“Tolong cabut paku di kepala kami! Tolong! Argh sakit!”
“Tolong aku! Paku ini menusuk otak hingga menembus batang tenggorokan ku! Tolong!”
Laila baru saja dimutasi ke wilayah pelosok. Dia menempati rumah dinas bekas bidan Juleha.
Belum ada dua puluh empat jam, hal aneh sudah menghampiri – membuat bulu kuduk merinding, dan dirinya kesulitan tidur.
Rintihan kesakitan menghantuinya, meminta tolong. Bukan cuma satu suara, tetapi beriringan.
Laila ketakutan, namun rasa penasarannya membumbung tinggi, dan suara itu mengoyak jiwa sosialnya.
Apa yang akan dilakukan oleh Laila? Memilih mengabaikan, atau maju mengungkap tabir misterius?
Siapa sebenarnya sosok bidan Laila?
Tanpa Laila tahu, sesungguhnya sesuatu mengerikan – menantinya di ujung jalan.
***
Instagram Author ~ Li_Cublik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tolong : 06
Akh!
Bugh!
Bokong Laila menghantam lantai dapur semen halus. Dia mendengus seraya menggerutu.
“Untung kuku tajamnya tak mencolok mataku, awas saja kalau sampai tadi kena.” Susah payah dia bangkit, tangan kanannya mengusap-usap bokong yang terasa pedas.
Bukannya berhenti dan kembali menyetrika – Laila malah mengambil cangkul yang diletakkan di dekat kamar mandi.
“Tak mungkin tu hantu tanpa sebab selalu menampakkan wujudnya, dan sudah dua kali dia berlari ke pohon pisang. Pasti ada sesuatu.” Cangkul dipanggul, gerendel pintu digeser.
Mengendap-endap Laila melangkah ke kerumunan pohon pisang. Dia lupa membawa penerangan.
“Bodohnya kau Laila! Apa yang mau di cangkul, disini gelap sekali.” Matanya melihat sekeliling – lampu dapur Ida masih menyala, dia tidak bisa sembarangan bersuara. Sedangkan sorot lampu dapurnya tidak mencapai pohon pisang.
Tiba-tiba sekumpulan Kunang-kunang yang kapan hari menarik perhatiannya – terbang mengelilingi tanah datar diantara tanaman pohon pisang masih sebesar betis orang dewasa.
Batinnya meyakini kalau ada sesuatu disana. Laila mulai mencangkul, dan hewan pemberi penerangan menyingkir, terbang diatas kepala si wanita.
'Aku sudah seperti penggali kubur saja. Lama-lama betulan gila diri ini.' Tangannya terus menggali diiringi gerutuan batin tidak berkesudahan.
Dug.
Pada kedalaman setengah meter, ujung cangkul terantuk sesuatu seperti suara memukul seng.
Wanita berbaju terusan kembang-kembang, meletakkan cangkulnya. Dia berjongkok, mulai mengorek menggunakan tangan. Punggung jemarinya mengetuk sesuatu.
“Kaleng apa ini?” tanyanya lirih. Gayanya sudah seperti seekor Kelinci membuat lubang.
Ternyata kaleng bekas roti bergambar satu keluarga tanpa ayah. Tahu bahwa dirinya tidak leluasa, takut bila sewaktu-waktu pintu dapur Ida maupun Mia terbuka – Laila membawa kaleng tersebut beserta cangkul.
Kakinya menggeser urugan tanah agar kembali masuk lubang. Kemudian dia berjalan cepat, dan mengunci pintu dapur.
Rasa penasarannya sudah membumbung, tidak lagi bisa ditahan untuk sekadar cuci kaki. Laila ke ruang tamu, duduk di lantai, kaleng pun ada dihadapannya.
“Awas ya kau ataupun kalian! Sampai membuatku jantungan lagi, tak bakalan aku pedulikan! Mau menangis darah pun, diri ini memilih abai.” Ragu-ragu dia membuka penutup menggunakan ujung garpu.
Tangan penuh tanah kehitaman itu membalikkan kaleng agar isinya keluar.
Kluntang.
Laila melempar benda persegi panjang itu. Dia mulai membuka simpul plastik hitam – langsung disuguhi selembar potret seorang wanita yang sangat mirip dengannya.
"Kebetulan macam apa ini?"
Dia beralih pada dompet, menarik benda yang ternyata nametag tertulis nama serta gelar – JULEHA A.Md.Keb.
“Dia, dia _ aslinya tidak pulang kampung.” Tangannya bergetar hingga menjatuhkan kartu identitas sosok Juleha. Degup jantung Laila menggila, air matanya mengalir dengan sendirinya.
Laila menyakini kalau penghuni rumah ini sebelum dirinya, telah dihabisi. Tak masuk akal bila balik ke kampung halaman tetapi barang-barang pentingnya ditinggalkan.
Kemudian wanita yang masih shock itu menarik karet yang mengikat tumpukan amplop putih. Bibirnya bergetar mengucapkan kata. “Maaf, aku izin buka ya.”
Ternyata isinya surat dari keluarga bidan Juleha yang berada di Pekanbaru – Ibu, bapak, serta kakak semata wayangnya rutin mengirimi surat, bertukar kabar setiap bulannya. Terakhir surat itu diterima oleh sang bidan sekitar dua bulan lalu.
Laila menuang isi dompet yang mana terdapat pecahan uang lima ribu, seribu, dan selembar 50 ribu, ada juga koin 100 perak.
Hiks hiks hiks
"Tolong aku! Cuma kau yang bisa menolong!"
Bulu tangan Laila berdiri, ekor matanya melihat sosok berambut panjang yang ujungnya meneteskan darah.
“Kau kah itu Juleha?” tanyanya tanpa berani menoleh langsung.
Tak ada jawaban, maupun respon – berarti benar.
“Dimana jasadmu kini? Kemana aku harus mencari ataupun menggali tanah?”
“Mengapa kau bisa menampakkan wujud di depanku? Bahkan sedekat ini?” ia sangat penasaran, sebab jimat yang dikenakannya selama ini terbukti sakti.
Namun, kenapa di desa Sumberejo malah seperti benda tak berisi mantra-mantra ampuh.
Sebanyak apapun Laila bertanya, cuma ditanggapi dengan suara tangisan menyayat hati.
“Kini aku paham, bila kau dan lainnya terikat oleh sesuatu jahat. Sehingga kalian tak memiliki kuasa untuk bersuara, membeberkan hal mengerikan itu.”
Laila teringat kalimat Uyut nya – harus bisa melawan rasa takut.
Wanita yang masih menetes air mata itu, memalingkan wajah, menatap tenang padahal batinnya bergetar ketakutan.
Dia tatap lamat-lamat pada bekas luka di wajah. Saat dirasa kurang jelas, Laila berdiri – melangkah lamban hingga tersisa jarak setengah meter.
Layaknya ahli forensik, Laila melakukan penyelidikan dengan cara mengamati bekas luka benda tajam.
Sementara sosok bidan Juleha bergeming, matanya terus mengeluarkan aliran darah.
‘Dia dibacok hingga wajahnya nyaris terbelah, dan bola mata hampir meletus. Lalu lehernya dijerat kawat berduri, dan_’
Laila mengamati telinga kiri tertutup rambut, helaian panjang itu terlihat lengket, berbau amis. ‘Telinganya dipotong.’
Huh huh huh
“Aku tak sanggup lagi membayangkan.” Dipukul-pukul nya kuat dadanya. Dia membungkuk, lalu kembali berdiri.
Akh!
Laila berteriak. Bukan cuma ada sosok bidan Juleha, tapi wujud tak kalah mengerikan lainnya berbaris dibelakangnya. Berjumlah lima arwah.
Ada satu yang menarik perhatiannya, tetapi dia tidak bisa menyuruh apalagi menyentuh. Hal tersebut bisa lebih menyakiti sang arwah – dikarenakan mereka masih dalam cengkeraman si tersangka.
“Korbannya bukan cuma wanita, tetapi anak lelaki remaja. Ini lebih mengerikan dari kasus pemujaan ataupun pembunuhan biasa,” dia bergumam. Sebisa mungkin mengatur napas agar tidak pingsan dikarenakan bau para arwah ini sangat busuk.
“Pergilah! Aku berjanji akan membantu sebisaku. Kalian tak perlu melewati batasan kalau hal itu dapat mendatangkan rasa sakit tak tertahankan.” Akhirnya dia telah mengambil keputusan.
Rasa simpati, empati dan jiwa sosial yang tinggi – berhasil mengusir rasa takut Laila, meskipun kedepannya belum pasti. Paling tidak saat ini dia sudah bertindak berani.
Sosok-sosok astral tadi pun menghilang. Tinggallah Laila seorang diri, di temani jejak bukti milik bidan Juleha.
“Aku tak boleh mempercayai siapapun. Jelas kalau kaleng ini sebuah pancingan, sengaja ditanam pada kedalaman rendah, agar mudah ditemukan. Tapi siapa pelakunya?” Ia kumpulkan lagi barang-barang penting milik bidan Juleha.
“Ada sembilan surat, berarti dia baru sembilan sampai sepuluh bulan bertugas disini,” ia bergumam.
Barang penemuan tadi, dimasukkan lagi kedalam kaleng. Laila kembali membuka pintu belakang – menanam benda tersebut ditempat semula. kemudian dirinya masuk ke dalam rumah.
"Aku harus memeriksa setiap sudut rumah ini! Tak menutup kemungkinan kalau jasad bidan Juleha dikubur disini 'kan?"
.
.
Bersambung.
iya kah?
tapi kalau g dibaca malah penasaran
Smoga Fram dan Laila jodoh ya. 😆
di tunggu kelanjutan intan paok ya ka
salah satunya antisipasi untuk hal seperti ini.
bahkan kita sendiri kadang tidak tahu weton kita apa,karena ditakutkan kita akan sembarangan bicara dengan orang lain.
waspada dan berhati hati itu sangat di perlukan .
tapi di zaman digital sekarang ,orang orang malah pada pamer weton kelahirannya sendiri🤣
aciye ciyeeeee si juragan udh kesemsem sama janda perawan
Thor lagi donk