Ardan Kael tumbuh di Akademi Aetherion — sekolah elit bagi para pengguna kekuatan elemental.
Tapi di usia 16 tahun, hasil ujiannya menunjukkan “nol energi.” Ia dicap Reject, dibuang dari akademi, dan diusir dari keluarganya sendiri.
Namun, pada malam ia hendak bunuh diri di tebing Aetherion, ia mendengar suara aneh dari bayangannya sendiri:
“Kau gagal bukan karena lemah... tapi karena kekuatanmu terlalu kuat untuk dunia ini.”
Suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama tersegel dalam dirinya — Void Energy, kekuatan kegelapan yang bisa menelan seluruh elemen.
Dari situ, Ardan bersumpah untuk kembali ke akademi, bukan sebagai murid...
Tapi sebagai mimpi buruk bagi semua orang yang pernah merendahkannya.
“Kalian menyebutku gagal? Baiklah. Aku akan menunjukkan arti kegagalan yang sebenarnya.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 – Void Awakened
Jeritan Ardan terputus, digantikan oleh suara yang lebih mengerikan: suara kehampaan yang diisi dengan energi.
Di atasnya, langit malam tiba-tiba merespons. Gerhana bulan hitam telah mencapai puncaknya, dan sinar rembulan yang biasanya berwarna perak, kini diselimuti lapisan ungu tua, seolah-olah langit telah berdarah. Di Desa Tersisih yang kumuh, para Reject yang selama ini hidup seperti mayat berjalan, mengangkat kepala mereka. Mereka merasakan getaran. Bukan getaran tanah, melainkan getaran realitas itu sendiri.
Di dalam gubuk Ardan yang reyot, Void Energy meledak keluar dari tubuhnya.
Itu bukanlah nyala api, bukan pula hembusan udara yang elegan. Itu adalah zat. Zat hitam pekat yang bergerak seperti cairan dan kabut, tetapi terasa seperti dinginnya ruang hampa. Ketika energi itu menyentuh dinding kayu, kayu itu tidak terbakar atau hancur; kayu itu terserap. Warnanya, strukturnya, memorinya—semua lenyap ke dalam kegelapan yang bergerak itu.
Ardan merasakan sensasi yang luar biasa. Selama enam belas tahun, ia selalu merasa kosong, tapi sekarang, ia merasa... penuh. Penuh dengan kekuatan yang tak terbatas dan menakutkan.
“Rasakan, Ardan. Ini adalah jiwamu yang sebenarnya. Ini adalah Void. Kekuatan yang menelan, bukan yang memancarkan.” Bisikan The Whisper kini tidak lagi terdalam. Ia berbisik dari seluruh penjuru, dari setiap bayangan di ruangan itu.
Ardan membuka matanya. Matanya tidak lagi cokelat. Kini, matanya diselimuti oleh aura hitam keunguan, pupilnya menyala seperti dua bintang yang akan segera padam.
Ia melihat tangannya. Ia mencoba memanggil elemen Angin seperti yang diajarkan Klan Caelum. Tidak terjadi apa-apa. Kemudian, ia mencoba memanggil Void. Ia hanya perlu memikirkannya, memikirkan kebenciannya, memikirkan kehampaan yang ia rasakan.
Dari telapak tangannya, muncul gumpalan asap hitam pekat. Ardan menggerakkan tangannya ke depan, dan gumpalan itu membentur dinding gubuk.
Tssshhh.
Bukan ledakan, melainkan suara hisapan yang mengerikan. Gumpalan Void itu menelan dinding, meninggalkan lubang bersih, seolah-olah bagian dinding itu tidak pernah ada.
"Luar biasa," bisik Ardan, suaranya kini lebih berat, lebih resonan.
Di luar gubuk, beberapa Reject mulai mendekat, penasaran dan ketakutan. Elara, wanita tua dari Elemen Tanah, mengintip dari celah.
"Apa yang kau lakukan, Nak? Itu... itu energi terlarang!" teriak Elara, ketakutan yang belum pernah Ardan lihat sebelumnya.
Ardan berjalan keluar. Cahaya gerhana bulan hitam menyinari sosoknya, membuatnya terlihat seperti entitas yang muncul dari bayangan. Di sekelilingnya, rumput dan lumpur tampak layu, diserap oleh aura kegelapan.
“Mereka ketakutan. Biarkan mereka. Ketakutan adalah pengakuan pertama atas kekuasaan.”
Ardan menatap Elara. Wanita itu gemetar.
"Aku bukan lagi 'Nak'," jawab Ardan, suaranya nyaris monoton. "Aku adalah Ardan Kael, dan aku bukan lagi Reject kalian."
Ia mengangkat tangannya, mengarahkan Void Energy ke udara. Energi itu menjulang tinggi, menyentuh kegelapan yang diakibatkan gerhana. Lalu, dengan gerakan mengayun yang lambat, ia menebas udara.
Udara, di mana seharusnya tidak ada apa-apa, terbelah. Dan di kejauhan, di atas salah satu menara pengawas Valenforge yang bermandikan cahaya, kilatan cahaya magis tiba-tiba padam. Total.
Di seberang tebing, di Akademi Aetherion, alarm berbunyi keras. Bunyi yang panik dan terkejut.
Ardan tersenyum. Senyum itu tidak menjangkau matanya.
"Mereka merasakannya," bisik Ardan. "Mereka tahu 'Nol' mereka sudah bangkit."
Ia menoleh ke arah Elara dan para Reject lainnya yang kini bersembunyi.
"Kalian boleh tinggal di sini dan mati dalam kepasrahan," kata Ardan. "Tapi aku... aku akan kembali ke tempat mereka membuangku. Dan aku akan pastikan mereka semua tahu nama Ardan Kael."
Ia melangkah pergi, meninggalkan Desa Tersisih yang kembali diselimuti kegelapan biasa. Tidak ada yang berani mengikutinya. Mereka semua tahu: orang ini, yang dulunya adalah sampah, kini adalah monster yang sangat berbahaya.