Di dunia modern, Chen Lian Hua adalah seorang medikus lapangan militer yang terkenal cepat, tegas, dan jarang sekali gagal menyelamatkan nyawa. Saat menjalankan misi kemanusiaan di daerah konflik bersenjata, ia terjebak di tengah baku tembak ketika berusaha menyelamatkan anak-anak dari reruntuhan. Meski tertembak dan kehilangan banyak darah, dia tetap melindungi pasiennya sampai detik terakhir. Saat nyawanya meredup, ia hanya berharap satu hal
"Seandainya aku punya waktu lebih banyak… aku akan menyelamatkan lebih banyak orang."
Ketika membuka mata, ia sudah berada di tubuh seorang putri bangsawan di kekaisaran kuno, seorang perempuan yang baru saja menjadi pusat skandal besar. Tunangannya berselingkuh dengan tunangan orang lain, dan demi menjaga kehormatan keluarga bangsawan serta meredam gosip yang memalukan kekaisaran, ia dipaksa menikah dengan Raja yang diasingkan, putra kaisar yang selama ini dipandang rendah oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26 : Dia juga sangat ingin membunuhku
Di dalam kamar yang hening, wanita itu menatap Lian Hua lama sebelum akhirnya berkata pelan, “Lepaskan pakaianmu.”
Alis Lian Hua langsung berkerut. Ia menatap wanita itu dengan waspada. “Aku tidak ingin… siapa sebenarnya kau?”
Sejenak wanita itu tertegun. Sorot matanya yang biasanya tenang kini memantulkan keraguan, seolah pertanyaan itu membuatnya kehilangan pijakan. Perlahan ia menunduk dan menghela napas. “Aku pelayan pribadi Tuan Wei Ming, sekaligus kepala pelayan di istana ini. Namaku Pan Xueli.”
Lian Hua menelan ludah, lalu menyebutnya dengan ragu, “Bibi Xueli…” Ia menatapnya penuh selidik. “Bagaimana kau tahu aku terluka?”
Kerut halus kembali muncul di dahi Xueli. Ada sesuatu dalam tatapan gadis itu yang membuatnya merasa aneh… seperti ada bagian ingatan yang hilang, atau sesuatu yang sengaja disembunyikan. Namun ia tetap menunduk sopan. “Aku melihatmu meringis saat meminum air barusan. Dari situ aku tahu.”
Lian Hua terdiam, lalu menunduk. Ia tidak menyangkal, hanya berbisik, “Aku baik-baik saja.”
Xueli melangkah mendekat, nada suaranya lembut namun tegas. “Izinkan aku memeriksa. Aku harus tahu seberapa parah lukamu, karena jika minum air saja membuatmu kesakitan…”
Namun Lian Hua segera menggeleng. “Aku sudah mengobatinya. Sudah kubalut sendiri.”
Xueli terdiam, bingung. Membalut luka adalah hal yang nyaris asing di istana ini, tidak banyak yang tahu cara itu. Perlahan ia menarik tangan Lian Hua, membawanya ke sisi tempat tidur. “Kalau begitu, dengan apa kau membalutnya?”
Lian Hua menoleh sekilas, suaranya datar. “Kain. Agar tidak terlalu menyakitkan.”
Xueli menghela napas, lalu menatapnya dalam. “Bolehkah aku melihat? Jika Tuan Wei Ming sampai tahu kau terluka, ia akan sedih sebelum kepergiannya.”
Kata-kata itu membuat Lian Hua membeku. Wajah jengkel Wei Ming terlintas di benaknya… ucapan sinisnya, ejekan yang menyebutnya ‘gadis tidak tahu diri’. Sedih? Tidak mungkin. Justru ia akan bahagia bila dirinya mati.
Namun perlahan, sambil menahan gejolak di dadanya, Lian Hua melonggarkan ikat pinggangnya. Jubahnya melorot dari bahu, memperlihatkan kain kusam yang melilit rapat punggung hingga pinggangnya.
Mata Xueli melebar. Luka cambuk itu masih begitu jelas, meski ditutup kain, sebagian tepiannya masih terbuka, merah dan dalam. “Kau…” suaranya tercekat. “Kau masih menerima hukuman cambuk?”
Lian Hua tertegun, menoleh dengan mata penuh keterkejutan. “Bagaimana kau bisa tahu…?”
Xueli tidak menjawab. Dengan hati-hati ia merapikan kembali jubah di bahu Lian Hua, menutupi luka itu seakan tidak tega menatapnya terlalu lama. Lalu ia bangkit. “Tunggu di sini. Aku akan kembali membawa sesuatu.”
Lian Hua hanya mengangguk, matanya mengikuti punggung Xueli yang menjauh. Begitu pintu menutup, napasnya terhembus panjang, dingin dan berat.
Di luar kamar, Xueli menemukan Yi Chen berdiri tegak di depan pintu. Sorot matanya dalam, penuh penantian.
“Yang Mulia,” panggil Xueli, membuat pria itu menoleh. Raut wajahnya tampak serius, bahkan keras.
Yi Chen mengerutkan kening. Dengan tenang, ia bertanya, “Ada yang ingin kau katakan, Bibi Xueli?”
Namun Xueli tidak langsung menjawab. Ia menatapnya lama, seolah berusaha mencari kebenaran di balik wajah tanpa ekspresi itu. Hingga akhirnya, dengan suara rendah namun tegas, ia bertanya:
“Apakah Yang Mulia masih memberi Permaisuri Lian Hua hukuman cambuk?”
Yi Chen terdiam. Wajahnya tetap dingin, tanpa guratan emosi, seolah mustahil ditebak apa yang ia pikirkan. Namun bagi Xueli, yang sudah terlalu lama melihat tabiat orang-orang istana, raut itu justru sangat jelas terbaca.
Keheningan itu membuat Xueli menghela napas panjang. Ia menggeleng, lalu bersuara pelan namun tegas, “Yang Mulia… berhentilah. Dendam sebesar apa pun yang kau simpan padanya, jika terus kau cambuk seperti itu… pada akhirnya, kau tidak berbeda dengannya.”
Yi Chen menoleh perlahan, sorot matanya berkilat dingin, tetapi bibirnya tetap terkatup rapat.
Xueli menatapnya tanpa gentar, kemudian menyentuh punggung tangannya sejenak, seperti seorang ibu yang menasihati anaknya. “Temuilah Tuan Wei Ming. Ia sedang menantimu,” katanya sebelum berbalik meninggalkan lorong itu.
Keheningan kembali menyelimuti Yi Chen. Tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya, otot-ototnya menegang. Ia bergumam sangat pelan, nyaris hanya untuk dirinya sendiri, “Aku memang berniat membunuhnya… perlahan. Tapi dia sendiri…” Napasnya berat, mata kuningnya memantulkan kilatan aneh. “Dia sendiri juga sangat ingin membunuhku tadi. Kalau tidak, tusuknya mungkin sudah menembus leherku.”
Pandangannya beralih ke pintu yang tertutup rapat. Bayangan Lian Hua dengan tusuk konde di tangannya kembali muncul jelas di kepalanya. Sorot mata wanita itu, penuh amarah, getir, dan keberanian yang membuat darahnya berdesir.
Yi Chen menyipitkan mata. “Menodongkan tusuk konde ke leher Raja…” desisnya pelan. “Itu bukanlah sikap seorang permaisuri.”
semakin penasaran.....kenapa Lin Hua....
ga kebayang tuh gimana raut muka nya
orang orang istana.....
di atas kepala mereka pasti banyak tanda tanya berterbangan kesana kemari....
wkwkwkwk....😂