Zanna Kemal lebih memilih tinggal seorang diri setelah ayahnya meninggal dunia dari pada tinggal bersama ibu dan ayah tirinya, hidup dengan sederhana menjadi seorang perawat di rumah sakit swasta di kota Praha. Anna begitu ia disapa suatu hari terpilih menjadi perawat untuk merawat anak sang pemilik rumah sakit tempatnya bekerja yang bernama Kerem Abraham, ia sudah terbaring koma selama dua belas tahun akibat kecelakaan yang dialaminya.
Setelah beberapa bulan merawat Kerem, pria itu pun akhirnya sadar dari komanya, tapi sejak Kerem sadar mereka tidak pernah bertemu lagi.
Bagaimana kisah pertemuan mereka kembali sehingga keduanya terikat dalam sebuah pernikahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Melya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan menyebalkan Anna
Setelah mengolesi luka Anna dengan antiseptik Kerem memeriksa bagian tubuh Anna yang lain, ia memutar dan mengangkat sedikit tangan Anna dan melihat ada luka disiku sebelah kananya. Kerem kembali membersihkan lukanya dan membalurkannya obat merah. Kerem lalu memeriksa kedua lutut Anna dan melihat kedua lututnya terluka dan lukanya cukup lebar. Ia pun turun dan berjongkok di depan Anna
“Aduhhh…,” Anna mengaduh karena rasa perih ketika Kerem membersihkan dan mengoles obat disana merah disana dan meniupnya agar dapar mengurangi rasa perihnya.
“Tahanlah sebentar, kau ini manja sekali.”
“Tapi ini perih sekali,” desisnya menunukkan tubuhnya ikut meniupnya. Kerem berpindah membersihkan luka di kaki yang satu lagi.
“Kau ini kemana, sudah malam tapi masih saja berkeliaran,” ketus Kerem kesal mengingat kejadian tadi, jika terlambat sedikit saja masa depan Anna akan hancur di tangan kedua ******** itu.
“Kau pikir aku hewan, enak saja kau bilang aku berkeliaran,” Anna meregut kesal.
“Terserah….tapi kau dari mana, haaa….”Kerem menatap mata Anna yang sembab karena menangis.
“Aku habis menemani Elif membeli gaun pengantin untuknya.”
“Apa… malam buta begini memang masih ada toko yang buka.”
“Bukan, mana mungkin ada toko yang masih buka malam-malam begini. Tadi Elif mengajakku singgah dulu,” sahut Anna tapi tidak menyebutkan kalau ia pulang dari diskotik.
“Seharusnya kau tau waktu jika berpergian , kenapa kau tidak menginap ditempat Elif saja, coba tadi aku tidak lewat disana, Kau….
“Sudahlah…. Lupakan.” Kerem tak melanjutkan ucapannya. Kerem kembali menyimpan semua peralatan obat-obatan tadi kedalam kotaknya, Anna hanya menekuk wajahnya karena apa yang dikatakan Kerem benar kalau saja ia menuruti ajakan Elif mungkin ia tidak akan mengalamil kejadian itu.
“Terima kasih karena sudah menolongku,” terdengar suara lembut Anna membuat Kerem meolehkan kembali wajahnya pada Anna.
“Jika kau tidak datang mungkin aku…..” Anna tidak dapat melanjutkan ucapannya ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya tangisnya kembali pecah. Kerem menarik napas panjang lalu mendudukan tubuhnya disamping Anna, Kerem meraih tangan Anna dan menurunkannya, dengan ia lembut mengusap air mata yang meleleh di pipi Anna dengan ibu jarinya.
“Sudah, jangan menangis lagi. Aku minta maaf jika perkataanku menyakitimu, aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya mengawatirkanmu saja. jika kau pulang larut malam telpon saja aku, aku akan menjemputmu,” ucapnya lembut menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Anna dan meyelipkan ke belakang telingannya, Anna tak dapat melepaskan tatapannya melihat sikap dan perhatian Kerem padanya.
“Aku tidak ingin merepotkanmu. Lagian kita hanya berpura-pura saja, bukan pasangan sebenarnya,” ucapnya pelan sadar diri dengan hubungan yang terjalin antara dirinya dan Kerem saat ini.
Kerem mengusap lembut pipi Anna menepiskan senyum dibibirnya menatap bola mata indah Anna. “Apa pun itu sekarang kau tetaplah kekasihku, jika terjadi sesuatu yang buruk padamu keluargaku akan menyalakanku karena tidak bisa menjagamu.”
Anna kembali menekuk wajahnya mendengar ucapan Kerem, rasa senang yang sempat singgah dalam hatinya karena melihat kekwatiran Kerem padanya hilang, semua yang dilakukan pria itu hanya karena tak ingin membuat keluarganya marah padanya.
“Aku ingin pulang.”
Kerem mengangkat dagu Anna agar menghadap padanya,” tidak kau malam ini menginap disini saja, disini ada dua kamar dan kau bisa menepati kamar yang satunya.”
“Tidak Kerem, aku…
“Kau ini suka sekali membantah, ayo aku antar ke kamarmu.” Kerem langsung mengangkat tubuh Anna sehingga membuatnya kaget. “Kerem aku bisa
berjalan, turunkan aku.” Kerem hanya membalas ucapan Anna dengan tatapan
tajmnya membuat Anna mengatupkan bibirnya saat melihat wajah sangar Kerem. Ia
membiarkan Kerem menggendongnya, Anna terus mencuri-curi pandang padanya dalam
hatinya ia membenarkan apa yang dikatakan orang-orang tentangnya kalau ia memang memiliki wajah yang sangat tampan, pasti banyak wanita yang mengingkan jadi kekasihnya belum lagi kekayaan yang dimilikinya tapi mengapa ia harus memintah dirinya berpura-pura menjadi kekasihnya.
Kerem terlihat begitu santai menapaki anak tangga satu – persatu menuju lantai dua karena kamar memang terdapat disana. Seakan tubuh Anna begitu ringan untuknya
karena memang Anna memiliki tubuh yang ramping dan Kerem memiliki tubuh yang
kekar bahkan Anna dapat melihat tonjolan ototnya keluar dari balik kemeja yang
melekat pas di tubuhnya.
Merasa diperhatikan Kerem balik menatap Anna namun dengan cepat ia memalingkan wajahnya, Kerem tersenyum menarik satu sudut bibirnya melihat tingkah Anna. Anna mengamati di balik tubuh Kerem begitu mereka menginjakan kaki di lantai dua apartemen Kerem, ia melihat dua buah sofa besar dengan meja kecil yang menghadap ke jendela kaca yang besar, Kerem melewatinya
begitu saja tapi tak lama ia menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu yang
masih tertutup.
Ia memintah Anna untuk memutar hendel pintu yang tak terkunci itu, Anna pun menganggukan kepalanya lalu segera memutarnya pelan dan sedikit mendorongnya sehingga daun pintunya terbuka lebar. Ia melihat ruangan itu begitu gelap karena tidak ada lampu yang meneranginya.
“Tolong kau tekan saklar di depanmu,” perintah Kerem begitu mereka masuk kedalamnya. Anna meraba dinding di depanya saat menemukan saklar ia pun menekanya, seketika kamar menjadi terang begitu lampu menyala. Kerem melanjutkan kembali langkahnya lalu mendudukan tubuh Anna diatas kasur dengan hati-hati takut menyentuh luka di lutut Anna.
Kerem memperhatikan pakaian yang dipakai Anna yang terlihat kotor ia juga melihat ada noda darah disana,” tunggulah sebentar aku segera kembali,” ucapnya lalu meninggalkan Anna disana, ia bergegas ke kamarnya yang bersebelah dengan kamar Anna mengambil kaosnya yang sekiranya muat oleh Anna, setelah menemukannya ia pun segera kembali ke kamar Anna.
“Pakailah ini. Bajumu sangat kotor nanti tempat tidurku jadi kotor,” Kerem menyodorkan kaos di tangannya. Anna mengerucutkan bibirnya menatap kesal pada Kerem karena ucapan pedas yang baru ia lontarkan membuatnya kesal, sedikit pun tangannya tak bergerak untuk menyaut kaos di tangan Kerem.
“Aku bercanda, cepatlah pakai kau tidak akan nyaman tidur dengan pakaian kotor.” Tau Anna kesal dengan ucapannya kerem manarik ucapannya kembali. Masih merengut kesal Anna menyaut kaos itu dari tangan Kerem.
“Tidurlah ini sudah larut,” perintahnya melirik jam dinding di kamar yang sudah menunjukan pukul satu malam. Karem melangkah meninggalkan kamar itu tapi
saat sampai di depan pintu ia menghentikan langkahnya ketika terdengar Anna
memanggilnya, ia pun kembali menolehkan wajahnya pada Anna.
Anna menatap Kerem dengan tatapan ragu ia memainkan jari-jari tangannya mencoba mengumpulkan segenap keberanian dalam dirinya.
“Ada apa,” Tanya Kerem melihat Anna hanya diam setelah memanggilnya. Anna menelan ludahnya yang tiba-tiba terasa begitu getir.
“Apakah kau memiliki pembalut,” ucap Anna akhirnya meluncur juga dari mulutnya. Kerem menautkan kedua alisnya saat mendengar pertanyaan Anna.
“Kau yang benar saja. aku ini laki-laki mana mungkin aku punya pembalut.” Ia menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar pertanyaan bodoh Anna.
“Iya aku tau kau laki-laki, tidak mungkin memakai pembalut. Tapi aku butuh pembalut sekarang karena aku….
Anna menundukan kepalanya karena merasa begitu malu untuk mengatakannya tapi ia tidak punya pilihan lagi. “Aku sedang datang bulan,” ucapnya sangat pelan.
“Kau maukan membelikannya untukku, please…” ucap Anna dengan nada memohon dan wajah memelas.
“Kau ini….!”
Kerem menarik napas panjang sambil menyisir rambutnya dengan kedua tangannya, ini sungguh hal memalukan yang belum pernah ia lakukan seumur hidupnya, malam-malam buta harus membeli pembalut mau ditaruh dimana mukanya.
“Baiklah. Kau tunggulah sebentar. Aku akan membelikannya.”Kerem mengalah karena tak tega melihat wajah memelas Anna, ia memutar tubuhnya kembali baru satu langkah ia berjalan kembali terdengar suara Anna
dibelakangnya.
“Beli yang khusus untuk malam ya.”
“Iya. Kau ini cerewet sekali.”
“Celana dalam juga ya,” seru Anna lagi.
“Kau banyak mau sekali.” Kerem memasang wajah garangnya yang langsung membuat Anna ciut menutup mulutnya. Kerem keluar dari kamar mengerutu kesal karena permintaan Anna lebih baik ia disuruh menghajar lima orang sekaligus dari pada disuruh membeli membeli pembalut dan pakaian dalam wanita dan tengah malam buta lagi.
.
.
.
.
.
Bersambung
Kwkwkw...... 😆😆😆😆😆
Semangat babang Kerem...
Selamat membaca readers 🙏
jangan lupa tinggalkan jejak 👍👍
langkah seribu si ana👻