Apa yang akan kalian lakukan jika tiba-tiba kalian terbagun di tubuh orang lain. Apa lagi tubuh seorang idola terkenal dan kaya raya.
Itulah yang sedang di rasakan Anya. Namun, ia bangun di tubuh Arka, seorang Leader boyband Rhapsody. Ia mendadak harus bersikap seperti seorang idola, tuntutan kerja yang berbeda.
Ia harus berjuang menghadapi sorotan media, penggemar yang fanatik, dan jadwal yang padat, sembari mencari cara untuk kembali ke tubuhnya sendiri sebelum rahasia ini terbongkar dan hidupnya hancur.
Mampukah Anya bertahan dalam peran yang tak pernah ia impikan, dan akankah ia menemukan jalan pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUJIYAKAR 26
Berita tentang kedekatan Arka dan asistennya menyebar dengan cepat. Banyak media gosip yang memberitakan hal ini.
Bahkan, ada yang mengatakan Anya sengaja mendekati Arka dan mencari kesempatan menjadi asistennya.
Di media sosial, banyak orang mengutuk dan mencaci Anya. Mereka tidak setuju jika Arka berpacaran dengan Anya yang hanya seorang asisten.
Mereka lebih mendukung jika Arka menjalin hubungan dengan Cloe.
Sontak, hal itu membuat Anya yang berada di dalam tubuh Arka terkejut. Ia melihat media sosialnya dan mendapati semua orang menyalahkannya.
"Lihat, kan! Sekarang semua orang tahu kau berpacaran dengan Anya. Aku tidak terima! Apa semua foto ini benar?" cecar Cloe sambil meminta jawaban dari Anya dalam tubuh Arka.
Anya hanya bisa mematung. Ia bingung bagaimana menyangkalnya, karena semua foto itu memang benar adanya.
Ia terlalu ceroboh. Niatnya hanya ingin melayani Arka dalam tubuhnya, tetapi orang lain mengira mereka memiliki hubungan spesial.
"Semua itu tidak benar! Arka melakukan itu karena dia hanya ingin membantuku," sahut Arka dalam tubuh Anya yang tengah terbaring lemah.
"Semoga aja. Soalnya, kalau sampai itu benar terjadi, aku tidak akan pernah terima," sentak Cloe sambil memelototkan matanya.
'Mampus aku, sekarang semua orang akan mengenaliku dan membenciku. Bagaimana nasib Arka?' batinnya berkecamuk.
Dalam keadaan seperti ini, ia paling mengkhawatirkan Arka, sebab sekarang pasti mereka akan menargetkannya.
Ia men-scroll layar ponsel, memperhatikan setiap momen dalam foto itu. Foto saat di kolam renang, foto saat di lobi, dan foto tadi saat dia menggendong Arka ke mobil.
'Kenapa mereka bisa mendapatkan foto-foto ini? Padahal, tempat-tempat itu sangat steril dari awak media ataupun penggemar.'
Anya merasa aneh, dia berpikir ada orang dalam yang sengaja melakukan semua ini, batinnya terus bertanya-tanya.
Ia ingin mengklarifikasi hal itu, tapi ia mengurungkan niatnya karena saat ini Cloe masih bersama mereka.
"Lalu, sekarang bagaimana? Di luar sudah banyak wartawan yang ingin mewawancaraimu," kata Cloe.
"Kau kan tahu, selama ini kau tidak pernah diterpa gosip seperti ini. Jelas mereka menggila, apalagi kau digosipkan dengannya," Cloe melirik tajam ke arah Arka dalam tubuh Anya.
Tak lama kemudian, Shofia datang bersama Julian. Matanya terlihat memerah menahan amarah.
Tangannya bersedekap dada. "Kalian tidak pacaran, kan?"
Tatapannya tajam ke arah Arka dalam tubuh Anya, seperti bersiap menerkam.
"Kalian tahu, dampak dari ini sangat besar. Mereka sangat membenci Anya. Dia hanya seorang asisten, bagaimana bisa disandingkan dengan Arka, seorang idola terkenal, hah!" bentaknya.
Anya dalam tubuh Arka benar-benar merasa terluka. Ia merasa sangat rendah di mata semua orang.
Matanya berkaca-kaca. Karena keegoisannya, ia menyebabkan Arka harus mengalami semua ini.
Suasana semakin menegang. Raut wajah kesal sangat terlihat pada Shofia dan Cloe.
Arka mengalihkan pandangan ke Anya. Tatapannya sayu, seakan mengerti apa yang sedang Anya pikirkan.
"Sudahlah, kenapa kalian terus menyalahkan aku? Lagipula, kami tidak ada hubungan apa pun," sergah Arka. Ia mencoba duduk tegak, walau perutnya masih terasa sakit.
Shofia mengepal tangan, seakan kesabarannya selama ini telah habis. Sikap Anya membuatnya muak.
Ia melangkah mendekati ranjang. "Kau ... jika bukan karena Arka, sudah kupecat kau dari dulu. Sekarang kau seakan berani padaku. Bahkan, kau tidak punya rasa takut sama sekali, hah."
'Aduh, gawat. Bu Shofia sepertinya benar-benar marah,' batin Anya. Ia langsung berdiri di depan Shofia.
"Sudah cukup. Anya sedang kurang sehat, kita bisa bicarakan ini nanti, kan," kata Anya mencoba melerai.
Shofia meraih kedua tangan Anya, menggenggamnya kuat. "Kau harus pikirkan lagi. Lebih baik cepat pecat dia dan jaga jarak dengan wanita seperti itu."
Cloe melotot saat melihat Shofia menggenggam tangan Arka. Ia langsung menepisnya.
"Ingat umur," celetuk Cloe, sambil menggeleng-gelengkan kepala dan memutar bola matanya.
Cloe memang tak pernah patuh pada Shofia. Dia pun tahu jika Shofia memang menaruh hati pada Arka.
Itulah sebabnya, saat Shofia mendekati Arka, dia akan selalu mengganggu.
"Kau ..." Shofia yang kesal menunjuk ke arah Cloe dengan mata memerah, berusaha menahan amarah.
Tak lama, seorang dokter masuk dan meminta mereka keluar karena ia ingin memeriksa keadaan Arka.
Shofia dan Cloe terpaksa keluar dengan raut wajah cemberut. Mereka bahkan enggan berdekatan satu sama lain.
Julian yang melihat itu hanya bisa menggeleng pelan.
"Dasar wanita," gumamnya.
Sementara di dalam ruangan, Arka merengek pada dokter, tidak ingin dipulangkan dari rumah sakit.
Ia bahkan minta dirawat sampai benar-benar selesai menstruasi. Anya hanya bisa menepuk jidatnya, tidak habis pikir dengan kelakuan Arka.
Namun, dokter tetap memulangkannya. Terpaksa Arka harus pulang.
Anya dan yang lain akan lewat pintu depan, sedangkan Arka akan lewat pintu belakang rumah sakit.
Setelah selesai bersiap, Anya dan yang lain mulai keluar rumah sakit. Di depan, para awak media sudah menanti. Namun, Anya tak berniat untuk berbicara.
Hingga dirinya dikejar-kejar wartawan hingga susah untuk masuk ke dalam mobil. Julian mencoba memberi ruang dan menghalau mereka agar tidak mendekati Anya.
Sesampainya di mobil, mobil segera melesat meninggalkan tempat itu.
"Berhenti," pinta Anya.
Mobil berhenti tidak jauh dari rumah sakit.
"Ada apa lagi, Arka? Ayo cepat jalan," kata Cloe yang tengah duduk di samping Anya.
"Kita tunggu Anya."
Shofia dan Cloe memutar mata malas, seakan enggan menunggu Anya. Namun, mereka tidak bisa membantah Arka.
Lama mereka menunggu, tapi anehnya Arka dalam tubuh Anya tidak muncul juga.
"Di mana dia? Dia baik-baik saja, kan?" gumam Anya panik.