NovelToon NovelToon
Ipar Yang Dirindukan

Ipar Yang Dirindukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Ryn

Naura (22 tahun), seorang ipar yang justru begitu dekat dengan keponakannya, yakni Maryam.
Maryam kerap mengatakan pada Zayad (30 tahun) ayahnya, jika dirinya ingin memiliki seorang ibu. Pertanyaan yang aneh bagi Zayad, sebab Maryam jelas memiliki ibu yang masih hidup bersamanya. Namun Maryam selalu menjawab, "Mama tidak sayang Maryam, Papa."
Salma (27 tahun), istri Zayad dan seorang wanita karir. Kehidupannya full menjadikan karir nomor satu baginya. Salma menyuruh Naura untuk menjaga puterinya selama ini. Namun bagi Salma, Naura layaknya seseorang yang bisa ia atur-atur sesuka hatinya. Sebab, Naura terlahir dari istri kedua ayah Salma.
Kehidupan Naura selama ini, ternyata penuh akan air mata. "Aku tidak meminta untuk dilahirkan dalam situasi seperti ini. Tapi mendiang ibuku selalu bilang, agar aku tetap menjadi orang yang baik." lirih Naura dengan air matanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Ryn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15

Dua Hari Kemudian

Gadis ini terlihat sendu, ia bahkan banyak melamun. Zayad tidak ada datang menemuinya lagi sudah dua hari ini. Entah kenapa Naura seperti mengharapkan kedatangan pria itu. Entah kenapa, ia ingin tahu apa keputusan Zayad. Naura menggeleng cepat, "Astagfirullah, aku nggak boleh gini."

Maryam di dekatnya tersentak, "Kenapa aunty?"

Naura sedikit tersentak dan tersenyum pada Maryam, "Tidak apa, sayang."

Maryam kini memeluk pinggang Naura dari samping, keduanya berada di kamar Naura saat ini. Maryam terlihat menunduk sendu, ia baru saja menyusun pakaiannya untuk ia bawa pulang hari ini. Zayad hari ini akan datang menjemput dirinya untuk pulang.

"Aunty, Maryam sedih karena akan pulang hari ini."

"Jangan sedih, ya. Nanti kita akan sering bertemu lagi."

"Tapi kapan?"

"Bisa saat aunty libur kerja."

Maryam mengangguk sendu, tepat di saat itu suara deruan mobil terdengar di luar rumah. Savina berteriak memanggil Maryam, "Maryam...papa mamamu datang nih..!"

Naura sedikit tersentak, papa mama? Maryam juga demikian, ia cukup terkejut sebab mamanya juga datang. Maryam dan Naura pun keluar dari dalam kamar. Saat keluar, tentu Zizah juga berjalan cepat dengan senyumannya kala Salma ikut datang.

Salma langsung tersenyum menatap Maryam, "Sayang mama...ini mama, nak."

Maryam terlihat kebingungan, namun Salma langsung menggendongnya, "Mama rindu sekali, kita pulang ya sayang.."

Zizah memegang lengan Salma, "Duduk dulu, ibu masak enak buat kamu. Nanti bawa juga itu banyak buah di rumah dan makanan lainnya."

Salma mengangguk, Zizah kemudian menatap Zayad, "Nak Zayad, kemari duduklah."

Zayad tersenyum tipis dan duduk, pria itu melirik Naura sekilas. Naura berdiri di dekat dinding, menatap mereka dengan sendu. Entah kenapa, hatinya tercabik menatap keharmonisan keluarga Zayad saat ini. Tapi, kenapa harus sesakit ini? Zayad juga entah kenapa hatinya terasa perih saat menatap Naura. Seperti ada sesuatu yang menyesakkan, mencoba untuk memberontak.

Salma kemudian menatap Naura, "Eh Naura, makasi ya udah jagai Maryam."

Naura mengangguk tersenyum, "Iya, kak."

"Naura besok kerja, ya? Semoga betah ya. Mas, jangan galak-galak sama Naura." tutur Salma bergurau memegang lengan Zayad.

Zayad hanya tersenyum tipis, Naura pun demikian. Maryam justru tampak kaku di pelukan ibunya sendiri. Zizah kemudian menatap Naura sembari meletakkan berbagai cemilan di atas meja.

"Naura udah kerja, artinya udah mulai bisa mandiri, kan? Lagipula sudah dewasa, usia sudah 22 tahun." ujar Zizah.

Salma mengangguk setuju, "Mungkin menikah ya, bu?"

"Ya jika ada yang melamar nggak apa-apa. Tapi maksud ibu, bukan itu."

Salma seketika mengerti, "Oh iya, aku paham bu. Benar itu, Naura. Lagipula kantor mas Zayad ke rumah kita kan jauh! Kamu bisa ngekost aja, Naura."

Mata Naura membulat, begitupun dengan Zayad dan Savina. Savina tentu bersuara lebih dulu, "Maksudnya kak Naura nggak tinggal disini lagi? Nggak bisa gitu lah, kak." ucapnya menatap Salma.

Salma menghela nafas berat, "Ini bukan di usir, tapi disuruh mandiri. Lagipula kan, sudah pas sebenarnya dia tinggal sendirian. Ibu juga udah terlalu baik loh, kasih dia tinggal disini sampai tamat kuliah. Dimana-mana, sampai usia 17 tahun, mulai kerja langsung dan hidup mandiri."

Zizah mengangguk tenang, "Dulu, mendiang ayah kalian juga bilang begitu. Titip Naura, sampai anak itu dewasa. Pasti artinya sampai ia dapat pekerjaan sendiri, kan?"

Bibir Naura bergetar, secara halus ini adalah sebuah pengusiran. Namun herannya, mereka berani membahasnya di depan Zayad. Zayad terus menatap Naura, ia tahu wanita itu sedang di rundung secara verbal lagi saat ini.

'Kenapa? Kenapa setiap aku melihatnya diperlakukan seperti ini, hatiku terasa sangat sakit? Tapi kenapa aku tidak bisa menolongnya?' batin Zayad dengan mata yang berkaca-kaca.

Naura disana mengangguk kecil, "Baik, bu. Naura mengerti."

Savina tentu langsung mendekat ke Naura dengan khawatir, "Janganlah, kak. Jadi maksudnya kita pisah?"

Naura tersenyum menatap sang adik yang satu-satunya sayangnya tulus pada dirinya, "Nggak apa-apa ya, lagipula satu bulan lagi saja. Tunggu kakak dapat gaji pertama. Nanti temani kakak cari kost an, ya?"

Savina menggeleng tidak mau, "Nggak mau kak."

Naura mengusap pipi Savina, menenangkan sang adik. Maryam hanya mendengarkan dan ia tak begitu paham maksud ucapan para orang dewasa disana. Zayad menghela nafas berat dengan dadanya yang terasa menyesakkan.

* * *

Pemuda ini tersenyum lembut menatap rekan kerjanya saat ini. Ini adalah hari pertama mereka bekerja. Zayn begitu senang, menatap Naura yang terlihat sopan dan cantik dengan pakaian kerjanya. Zayad juga ada disana, namun ia mencoba menahan pandangannya melihat wanita yang ia sukai tersebut. Mereka berada di ruangan Zayad saat ini.

"Selamat datang di perusahaan saya. Saya harap, kalian bekerja dengan baik. Baik itu secara individual maupun secara tim." ujar Zayad dengan tegas

Keduanya mengangguk patuh, mereka pun kembali mendengarkan pesan dari Zayad dan ada beberapa orang lainnya di ruangan tersebut. Menyampaikan tentang sistem kerja secara garis besar mereka. Setelahnya, Zayn dan Naura menuju ruangan kerja mereka.

Naura menatap takjub akan ruangannya. Ternyata, ruangan ini tidak berada di satu atap yang sama. Zayn sebagai kepala divisi keuangan, dan Naura asistennya. Naura berada di luar ruangan Zayn bersama tiga pegawai lainnya.

"Bagus sekali ruangan kerja kita." ujar Zayn.

Naura mengangguk tersenyum, "Benar. Aku suka ruangannya, tapi apapun itu aku tetap suka. Alhamdulillah bisa bekerja di perusahaan ini."

Zayn tersenyum lembut, ia mengambil sapu tangan dan menutupi telapak tangannya. "Kita tos dulu, kita kan satu tim."

Naura tertawa kecil, ia pun meninju pelan telapak tangan Zayn. "Ok, bos."

Keduanya tertawa kecil bersama, mereka kemudian ke ruangan masing-masing dan bekerja.

Dan satu hari bekerja, tentu banyak pelajaran berharga yang masih begitu buta bagi Naura. Wanita itu tentu cukup kesulitan, berbeda dengan Zayn yang memang dulu di Australia ia juga pernah bekerja di sebuah perusahaan di bagian keuangan.

Sudah pukul 12 siang, tepatnya jam istirahat. Zayn keluar dari ruangannya dan tersenyum menatap Naura, "Pelan-pelan saja, jangan dipaksakan. Ayo makan dulu."

Naura tersenyum menatap Zayn, "Saya makan disini saja, bos. Saya bawa bekal dari rumah."

Zayn menghela nafas kecewa, "Jangan panggil bos, dan jangan terlalu formal."

"Nggak bisa gitu, bos. Kita harus profesional."

Zayn tertawa kecil, "Baiklah jika begitu. Kalau begitu aku keluar dulu ya."

Naura mengangguk tersenyum, "Baik, bos."

Zayn pun keluar, pria itu meninggalkan perusahaan dan memilih makan di luar. Tadinya ia ingin mengajak Zayad, namun pria itu tidak ada di ruangannya. Alhasil Zayn pergi makan sendirian.

Namun nyatanya, Zayad masih di dalam perusahaan. Kini, Naura kembali fokus bekerja, dan wanita itu tersentak kala mendengar suara Zayad di dekatnya.

"Maafkan aku, Naura."

Naura mengangkat kepalanya, ia sampai berdiri kala melihat Zayad menatap dirinya dengan sendu. Di ruangan luas itu sedang tak ada siapapun saat ini, pegawai lain teman Naura juga sudah keluar semua.

"K-Kak?"

"Maaf. Tapi..sungguh, aku tersiksa, Naura. Aku harus bagaimana?"

Seketika air mata Naura mengalir, entahlah kenapa harus sesakit ini melihat pria itu seperti memendam rasa sakit dan lelahnya sendirian.

"Ya Allah, kak." lirih Naura.

* * *

1
Hafizah Aressha R
lnjut k
Blu Lovfres
ok sampai ketemu di Turki ya
bawa seblak untuk bekalnya, naoura 🤭🤭
Next thor
Blu Lovfres
Next thor,
tingal nunggu si salma jadi .ubi gosong
🤣😅😁😂
Pena Ryn: Wkwkwk harus itu
total 1 replies
Hafizah Aressha R
la keren dan gantengan zayn dri od zayad y..
Pena Ryn: Sadboy slalu lebih ganteng ya kak /Smile/
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut
Alif
oon coba pura2 gk tau dan kamu rekam aja kn kamu jd aman, malah sok menasehati nanti klo ketahuan suaminya sendiri kan kamu gk di tuduh
Blu Lovfres: terlalu lebay peranan. Zayed dn nora.🤣😅😁😂orang baik dn lebay jadi badud
baik boleh tapi jangan jadi, orang tolol atw jadi robot seolah kuat ,dn menerima apapun
total 1 replies
Alif
lagian cerita ini bagus tp agak janggal, masak ya ibuknya gk pnya rumah lah sblmnya mereka tinggal di mana, kok se akan2 cm dititipin doang gk ada kisah atau cerita apa selanjutnya
Sumiati Alvia: kak udah ada cerita bahwa saudara saudara dari ibuk nya gak ada yg mau terima dia
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!