NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM RATU MAFIA

BALAS DENDAM RATU MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / CEO / Bullying dan Balas Dendam / Mafia / Balas dendam pengganti
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Ketika Violetta Quinn, saudari kembar yang lembut dan penurut, ditemukan tak sadarkan diri akibat percobaan bunuh diri, Victoria Thompson tak bisa menerima kenyataan itu begitu saja. Tidak ada yang tahu alasan di balik keputusasaan Violetta, hanya satu kenangan samar dari sang ibu: malam sebelum tragedi, Violetta pulang kerja sambil menangis dan berkata bahwa ia 'Tidak sanggup lagi'.

Didorong rasa bersalah dan amarah, Victoria memutuskan untuk menyamar menggantikan Violetta di tempat kerjanya. Namun pencarian kebenaran itu justru membawanya ke dalam dunia gelap yang selama ini Victoria pimpin sendiri; Black Viper. Jaringan mafia yang terkenal kejam.

Di sanalah Victoria berhadapan dengan Julius Lemington, pemilik perusahaan yang ternyata klien tetap sindikat Victoria. Tapi ketika Julius mulai mencurigai identitas Victoria, permainan berbahaya pun dimulai.

Victoria masuk dalam obsesi Julius.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23. TERKURUNG

Gelap.

Itulah hal pertama yang Victoria rasakan saat kesadarannya perlahan kembali. Gelap pekat, sunyi, dan asing. Udara di ruangan itu dingin, sangat dingin, menusuk kulitnya yang lembut.

Kelopak matanya terasa berat saat ia mencoba membukanya. Samar-samar ia melihat atap tinggi dengan langit-langit yang nyaris tidak terlihat jelas karena minimnya cahaya. Satu-satunya cahaya berasal dari rembesan kecil di balik tirai gelap yang tertutup rapat di depan jendela.

"A-apa ... dimana ini," gumam Victoria.

Victoria mencoba menggerakkan tubuhnya namun terhenti mendadak.

Clink.

Suara logam beradu terdengar keras dalam keheningan ruang.

Victoria menunduk.

Dan napasnya langsung melonjak cepat atas apa yang dilihatnya.

"S-Sean ... tidak. Tidak mungkin," ucap Victoria panik.

Satu kakinya, kaki kanan terbelit rantai besi panjang. Ujung rantai itu tertanam kuat ke dinding, terhubung pada sebuah baut baja besar yang jelas tidak bisa ditarik bahkan oleh orang dengan kekuatan penuh.

Victoria tersengal.

Panik langsung merayap masuk ke dadanya tanpa permisi.

Ia menarik rantai itu dengan kedua tangan, tetapi getaran dinginnya membuat jari-jarinya pegal. Rantainya tidak bergeser sama sekali. Tidak bergerak satu milimeter pun.

"Tidak ... tidak ... bukan begini." Suara Victoria pecah.

Victoria menatap sekeliling ruangan lagi, kamar besar, luas, namun tanpa lampu, hanya diterangi sedikit cahaya dari tirai yang tertutup rapat. Semua jendela diblokir. Tidak ada cahaya luar.

Dan yang membuatnya tambah ngeri ....

Pakaian Victoria. Bukan pakaian yang ia gunakan ketika pergi ke kafe.

Bukan gaun atau blouse formal.

Melainkan kemeja putih oversized yang bukan miliknya. Panjangnya hanya sampai pertengahan paha. Dadanya tertutup, tetapi betisnya telanjang. Tidak ada celana panjang. Tidak ada rok. Tidak ada apa pun selain kemeja itu.

Victoria membeku.

Tubuhnya mendadak terasa bukan miliknya sendiri.

Ia memegang kemeja itu dengan gemetar, jari-jari dingin menekan kainnya. Aroma yang familar beringsut ke penciumannya.

"Sean ..."

Ingatan terakhir datang seperti hantaman keras di kepala; kafe, Sean, sapu tangan yang bau bius, Victoria mendorong Sean, segalanya gelap ....

Victoria menutup mulut dengan tangan, menahan rasa ingin muntah.

Sean menjebak Victoria.

Seluruh pertemuan itu hanyalah jebakan untuk membawa Victoria kembali kepada Sean.

Tubuh Victoria mulai berkeringat dingin ketika suara klik dari pintu terdengar.

Pintu kamar besar itu terbuka perlahan.

Cahaya koridor yang lebih terang menyorot masuk, membentuk garis panjang di lantai.

Siluet seorang pria berdiri di sana. Lalu lampu menyala, membutakan Victoria untuk sesaat yang sebelumnya berada dalam kegelapan.

Pria yang sangat ia kenal.

Sean Headly.

"Ah, kau sudah bangun, Love." Senyuman itu muncul. Gelap. Penuh kepuasan. Penuh rasa memiliki yang menakutkan.

Victoria mendesah pelan, mundur sampai punggungnya menempel pada tiang ranjang. "Jangan ... menjaulah ..."

Sean melangkah masuk tanpa terburu-buru. Pintu menutup sendiri di belakangnya, mengurung mereka dalam kegelapan kembali.

"Kau masih lemas?" Ia terdengar senang. "Wajar. Biusnya memang kuat."

Victoria merangkak mundur, tapi rantai di kakinya menarik paksa sehingga ia tersentak. Terjengkang ke lantai.

Tubuhnya masih berat, otot-otot seperti kapas.

Sean menggeleng sambil terkekeh. "Victoria, Sayang. Kau tidak bisa lari, Sayang."

"JAUHI AKU!" Victoria berusaha bangkit untuk memukul atau menendang, tapi seluruh tubuhnya ambruk kembali begitu saja. Ototnya seolah tidak merespons.

Sean jongkok di hadapannya.

Menatapnya.

Menganalisisnya seperti sebuah objek koleksi lama yang akhirnya berhasil ia ambil kembali.

"Kau seharusnya tidak memaksakan diri. Efek bius itu masih ada."

Victoria merangkak mundur lagi, menyeret rantai sepanjang yang ia bisa, napasnya tersengal-sengal.

"Kau gila ... Sean, kau gila ... aku hanya ingin hidup tenang."

Sean mengulurkan tangan, menyentuh pipi Victoria dengan lembut, lembut yang tidak pernah terasa menenangkan.

"Dan kau akan hidup tenang," katanya dengan suara rendah. "Bersamaku."

"Tidak..."

Air mata Victoria hampir jatuh, namun ia menahan mati-matian.

Sean memegang pinggang Victoria dan mengangkat tubuhnya seperti ia mengangkat boneka kecil. Victoria meronta, menahan, memukul bahunya, tetapi tidak ada tenaga akibat bius.

Sean membaringkan sang gadis ke atas tempat tidur besar itu. Kasurnya empuk, terlalu empuk, dan terlalu luas, seperti ruangan khusus penjara mewah.

Victoria mencoba bangkit, tapi Sean menahannya dengan satu tangan.

Satu tangan saja.

"Lepaskan ...," suara Victoria pecah.

Namun Sean justru mengelus wajahnya.

"Victoria ... kau begitu cantik saat ketakutan.”

Sean mendekat.

Sangat dekat.

Dan sebelum Victoria bisa memalingkan wajah, bibir Sean sudah menempel pada bibir sang gadis.

Victoria menutup mata erat-erat, tangannya mendorong dada Sean tanpa tenaga.

"T-tidak ...," suara Victoria bergetar.

Sean menjauh sedikit, hanya untuk berbisik,

"Kau tidak akan kemana-mana sekarang."

Sean menunjuk rantai di kaki Victoria.

"Lihat itu? Rantai panjang itu cukup untukmu berjalan di kamar ini ... dan sampai kamar mandi. Kau bebas bergerak. Tapi tidak akan pernah keluar dari sini,"

Victoria gemetar hebat.

Napasnya tersengal, dadanya sesak.

"Kenapa kau melakukan ini? Aku hanya ingin hidup tenang… aku hanya ingin jauh darimu setelah apa yang kau lakukan padaku dulu," ujar Victoria.

Sean mengusap rambut sang gadis dengan sentuhan yang seharusnya lembut, namun terasa seperti belenggu.

"Karena aku tidak bisa hidup tanpamu," Sean menjawab pelan. "Dan kau ... tidak akan bisa hidup tanpaku."

Victoria memejamkan mata erat-erat.

Dadanya terasa sesak.

Sangat sesak.

Seperti ada tangan besar yang menekan kuat-kuat.

"Sean ...," Victoria mencoba menahan tangis, "ini ... ini bukan cinta."

Sean memegang wajahnya dengan kedua tangan. "Ini takdir."

Victoria mulai kehilangan kontrol. Tangannya mulai gemetar. Napasnya terputus-putus.

Panic attack.

Tubuhnya melemas sementara pikirannya berlari tanpa arah. Efek bius belum sepenuhnya hilang, membuat ketakutannya berlipat ganda.

"Mual ... aku ... aku mau muntah,"

Victoria menutup mulut dengan telapak tangan, tubuhnya membungkuk.

Keringat dingin membasahi kemeja putih yang ia pakai.

Ketakutannya kembali, keras, menghantam seluruh sistem tubuhnya.

Semuanya gelap.

Semuanya menekan.

Semuanya terlalu cepat.

Sean melihatnya, kemudian duduk di sisi ranjang, menarik Victoria ke pelukannya. Tangannya melingkar di pinggang gadis itu.

"Tenang ... tenang, Sayang," bisik Sean. "Jangan panik."

Victoria meronta lemah. "Lepaskan ... Sean ... lepaskan aku."

Sean mengusap punggung Victoria. Gerakannya lambat, namun bukan menenangkan, lebih mirip seperti seorang penjinak ular yang sedang memastikan mangsanya tidak akan kabur.

"Kau tidak apa-apa," kata Sean sambil menahan kepala Victoria di dadanya. "Aku di sini. Kau aman bersamaku."

Victoria menangis tanpa suara.

Pria ini ....

Menyentuhnya.

Mencium paksa.

Mengurungnya.

Namun berkata ia aman.

"Tidak," Victoria menggeleng lemah. "Aku ... aku ingin keluar ... Sean please ... aku mohon."

"Hei," Sean mencengkeram dagu Victoria, memaksa wajah itu menghadapnya. "Lihat aku."

Victoria terpaksa menatapnya.

Mata Sean gelap.

Tak satu pun cahaya kemanusiaan tersisa di sana.

"Mulai sekarang," Sean menegaskan sambil membelai pipi Victoria, "kau adalah milikku. Wanita milikku. Dan kau akan tetap di sini sampai kau menyadari bahwa hanya aku yang kau punya."

Victoria terisak.

Air matanya mengalir tanpa ia bisa tahan.

Sean tersenyum tipis, lalu mencium kening Victoria dengan cara kepemilikan yang dingin.

"Kau tidak akan bisa tanpa aku, Love," bisik Sean. "Aku akan menjagamu."

Victoria menutup matanya.

Terjebak.

Terperangkap.

Dan rantai di kakinya berbunyi pelan.

Simbol bahwa kebebasannya telah direnggut sepenuhnya.

1
Miss Typo
awas Julius nanti ditelan Victoria hidup² 🤣
makin seru Victoria luar biasa mendalami peran nya hehe
semoga rencana Julius dan Victoria berhasil
Miss Typo: Aamiin 🤲
total 2 replies
Miss Typo
semangat Victoria kamu pasti bisa 💪
semangat juga thor 💪
Archiemorarty: Siapp 🥰
total 1 replies
Miss Typo
good Victoria
Miss Typo
bisakah Victoria bebas dari Sean yg gila itu, dan kapan waktunya kalau menang bisa?
Sean obsesi bgt ke Victoria
Ima Ima wulandari
Bagus banget
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya kak 🥰
total 1 replies
Jelita S
wah ternyata Victoria lebih licin dari belut y thor🤣🤣🤣🤣🤣
Archiemorarty: Ohh...tentu 🤭
total 1 replies
PengGeng EN SifHa
Q bacanya kok nyesek sampek ulu hati thooorr...

boleh nggak sih ku gempur itu retina si sean thooorr ??😡😡😡😡
Archiemorarty: Silahkan silahkan 🤣
total 1 replies
Jelita S
lnjut thor
Archiemorarty: Siap kakak 🥰
total 1 replies
Miss Typo
hemm semuanya akan berakhir
LB
pada akhirnya mereka tetap lebih bodoh dibandingkan sikopet 😮‍💨
Archiemorarty: Hahahaha...
total 1 replies
Pawon Ana
kenapa para psikopat diberi otak genius sih...🤔😔
Archiemorarty: Karena dia jenius itu makanya jadi sikopet karena gx sesuai kehendak dia jadi cari cara biar bisa sesuai 😌
total 1 replies
Pawon Ana
percayalah jika kau masih bisa bersikap tenang dan berfikir bijak saat berhadapan dengan sumber trauma, itu luar biasa ✌️💪
Archiemorarty: Benarr setujuu 🤭
total 1 replies
Jelita S
lnjut thor😍😍
Archiemorarty: Siap kakak
total 1 replies
Miss Typo
badai baru di mulai dan kapan ya
badai pasti berlalu
Miss Typo
gmn cara menyingkirkan Sean? dan pasti tidak akan mudah dan Victoria semoga kamu bisa menghadapi Sean bersama Julius
Miss Typo: semangat
total 2 replies
Miss Typo
Victoria semangat-semangatnya balas perbuatan Kelly, eh orang yg membuatnya trauma muncul.
semangat Vivi, pelan-pelan pasti kamu bisa .
Julius selalu bantu Vivi biar dia kuat dan bisa menghadapi semuanya
Miss Typo: cemangat juga buat othor 💪
total 2 replies
Pawon Ana
hal yang sulit adalah ketika bertemu dengan seorang atau sesuatu yang pernah menjadi trauma
Archiemorarty: Bener itu...😌
total 6 replies
Jelita S
good job victoria🤣
Deyuni12
misi berlanjuuut
Pawon Ana
ini masih jauh dari jalan untuk menjangkau Sean 😔
Archiemorarty: Ndak juga 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!