Langkah Bersama Bintang

Pelajaran berlangsung dengan keheningan serasa ada didalam hutan yang sunyi, ya begitulah suasana di dalam kelas ini hanya sunyi yang terasa bagai tak berpenghuni saja padahal orang-orang ada didalam entah kenapa hari ini mereka begitu tenang tanpa ada yang berbisik sedikitpun seperti orang mati, ahh.

" Kenapa sih ni tempat sepi amat kaya dalam kuburan aja... dahhh hem.." gumam Maya dalam hati sambil celingukan mencari keberadaan teman-temannya saat ia melihat ternyata mereka masih ada di dalam kelas ini dengan posisi saling diam.

Maya akhirnya menyelesaikan tugas nya dan membiarkan suasana ini tetap menempati kelas nya, didepan masih ada guru yang sedang menunggu kami maju satu persatu untuk menyerahkan hasil tugas yang diberikan oleh beliau dan kemudian diperiksa nya hasil tugas itu hingga tiada yang tersisa sedikitpun, setelah Maya maju disusul oleh yang lainnya.

" Ini pak tugas saya..!" Ucap Maya sambil tersenyum lalu menganggukkan kepalanya tanda hormat kepada guru, guru itupun langsung menyambut senyuman itu dengan senyuman yang senang lalu mempersilahkan Maya untuk kembali ketempat duduknya lagi.

" May..kamu udah punya pacar belum.." tanya Sindy lirih sambil menyenggol lengan Maya yang sedang diam tanpa kata.

" Ehhh... kenapa..?!" Kaget Maya sambil bertanya pada Sindy yang masih mengerjakan tugasnya.

" Hemm....aku tanya kamu udah punya pacar belum...!! Kok malah ngelamun sih..!" Jawabnya sambil tersenyum kearah Maya yang sedikit bingung.

" Oh..pacar ya...Ada sih..emang kenapa Sin?!" Tanyanya pada Sindy yang baru saja selesai mengerjakan soal terakhir nya.

" Gak kenapa-kenapa May...cuma tanya aja, aku kamu belum punya padahal aku mau ngenalin kamu sama temen aku namanya Jhon dia jomblo terus ganteng lagi kalo aja kamu mau sama dia biar ga sendirian terus...!" Terangnya panjang lebar.

Disaat yang bersamaan bel istirahat pun berbunyi pertanda sudah waktunya istirahat, satu persatu siswa pun keluar dan hanya menyisakan satu orang saja yakni Maya ia tak berminat walaupun ada mengajaknya ke kantin dia hanya ingin diam dikelas saja dan tak ingin kemana-mana.

Disaat itu juga Irwan masuk kedalam kelasnya sambil membawa sebuah paper bag yang entah apa isinya, lalu sambil tersenyum ia pun melangkah perlahan setelah menutup pintu kelas itu lalu mendekati sang pujaan hatinya yang hanya menatap nya sambil sesekali Maya celingukan takutnya ada siswa yang melihat dari luar kelas nya.

" Hai angel..kok gak ke kantin sih padahal tadi aku baru aja mau ke kantin..pas udah sampe di kantin kamu ga ada disana tumben kenapa?! Hemm.." tanya Irwan seraya mengecup bibir Maya yang seakan sudah menjadi candu untuk dirinya sendiri.

" Gak kenapa-kenapa kok kak.. cuma lagi males aja ke kantin aja kak...!" Jawabnya sambil tersenyum kearah Irwan yang terus saja menatap wajah nya dengan seksama, seolah-olah gurunya ini akan memakannya hidup-hidup.

" Kalo gitu pas banget aku bawain sesuatu buat kamu...dimakan ya...!" Ucapnya dengan suara khas nya yang bariton seakan-akan menambah aura ketampanannya.

" Serius kak emang gak ngerepotin kakak apa?! Terus kakak udah makan belum atau kita makan berdua aja gimana...!" Tanya nya.

" Gak lah...masa ngerepotin sih..yank!!" Jawabnya sambil sesekali Irwan mengecup lagi bibir Maya yang merah alami.

" Ih..kakak kok main cium-cium aja nanti kalo ada yang liat gimana..." Protes Maya sambil sedikit berbisik nada bicaranya pada Irwan, disisi lain sebenarnya Maya senang tapi disisi lainnya dia juga mengekang rasa yang muncul dalam hatinya itu.

Ya itulah dia, dia sendiri yang berusaha menolak perasaan nya tapi dia sendiri yang membuka hati untuk Irwan dan dia juga tak rela bila ada orang lain yang akan merebut miliknya ini.

Irwan hanya tersenyum menggoda Maya yang sedang salah tingkah dengan tatapan matanya yang mengunci netranya.

" Emang kenapa kalo ada yang lihat heum...!!" Tanyanya.

Cup!!

" I like you..angel..!" Ucapnya sambil melumat habis bibir Maya dengan rakus benar-benar sudah menjadi candu bibir merah ini, sampai-sampai ia tidak bisa berhenti menciuminya.

" Kak udah...jangan dicium terus nanti orang bakalan curiga kalo misalnya bibir aku Jontor gimana hayoo...nanti aku dituduh ngapain lagi...!" Protes Maya karena Irwan tak mau berhenti menciumi bibirnya.

Akhirnya Irwan pun berhenti lalu sambil menatap wajah Maya yang sudah memerah karena ulahnya sendiri, ia pun segera sadar atas apa yang lakukan terhadap Maya terlalu berlebihan tapi rasanya dia tak mau dan tak bisa membohongi perasaannya sendiri yang ingin selalu dekat dan ingin selalu menyentuhnya aahhh rasanya tak karuan sekali.

" Maaf...aku terlalu berlebihan, tapi jujur aku sendiri gak bisa membohongi perasaanku sendiri May...kakak benar-benar minta maaf ya...!" Sesalnya sambil memegang tangan Maya yang terasa basah oleh keringat yang keluar dari tangannya.

" Kakak gak salah tapi aku minta kalo kakak mau cium bibir aku, kakak harus lihat-lihat dulu, ujungnya kalo misalkan kita tiba-tiba kepergok lagi kayak tadi bisa-bisa nama baik kakak juga jadi jelek begitupun nama baik sekolah ini juga akan kebawa-bawa kak..aku cuma minta tolong itu aja ya ok..!" Ungkap Maya dengan nada lembut.

Irwan pun hanya tersenyum dan mengangguk dan ia memeluk tubuh Maya lalu setelahnya ia pun segera bangkit dari kursi dan tak lupa ia memperingatkan pada Maya untuk memakan makanan yang dia bawa tadi sambil memberi satu kecupan mesra di kening Maya, yang membuat Maya terdiam sejenak lalu akhirnya menatap wajah tampan itu sejenak lalu Maya pun mengangguk mengerti dan Irwan segera keluar dari kelasnya.

Setelah selesai makan Maya pun segera membereskan semua wadah bekas ia makan tadi dan memasukannya kembali kedalam paper bag dan menyimpannya ke tas nya agar tak ada orang yang curiga dengannya.

Maya pun keluar berniat akan ke toilet dengan wajah yang berseri-seri ia berjalan menuju toilet sepanjang jalan ia bertemu teman-temannya yang baru saja dari kantin dan ketika akan sampai ke toilet... tiba-tiba netranya melihat dua insan sedang berpelukan begitu mesranya, ya setelah ia perhatikan dengan seksama mereka ternyata Sindy dan Irwan yang terlihat seperti sedang berpelukan dengan mesranya, tangan Maya terkepal kuat saat melihat itu ia pun segera pergi untuk sekedar menetralkan perasaannya yang mulai panas membara didalam sana.

Ingin rasanya ia menangis tapi dia bukan tipe wanita yang cengeng, disisi lain ia membiarkan Irwan mencari yang lebih baik dari nya, tapi disisi lain ia sendiri tak rela....lagi lagi ia tak rela membiarkan Irwan mencari cinta yang lain karena didalam hatinya sudah tubuh benih cinta itu...