangkan protes, Arsal lebih dulu bersuara. "Keluar sana! Habis ini saya mau meeting."

Terdengar menyebalkan memang, namun suasana hati Arsal sungguh tidak bagus saat ini. Saat Ayra keluar ruangannya dengan wajah kesal, Arsal lalu menyandarkan tubuhnya di kursinya.

"Ay, Ay, bisa-bisanya kamu membuat saya segila ini." keluhnya sambil memijit pelipisnya.

1
Alfatihah
bikin meleleh ...mleot hihihi ayra jail bgt

lanjut thor
Alfatihah
lanjuttttt
emil ninda
novel ini bagus Lo tp kok peminat nya sedikit ya
Edelweis Namira: Pendatang baru kak. Terima kasih yaa
total 1 replies
Alfatihah
adohhhh gak ISO turu Iki mri up... tanggung jawab thorrr kecanduan Karo karyamu thorrr....semangattttt
Edelweis Namira: terima kasih ya
total 1 replies
Khanza Via
lanjut kak... double up
Alfatihah
haduhhhhh tambah penisirin ini thorrrrt...lanjuttttt
Alfatihah
mantullll jadi obong2an wkwkwk
Erni Zahra76
up lg thor
Erni Zahra76
makanya jd laki yg tegas mn istri dan mn adik ipar hrs bs membatasi...lanjut thor jgn lm2 upnya🙏
Edelweis Namira: Iya marahin aja itu si Arsal
total 1 replies
Khanza Via
double up kak
Edelweis Namira: Jangan lupa selalu komen ya. Gak hanya komen up aja. Hehehe
total 1 replies
Khanza Via
up tiap hari kak
Alfatihah
lama banget nunggu up nyaaaaaa...g berasa upppppp nyaaaaaaa... bagus banget ceritanya kak beneran deh
Fitriana Yusuf
awal nikah jg gini... punya suami kaku dan dingin... ya Allah kok serba canggung 😅
Edelweis Namira: Iya bener
total 1 replies
Alfatihah
lanjutttkan
Erni Zahra76
lanjut lg thor
Alfatihah
bagus bangetttt
Alfatihah
berasa gak up...cepet banget abisnya ... semangat ya kak up y... minimal 1x sehari hehe nglunjak maaffff ....karyamu bagus banget kakkkk
Alfatihah
up donk kak ...
Alfatihah
semangat Arsal
💞Aulia Adriani💕
recommended
Edelweis Namira: makasih ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!