Mempertahankan kebahagiaan pernikahan nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang apa yang telah diusahakan tidak dinikmati sepenuhnya.
“Tetaplah bersama denganku, jauh darimu rasanya setiap napas berhenti perlahan. Aku mampu kehilangan segalanya asal bukan kamu, Sonia.”
_Selamanya Kamu Milikku 2_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 : Tidak Hilang Ingatan
Sonia dan Matteo makan malam, semua makanan yang tersaji di meja makan hanya disentuh sedikit oleh Sonia.
"Gina, kenapa melamun?" tanya Matteo, Sonia yang dipanggil Gina itu sama sekali tidak bergeming karena nama itu asing baginya.
"Hei sayang." Sonia kaget lalu menoleh pada Matteo.
"Kenapa melamun begitu?" tanya Matteo lagi.
"Tidak apa," jawab Sonia lalu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Setelah makan malam, Sonia kembali diantar ke kamar oleh Matteo. Sonia merebahkan tubuhnya dan Matteo melakukan hal yang sama, dia memiringkan tubuhnya untuk menatap Sonia, ini adalah kali pertama mereka satu kamar setelah Sonia sadarkan diri, dia tidak ingin Sonia curiga jika mereka pisah kamar.
Wajah tampan Matteo tidak membuat Sonia terpana sedikitpun, dia membelakangi Matteo lalu memejamkan mata.
Matteo hanya tersenyum dan memeluk Sonia dari belakang, tangan kokohnya melingkar di perut Sonia dan wajahnya dia sembunyikan di ceruk leher Sonia.
"Matteo, jangan begini, aku tidak nyaman," keluh Sonia yang merasa risih.
"Kenapa? Aku ini suami kamu."
"Iya aku tau tapi aku merasa tidak nyaman saja."
"Baiklah."
Matteo terlihat kecewa, dia dengan terpaksa menjauhkan diri dari Sonia. Sonia membalikkan tubuhnya lalu menatap Matteo dengan sedikit merasa bersalah.
"Maafkan aku Matteo, tolong beri aku waktu untuk menerima semua ini, aku hanya belum bisa mengingat dan menerima semua ini, maafkan aku." Suara Sonia terdengar lembut di telinga Matteo, pria itu menatap Sonia lalu tersenyum sambil mengusap lembut wajah Sonia.
"Aku mengerti sayang, aku akan bersabar menunggu kesiapanmu dan aku juga mengerti dengan keadaanmu sekarang." Sonia kembali membelakangi Matteo dan memejamkan matanya.
"Aku akan membuat kamu jatuh cinta padaku Sonia, aku akan mengisi hati dan pikiranmu yang kosong saat ini,” tekan Matteo dalam hatinya.
Pagi saat bangun tidur, Matteo tidak melihat Sonia ada di sampingnya. Dia mencari wanita itu namun tidak melihat keberadaannya di dalam kamar, Matteo keluar, dia ke arah dapur untuk menanyakan Sonia pada pelayan, namun ternyata Sonia bersama dengan Eeram, adik perempuan Matteo yang sering menginap di mansion Matteo.
"Kamu sudah bangun," sapa Sonia pada Matteo, Matteo langsung memeluk Sonia dengan erat, dia sempat berpikir kalau Sonia kabur darinya.
"Aku pikir kamu ke mana, kenapa harus bangun sepagi ini?" Sonia tersenyum dan membalas pelukan Matteo.
"Aku ingin menyiapkan sarapan untuk suamiku, apa kamu tidak rindu masakanku?" Mendengar kata suami dari bibir Sonia membuat Matteo melayang, dia mengecup lembut kening Sonia.
"Tentu saja aku rindu."
"Sana mandi, setelah ini aku akan menyiapkan pakaianmu." Matteo benar-benar merasa kalau Gina kembali dalam hidupnya.
"Baiklah."
Matteo menuju ke kamarnya dan Sonia menatap Eeram. Eeram sebenarnya tahu siapa Sonia tapi dia sangat menyayangi Matteo, jadi dia membantu Matteo untuk membuat Sonia menjadi Gina karena Eeram juga sangat menyayangi Gina semasa hidup.
Eeram adalah saksi mata betapa hancur dan terpuruknya Matteo saat kehilangan Gina dan Evelyn, Matteo menjadi bringas dan kejam pada siapapun yang sudah mengganggunya.
"Apa seperti itu?" tanya Sonia pada Eeram.
"Iya Gina, hal kecil seperti itu yang selalu membuat Matteo sangat mencintai kamu," jawab Eeram, dia mengajarkan Sonia bagaimana harus bersikap pada Matteo, sebagaimana seorang Gina dulu, Eeram lalu memeluk Sonia, bukan hanya Matteo yang menyayangi Sonia saat ini tapi juga Eeram.
"Aku ke kamar dulu ya, sarapan juga sudah siap."
"Iya Gina, jangan lupa untuk memberikan kecupan hangat pada suamimu," goda Eeram pada Sonia.
"Kamu ini."
Sonia menyiapkan pakaian untuk Matteo ke kantor, selera dalam hal memilih pakaian sudah tidak diragukan lagi dalam diri Sonia karena dulunya dia sudah terbiasa menyiapkan pakaian untuk Sean.
Matteo keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk putih di pinggangnya, dengan langkah tegap dan senyum mengambang, dia mengenakan pakaian yang sudah disiapkan oleh Sonia.
Sonia mengambil dasi lalu memakaikannya pada Matteo, Matteo memegang pinggang Sonia lalu menatap wajah anggun itu.
Setelah selesai memakaikan dasi, Matteo masih menahan Sonia untuk dekat dengannya, Matteo memiringkan wajahnya untuk mencium bibir Sonia namun dengan cepat Sonia mengalihkan wajah hingga ciuman itu mendarat di pipinya.
"Nggak boleh ciuman habis mandi, apalagi mau kerja," kelah Sonia sambil bergurau dengan Matteo.
"Siapa yang bilang begitu?" kekeh Matteo.
"Aku, kamu nggak dengar ya barusan aku bilang begitu?" Sonia lalu bergegas meninggalkan Matteo yang saat ini tersenyum hangat.
Sonia menertalkan kembali hatinya, dia merasa tidak nyaman dengan sentuhan Matteo.
Saat sarapan, Sonia dan Matteo saling diam, mereka tidak terlibat percakapan apapun sehingga suasana menjadi sedikit kaku.
Matteo menyelesaikan sarapannya lalu pergi begitu saja. Eeram menyenggol lengan Sonia, memberi isyarat kalau dia harus mengantar Matteo ke depan.
"Baiklah." kata Sonia dengan terpaksa, dia mengejar Matteo yang akan memasuki mobil.
"Matteo tunggu." Matteo menatap Sonia yang setengah berlari mengejarnya.
"Ada apa sayang?" tanya Matteo dengan lembut, Sonia tersenyum lalu memeluk Matteo, dia sedikit merasa bersalah karena sudah menghindari ciuman Matteo tadi.
Matteo membalas pelukan Sonia lalu mengecup kepala Sonia dengan penuh kasih sayang.
"Nanti pas pulang belikan aku cemilan ya," pinta Sonia dengan manja.
"Kamu mau apa?"
"Terserah aja yang penting cemilan."
"Oke sayang, kamu baik-baik di rumah ya." Matteo mengecup lembut kening Sonia lalu memasuki mobilnya.
"Semangat ya, jangan lupa belikan aku cemilan saat pulang dari kantor nanti."
"Oke."
Sonia melambaikan tangan mengantar kepergian suaminya untuk bekerja. Hari ini hati Matteo sedang membaik, sikap Sonia saat ini membuatnya bahagia.
"Aku sangat bahagia tuhan, akhirnya kau menemukan aku dengan Sonia walaupun caraku curang untuk mendapatkannya tapi aku tidak peduli, dia benar-benar seperti Ginaku, baik, lembut, perhatian, dan sangat penuh kasih sayang. Maafkan aku Sean, aku harus membuatmu menderita demi kebahagiaanku." Senyum penuh kemenangan mengambang di wajah tampan Matteo, dia semakin tidak ingin Sonia mengingat masa lalunya.
...***...
Sonia memasuki kamarnya, Eeram juga sudah pergi.
Sonia mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk menghubungi Sean, suaminya, dia sangat takut dengan Matteo, karena pria itu tidak akan segan untuk membunuh Sean dan ketiga anaknya.
Sonia tidak hilang ingatan, dia berpura-pura untuk tetap hilang ingatan agar Matteo tidak mencelakai dirinya, karena dokter yang selama ini merawat Sonia tidak pernah memberikan obat apapun yang menyakiti Sonia.
Sonia kembali teringat ketika dia baru sadarkan diri dua hari setelah Matteo membawanya ke Italia. Bahwa dirinya memohon pada dokter suruhan Matteo agar tidak memberikan dia obat yang Matteo suruh. Dokter itu mengerti dan mau bekerja sama dengan Sonia, kini, perempuan itu menyusun rencana agar bisa kabur dari Matteo.
“Aku harus bisa pergi karena ini bukan hidupku,” lirihnya.