Dorongan menikah karena sudah mencapai usia 32 tahun demi menghilangkan cap perawan tua, Alena dijodohkan dengan Mahendra yang seorang duda, anak dari sahabat Ibunya.
Setelah pernikahan, ia menemukan suaminya diduga pecinta sesama jenis.
✅️UPDATE SETIAP HARI
🩴NO BOOM LIKE 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Digital, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Selesai melaksanakan shalat Isya' Ahen mendapat telpon dari atasannya.
"Siapa, Nak?" tanya Ibu Alena.
"Oh ini, bosnya Ahen, Ma."
"Kenapa?" tanya mertuanya lagi.
"Ahen lupa, hari ini ada pembukaan kantor cabang baru, lumayan jauh di perbatasan Kabupaten. Dan malam ini puncak acaranya." jawab Ahen.
"Oh, diadain pesta ya? Tapi pestanya tidak bahaya, kan?"
Ibu Alena selalu khawatir dengan pergaulan anak zaman sekarang yang kerap menjadikan minuman terlarang sebagai nyawa dari sebuah pesta di sebagian kalangan atas.
"Aman, Ma."
Ibu Alena tersenyum.
"Terus jaga dirimu ya, Nak. Mama titip Alena, didik dia menjadi istri yang baik. Mama nggak tau mau nitipin Alena ke siapa lagi kalau bukan ke suaminya." ujar Ibu Alena dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Ahen mengangguk. Alena datang membawa air minum dan juga obat untuk Ahen.
"Mama, aku cari ke kamar loh tadi nggak ada, ternyata disini."
Alena meletakkan air dan juga obat Ibu Alena.
"Sini Mama duduk dulu, waktunya minum obat."
Ibu Alena tersenyum, ia duduk di samping Alena. Ahen berlalu dan pergi ke kamarnya.
"Suamimu mau keluar habis ini. Kamu nggak di ajak?" tanya Ibu Alena.
Alena menggeleng.
"Alena nggak tau, Ma. Emang Mama tau dari siapa?"
Alena menyodorkan obat untuk Ibunya dan juga air mineral. Ibu Alena meneguk air itu untuk membantu memudahkan obat ikut masuk.
"Barusan ada yang nelpon suamimu, terus suamimu bilang sama Mama."
Alena hanya ber-oh-ria saja.
"Ya udah nggak apa-apa, Ma. Mungkin itu cuma buat karyawan disana dan nggak melibatkan pasangannya."
"Iya juga, sih."
"Nanti paling Mas Ahen pulangnya malem, Ma. Alena tidur sama Mama dulu, ya?" Alena menatap Ibunya dengan penuh harap.
"Izin dulu sama suami kamu."
Alena menghela napas.
"Iya"
Ahen keluar dari kamar dengan pakaian rapi tetapi tidak formal seperti setelan kerja di hari biasanya. Ia mengenakan setelan kemeja tanpa jas.
"Mau kemana?" tanya Alena sambil bangkit dari duduknya, Ahen berjalan mendekati Istri dan mertuanya.
"Aku ada acara malam ini, pembukaan kantor cabang. Pembukaan resminya sudah tadi siang, sekarang hanya pestanya. Aku mau mengajakmu, tapi kasihan Mama sendirian." jawab Ahen.
"Ya udah, aku juga lagi pengen di rumah aja sama Mama. Kamu pergi sendiri aja." Alena tersenyum dan meraih tangan Ahen untuk dicium.
"Oh iya, aku nanti mau tidur sama Mama. Boleh?"
Ahen mengangguk.
"Boleh,"
Ahen mencium kening Alena kemudian beralih mencium punggung tangan Mertuanya.
"Ahen berangkat, Ma." ucap Ahen sambil mencium tangan Ibu Alena.
"Hati-hati ya, Nak."
Ahen mengangguk sembari tersenyum.
*******
Pukul 23:00, Alena dan Ibunya sudah terlelap. Namun ditengah lelapnya, Alena terbangun karena mimpinya yang kurang enak. Ia memandangi Ibunya yang terlihat sangat menikmati tidurnya. Refleks Alena memeluk erat Ibunya sambil menitikkan air mata.
"Aku akan selalu mengingat rasa pelukan ini, Ma." batinnya.
Ahen pun pulang, ia membuka pintu perlahan. Alena yang mendengar suara mobil Ahen pun tetap tidak berkutik dari posisinya saat ini.
"Palingan langsung ke kamarnya." tebak Alena.
Alena menyeka air matanya, ia tidur dengan posisi memunggungi arah pintu kamar, Alena memejamkan mata dan mengeratkan pelukannya.
Tanpa Alena sadari, Ahen mengintip mereka dibalik pintu yang tidak tertutup rapat. Setelah itu Ahen pergi ke kamarnya sendiri, setelah menutup pintu kamarnya, ia termenung sejenak.
Ahen menyapu pandangan ke sekeliling kamarnya, ia memperhatikan di dalam kamarnya banyak barang mendiang Istri pertamanya, Salma. Ahen menghela napas. Timbul rasa bersalah pada Alena.
Ahen terbayangan dengan perkataan Alena yang mengatakan ia tidak punya siapa-siapa lagi selain Ibunya di dunia ini. Hati kecilnya mulai terketuk hingga merasakan perasaan yang aneh saat melihat Alena dengan kondisi seperti ini.
"Punya suami pun tidak benar-benar suami." gumam Ahen.
Ahen juga merasa bersalah mengingat perlakuannya yang di rasa tidak pantas terhadap istrinya yang baru pertama kali menikah yang tentunya akan dikejutkan dengan perbedaan pendapat.
"Bahkan selama ini aku belum membimbingnya sama sekali."
Ahen duduk di tempat tidurnya.
"Ya Tuhan, apakah aku sedang berdosa saat ini? Apa aku seperti memainkan pernikahan yang sakral ini?"
Pukul 1 dini hari...
Ahen belum tidur, ia bangkit dari tempat tidurnya. Ahen kemudian berwudlu saat ini juga, setelah itu ia menggelar sajadah dan melakukan shalat malam untuk meminta ketenangan dan diberi kebijakan.
Setelah salam kedua atau salam terakhir, hati Ahen berdesir. Rasa aneh kembali terasa, ia menyentuh dadanya dan mengelusnya.
Sekali lagi Ahen menyisir ruangan itu dengan pandangan kedua matanya yang terus memperhatikan barang Salma. Ahen berdiri, ia melipat kembali sajadah dan meletakkannya. Kemudian ia pergi ke gudang untuk mengambil Kardus besar.
Ahen berdiri di depan lemari kecil yang ada di samping lemarinya, ia membuka kuncinya dan membuka lemari itu dengan pelan, setelah itu ia mengambil sebuah bingkai foto yang terbalik, ia membaliknya dan melihat foto itu adalah fotonya dengan Salma saat menikah dulu. Salma merupakan gadis cantik dengan kulit putih bersih dan bentuk bibir yang cantik dan menambah kecantikannya.
Ahen menghela napas, ia memasukkan bingkai foto itu ke dalam kardus. Kemudian Ahen mengeluarkan semua isi lemari itu untuk memudahkannya memisahkan barangnya dengan milik Salma yang selama ini ia simpan. Banyak barang kecil bahkan wadah bekas make-up Salma yang ada di lemari itu, Ahen memasukkan semua barang Salma di dalam kardus.
Setelah selesai, Ahen kembali memasukkan barang pribadinya ke dalam lemari itu. Kemudian ia lanjut membuka lemari besarnya, ia mengambil semua pakaian yang pernah berkaitan dengan Salma dan memasukkannya ke dalam kardus. Bahkan gantungan handuk pun ia masukkan ke dalam kardus tanpa banyak berpikir lagi.
Dua kardus besar sudah penuh terisi barang yang berkaitan dengan Salma. Terakhir, Ahen mengambil foto rahasianya ke dalam kardus juga. Setelah itu ia membawa kardus itu sendirian tanpa bantuan, ia meletakkan kardus-kardus itu di gudang.
Ahen berdiri di depan pintu sambil memegang gagang pintu.
"Salma, maafkan aku. Aku rasa kita harus selesai, kamu juga pasti marah ketika aku tidak bersikap baik pada Alena. Rasaku kepadamu tidak akan pernah lenyap begitu saja, namun di kehidupan ini... Aku harus bergerak maju dan melanjutkan hidup."
Ahen tersenyum tipis, ia langsung menutup pintu. Saat membalikkan badan, ia dikejutkan dengan kemunculan Bi mia.
"Astaga, Bi Mia ngapain?" tanya Ahen sambil mengatur napasnya.
"Tadi saya dengan suara berisik dari gudang, Tuan. Saya kira ada maling." jawab Bi Ina yang kelihatannya masih sangat mengantuk.
"Nggak ada. Udah, Bi Mia tidur lagi sana."
Bi Mia mengangguk.
"Mari, Tuan."
Ahen hanya mengangguk, ia juga pergi dari gudang dan masuk ke dalam kamarnya. Bi Mia muncul kembali dengan mata yang segar tanpa kantuk, ia membuka pintu gudang perlahan tanpa suara.
Bi Mia mencari sekiranya ada barang yang baru di gudang ini, Bi Mia menemukan tumpukan kardus besar. Dengan rasa penasarannya yang tidak dapat ditahan, Bi Mia membuka salah satu kardus itu dan melihat isinya adalah pakaian kesayangan Salma dan ada beberapa barang Salma lainnya.
Bi Mia tersenyum penuh haru saat melihat itu.
"Akhirnya..." ucap Bi Mia sambil menunjukkan ekspresi lega.
Suami istri ❎
Tom n Jerry✅