NovelToon NovelToon
Boss Idaman Hati

Boss Idaman Hati

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Kehidupan di Kantor / Tamat
Popularitas:25.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: RizkiTa

Squel Cinta Setelah Pernikahan

21+

“Gimana mau move on kalau sering berhadapan dengan dia?”

Cinta lama terpendam bertahun-tahun, tak pernah Dira bayangkan akan bertemu lagi dengan Rafkha. Laki-laki yang membuatnya tergila-gila kini menjadi boss di perusahaan tempat ia bekerja.

“Tolong aku Ra, nikah sama aku bisa?” ucap lelaki itu. Dira bingung, ini lamaran kah? Tak ada kata romantis, tak ada cincin, tiba-tiba lelaki itu memintanya menikah dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suster Cantik

Aku tau pembaca novel ini banyak, tapi dikit yang mau ngasil like, tolong dong pencet dulu likenya sebelum baca. Makasih.

Usai sholat maghrib, seisi ruang apartemen Dira menjadi saksi bagaimana lemah dan manjanya Rafkha yang berulang kali mengeluh karena perih, dan nyeri di bibirnya yang semakin membengkak. Dira yang tengah telaten mengoleskan salap pereda nyeri dan pengering luka, tak peduli dengan rintihan dan keluhan lelaki itu. Apalagi, lukanya bertambah perih karena harus terkena air wudhu tadi.

“Kamu kayak nggak ikhlas ngobatinnya, mending aku ke klinik aja. Biar di obatin sama suster-suster yang cantik. Dijamin lebih cepat kering lukanya, karena mereka pasti ikhlas,” kalimat terakhir yang di ucapkan Rafkha hingga Dira menghentikan aktifitasnya. Mengambil napas dalam, tatapannya begitu tajam tepat pada mata Rafkha yang tengah memasang wajah memelas.

“Bukan gitu, maksud aku... pelan-pelan gitu ngolesnya. Aku mati-matian nahan perihnya Ra,” sudah tahu bibirnya sakit, tapi masih saja mengeluh dan mengomel panjang lebar.

Sementara Dira masih diam, antara kesal dan bingung. Berani-beraninya Rafkha mengatakan lebih baik di obati sama suster-suster cantik? Lantas sekarang ini, ia dianggap apa?

“Udah ngomelnya?” Dira kembali mengambil botol obat yang tadi sempat ia letakkan. Rafkha mengangguk pelan, menutup rapat bibirnya. ia baru tahu ternyata Dira bisa semengerikan ini.

“Gini ya, aku mau nanya. Tadi, waktu kamu di tonjok sama lawan, musuh atau siapalah itu yang bikin kamu kayak gini, ada nggak kamu ngeluh sakit, menjerit atau semacamnya? oh ya, tentang suster cantik yang kamu sebut ikhlas tadi, ya jelas lah. Kalo kamu berobat ke klinik ‘kan pasti bayar.”

setiap Dira berbicara, arah pandang Rafkha selalu mengarah pada gerakan bibir Dira yang sesekali terbuka, tertutup, bahkan kadang ia memajukan bibirnya di tengah-tengah omelannya. Tanpa sadar, Rafkha tersenyum.

“Abang jawab, kok malah senyum?”

“Ya enggaklah, malu dong kalau teriak sakit, apalagi ngeluh.” Rafkha mengaku.

“Terus Abang nggak malu sama aku dari tadi merengek terus? udah selesai nih,” Dira menutup kembali obat dan salap yang tadi terbuka, serta membereskan barang-barang lain yang berserakan di atas meja.

“Bedalah, kamu ‘kan calon istri aku memang tempatnya aku mengeluh. Kok udahan, masih sakit ini, Ra.”

“Terserah.” Dira tak peduli, ia masih kesal dengan Rafkha yang sore ini merelakan dirinya terluka, entah demi apa. Sejak tadi, Dira tak berhasil mengintrogasinya. Berulang kali Dira bertanya berkelahi karena apa, dengan siapa. Tapi lelaki itu hanya menjawab dengan santainya ‘urusan laki-laki, kamu nggak perlu tau’

Dira beranjak pergi meninggalkan sofa, sementara Rafkha menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa.

“Mau kemana? aku di tinggal?” satu tangan Rafkha menarik tangan kiri Dira. Bergelagat manja seperti anak kecil yang akan di tinggal ibunya.

“Mau masak makan malam, Abang tunggu disini aja.”

Perlahan, Rafkha melepaskan cengkeraman tangannya dipergelangan tangan Dira, “Oh... ya udah, sana.”

“Abang mau pulang atau tetap disini? atau mungkin mau ke klinik terdekat?” sebenarnya, Dira masih kesal karena ucapan Rafkha tentang suster cantik yang ia sebut-sebut tadi, apalagi Rafkha mengatakan bahwa ia tidak ikhlas mengobatinya. Padahal, tentu Dira sangat ikhlas lahir dan bathin.

“Aku diusir?”

Dira menggeleng cepat, sambil tersenyum. “Enggak, bukan gitu maksud aku. Ya kamu bilang masih sakit, mungkin mau diobatin sama yang cantik-cantik biar sembuh maksimal,” gadis itu memakai apron yang ia gantung di sekitar dapur, kemudian membuka kulkas untuk mengambil bahan-bahan makanan disana.

Mengingat Rafkha pernah mengatakan bahwa telur dadar adalah makanan favoritnya, maka malam ini Dira jadikan salah satu menu makan malam mereka.

“Oh, kamu cemburu? kamu itu suster paling cantik, milik aku pribadi. Makasih ya, udah ngobatin luka aku.” Sambil menaikkan alisnya.

Dira hanya tersenyum tipis, wajahnya bersemu merah. “Gombal!” gerutunya dengan suara halus, mungkin Rafkha tak mendengarnya.

Jarak ruang TV dan dapur tak jauh, dan tanpa pembatas hingga mereka tetap bisa mengobrol meski tak berdekatan.

Rafkha meraih remot TV yang terletak di atas meja dihadapannya, menekan tombol power dan layar TV langsung menampilkan tayangan drama Korea yang tadi malam Dira tonton melalui flashdisk. Sialnya, saat ini sedang menampilkan adegan ciuman yang begitu mesra.

Keduanya terperangah melihatnya, terutama Rafkha. Bukan karena ia tak pernah melihat adegan seperti ini, bahkan ia sering melihat yang lebih dari ini. Hanya saja, situasi saat ini tidaklah tepat. Dira membulatkan matanya, buru-buru meninggalkan dapur dan mendekat ke arah TV. Mencabut flashdisk yang ada di belakang TV, kini layar sudah menampilkan beberapa pilihan chanel dalam negeri dan juga luar negeri yang begitu banyak.

“Kenapa?” pertanyaan dari Rafkha. “Kamu pikir aku anak di bawah umur, nggak pantas nonton adegan tadi?” lelaki itu tertawa kecil, kemudian menggelengkan kepalanya melihat Dira yang gelagapan tengah membuka laci di bawah rak buku, meletakkan flashdisk itu didalam sana.

“Bu-bukan gitu. Abang nonton yang lain aja, kan banyak pilihannya. Aku lanjut masak ya.”

Jantung Dira hampir copot, sangat malu. Kenapa harus adegan seperti itu yang Rafkha lihat, ketahuan kan kalau ia gemar menonton drama romantis cinta-cintaan.

“Biasa aja kali Ra, kita sama-sama udah dewasa.” Rafkha tersenyum ke arahnya, Dira semakin tertunduk malu. Apalagi mengingat kejadian sore tadi didalam mobil.

Gadis itu mulai menyibukkan diri, mengupas bawang, merajang wortel dengan bentuk yang sangat halus, kemudian seledri dan juga daun bawang untuk campuran telur dadar yang akan ia buat.

🌸🌸🌸

Sejak setengah jam yang lalu, Dira sibuk di dapur, Rafkha juga sibuk dengan ponselnya dan sesekali menatap ke layar TV. Chanel National Geographic menjadi pilihannya, lelaki itu terlihat sangat santai dengan posisi bersandar, kakinya berselonjor di sofa.

Aroma telur dadar yang baru saja di angkat dari teflon, menusuk ke indra penciumannya. Hingga ia menoleh ke arah Dira yang tengah menyajikan hidangan diatas meja makan mini yang sudah disediakan di apartemen ini.

“Abang, ayo makan,” ajaknya, sambil memindahkan nasi dari rice cooker ke dalam wadah khusus nasi. Perlengkapan dapur Dira lumayan lengkap, sengaja ia beli karena masak adalah salah satu hobinya. Jadi, alat-alat memasak yang menurutnya penting, wajib ia miliki.

Tanpa bersuara, Rafkha sudah duduk disalah satu kursi makan, menunggu Dira menyajikan nasi. Di meja makan sudah tersedia, sepiring telur dadar, dan tumis capcay sebagai pelengkap lauk malam ini.

“Padahal aku nggak request ini, kamu pengertian banget.” sambil menusuk telur dadar itu dengan garpu, seolah tak sabar untuk mencicipinya.

“Jadi calon istri emang harus peka,” celetuk Dira, ia membuka apronnya dan kemudian bergabung bersama Rafkha di meja makan.

“Berarti aku nggak salah pilih.” jawab Rafkha.

“Pelan-pelan makannya, jangan sampe kamu teriak-teriak lagi kesakitan, karena nahan perih. Nggak enak di dengar tetangga, ntar dikira kita ngapa-ngapain lagi.” Dira mengingatkan, lelaki itu malah tertawa.

“Kita ngapa-ngapain juga nggak bakal kedengaran sama sebelah, bangunan ini ‘kan kedap suara.” Rafkha menjawab asal, seenaknya saja.

“Udah Bang, makan! Jangan bicara lagi!”

Untuk beberapa menit, mereka hanya diam menikmati makanan. Dira menunggu respon dari Rafkha tentang bagaimana masakannya. Tapi lelaki itu tak bersuara sama sekali, terlihat lahap namun sesekali meringis sakit saat bibirnya tersentuh makanan. Dira menahan senyum, kala melihat itu. Ada rasa iba, tapi juga kesal bukan main.

🌸🌸🌸

1
Evi Lusiana
bagus dira mo jujur sm rafkha
Evi Lusiana
bner si dira ny bingung,nglamar ky lg blajar drama
Evi Lusiana
ktmu bwt d lamar mksdny dira
Fina Fitriani
bagus ceritanya Thor..
Naja Naja nurdin
mau banget bang.kalo Abang nya maksa sih
Lena Sari
sikit kali ngasih bogemnya rafkha.
mama Titis
bbagus, keren
pebri hastuti
Luar biasa
Khanza Via
lanjut
zeus
Ada yah model ibu bisa jauh an ma anaknya? Dari kecil lagi...
Binatang saja ga segitu kejamnya kok Sama anak sendiri...
Mommy JK 💜
Luar biasa
zeus
Udh tahu bininya perasa msh ja Sak karepe dhewe klo ngomong..
zeus
Busset.. Nembak cewex kyk beli cilok..
Ga Ada roman2 nya Blas..
zeus
Gula alami lbh sehat... 😅
Erna Wati
dlu qw jga gitu GK berdarah, tpi stelah beberapa bulan pas berdarah,
Faris Fahmi
minta tolong nya cuma nikah doank😂😂😂😂
Nur Khikmah
😁😁😁
Nur Khikmah
jangan 2 istri ke 2 pa alan si Ranti emaknya si Dira😁
Nur Khikmah
suka sama cerita novel mu thor /Heart//Heart//Smile/
Nur Khikmah
Lumayan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!