NovelToon NovelToon
Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Dijodohkan Orang Tua / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Wanita Karir / Keluarga / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:515
Nilai: 5
Nama Author: chayra

zaira Kalya , gadis bercadar yang bernasib malang, seolah cobaan terus mendatanginya. Setelah Tantenya-tika Sofia-meninggal, ia terpaksa menerima perjodohan dengan albian Kalvin Rahardian-badboy kampus-yang begitu membencinya.

Kedua orang tua ziara telah meninggal dunia saat ia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, hingga ia pun harus hidup bersama tika selama ini. Tapi, tika, satu-satunya keluarga yang dimilikinya juga pergi meninggalkannya. tika tertabrak oleh salah satu motor yang tengah kebut-kebutan di jalan raya, dan yang menjadi terduga tersangkanya adalah albian.

Sebelum tika meninggal, ia sempat menitipkan ziara pada keluarga albian sehingga mereka berdua pun terpaksa dinikahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 26

Lalu lintas ibukota sore itu cukup padat karena bersamaan jam pulang para pelajar dan orang kantoran. Mobil hitam yang dikendarai albian hanya bisa melaju pelan-pelan, itu pun terkadang masih berhenti karena padatnya kendaraan di depannya.

“Sial!” umpat albian kesal. Padahal ia ingin segera sampai di rumah Brigita dan menyusul ziara di rumah vino sebelum musuhnya itu mencari-cari kesempatan mendekati istrinya.

Sesekali dipukulnya dengan kuat setir kemudi di depannya. Bahkan tak ragu ia membunyikan klakson mobilnya agar pengemudi di depannya segera maju.

“Sabar dong. Namanya juga macet. Mau lo bunyiin tuh klakson sampe jebol juga gak akan maju mobil di depan,” ucap Brigita. Gadis itu justru terlihat senang karena bisa punya waktu berdua lebih lama bersama albian.

“Lo kok santai banget? Ini Nyokap lo lagi sakit di rumah, loh. Bukannya pengen cepet pulang malah kayak kesenengan dari tadi senyum-senyum terus," cibir albian sambil memutar bola matanya malas.

Senyuman yang tadinya terus terpatri di wajah Brigita mendadak luntur. Gadis itu menampakkan wajah yang datar tanpa ekspresi, menahan bibirnya yang terus tersenyum. "Siapa yang seneng? Gue juga lagi panik ini, bian. Tapi mau gimana lagi? Namanya juga lagi macet. Gak mungkin kan kita marahin orang-orang di depan biar cepet jalan?'"balasnya.

Setelah terjebak macet cukup lama, akhirnya mobil albian tiba di pelataran rumah Brigita. Rumah itu kelihatan sangat sepi seolah tak berpenghuni. Bahkan pintunya juga tertutup. Tak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Bahkan suara asisten rumah tangganya pun tak terdengar dari luar.

"Ini pada ke mana? Kok kayak lagi kosong sih?" tanya albian yang merasa curiga.

Brigita melepaskan sabuk pengamannya, lalu keluar dari dalam mobil tanpa menjawab pertanyaan albian barusan. Di depan mobil, gadis itu melambaikan tangan, meminta albian untuk keluar.

Albian yang ingin segera pulang dari sana dan menyusul ziara di rumah vino memilih keluar dari dalam mobil. Ia berjalan menghampiri Brigita yang sudah berada di bawah teras rumah.

"Gue gak akan lama-lama di sini. Langsung aja gue bantu bawa Nyokap lo turun biar gue bisa cepet balik," ucap albian bersamaan dengan pintu yang terbuka. Ia berjalan membuntuti Brigita yang berjalan di depannya.

Gadis itu mendadak bungkam setelah tiba di rumahnya. Bahkan semua pertanyaan dari albian tak ada satu pun yang dijawabnya.

Sambil berjalan menuju tangga, albian mengedarkan pandangan ke sekitar. Ia yakin sepenuhnya kalau rumah itu memang sedang kosong sekarang.

Bahkan saat berjalan di tangga, ia sempat melihat dapur yang kosong. Padahal biasanya setiap pulang sekolah, di dapur rumahnya tengah bising dengan suara para asisten rumah tangga yang tengah menyiapkan masakan untuk makan malam.

"Git, Bibi lo ke mana? Kok kayak gak ada di rumah sih?" tanya albian begitu tiba di lantai dua.

"Tadi katanya sore-an dikit mau belanja bulanan sebelum masak buat makan malam. Mungkin belum pulang," jawab Brigita tanpa menoleh ke belakang. Pandangannya lurus ke depan, begitu juga dengan langkah kakinya yang semakin dipercepat.

Begitu sampai di kamar yang ada di ujung ruangan, Brigita mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam. Sedangkan albian memilih mengintip dari luar.

Mata albian terbelalak melihat ranjang yang ada di kamar itu kosong. "Mama lo mana? Koo gak ada?" tanya albian masih berdiri di ambang pintu kamar.

"Kayaknya lagi di kamar mandi deh. Tunggu bentar ya," jawab Brigita seraya mengeluarkan Hp nya dari dalam tasnya.

Gadis itu pun berjalan menuju kamar mandi, sedangkan albian masih menunggu di depan pintu.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan Brigita dari kamar mandi.

"Aaaa... albiaaann...," teriak Brigita dengan suara yang begitu kencang.

Albian yang berniat mengambil Hp nya dari saku celana terlonjak kaget dan mengurungkan niatnya. Pemuda itu memilih berlari masuk ke dalam kamar dan menuju kamar mandi. Matanya membulat melihat Brigita yang tidur di lantai sambil memegangi pinggang. Ia mengedarkan pandangan ke setiap sudut kamar mandi, tapi tak menemukan Mama Brigita di dalam sana.

"Lo kenapa? Gue kira Mama lo pingsan di sini, makanya lo teriak," tanya albian seraya menghampiri Brigita dan membantunya bangkit berdiri.

"Gue jatuh, bian. Udah tau posisi gue terkapar di lantai, lo masih bisa-bisanya nanya," jawab Brigita meringis kesakitan. "Bantu bawa gue ke kasur. Pinggang gue kayak patah." Tangan kiri gadis itu menunjuk ke arah ranjang, sedangkan tangan kanannya berpegangan erat pada bahu albian.

"Mama lo mana?" tanya albian sekali lagi. Pertanyaannya tadi belum mendapat jawaban dari Brigita.

"Tadi gue baru liat Hp, ternyata Mama gue udah dibawa ke rumah sakit sama Papa tiri gue. Kayaknya waktu kita masih kena macet tadi mereka berangkatnya," jawab Brigita sambil berpegangan erat pada albian begitu mereka hampir sampai ranjang.

"Kalo gitu gue mau pulang. Tugas gue di sini udah selesai," ucap albian.

Saat hendak melepaskan pegangannya pada Brigita, mendadak gadis itu mengalungkan kedua tangannya pada leher albian dan menariknya kuat hingga keduanya terhempas di atas ranjang dengan posisi Brigita di bawah albian.

"Gue gak bisa biarin lo pergi gitu aja, bian," ucap Brigita menatap lekat albian yang tengah menindih tubuhnya. Pegangannya pada leher pemuda itu semakin dieratkan.

"Sialan! Lo ngapain, Git?! Lepasin gue sebelum gue berbuat kasar sama lo!" teriak albian meronta. Tapi, semakin ia meronta, Brigita semakin mengeratkan pegangannya.

"Gue rela lo pake hari ini. Gue akan bikin lo puas," ucap Brigita semakin menarik albian mendekat. "Lo pasti belum pernah tidur sama ziara kan? Dia gak akan bisa muasin lo, bian."

"Brengsek!" Albian berteriak penuh amarah. Ia dorong kasar kedua tangan Brigita hingga terlepas dari lehernya. "Dasar jalang! Lo murahan banget jadi cewek! Lo gak ada harga dirinya sampe lo nawarin diri ke gue."

Pemuda itu mengepalkan kedua tangan seraya berjalan mundur menjauh dari ranjang. Ia menatap jijik pada Brigita yang dengan sengaja membuka rok ketatnya hingga kulit pahanya terekspos dari luar.

"Gue salah ya kalo pengen nyenengin lo doang? Gue suka sama lo, bian. Gue rela kasih apapun buat lo, termasuk kehormatan gue," ucap Brigita seraya bangkit berdiri.

"Gue yang gak sudi," balas albian tegas. Lalu berbalik badan, tak ingin berlama-lama di sana.

Bukan Brigita kalau menyerah begitu saja. Gadis itu berlari cepat menyusul albian yang tengah berjalan menuju pintu keluar. Lalu, memeluk tubuh albian dari belakang dan memberi kecupan pada lehernya hingga meninggalkan noda lipstik di sana.

"Sialan! Jauh-jauh dari gue!" teriak albian seraya mendorong Brigita hingga terhempas ke lantai.

1
shora_ryuuka shoyo
Wow, luar biasa!
Raquel Leal Sánchez
Membuat saya terharu
y0urdr3amb0y
Ayo thor, jangan bikin pembaca kecewa, update sekarang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!