Bagian pertama dari Kembar Pratomo Generasi Ke Delapan
Mandasari Pratomo, putri bungsu jaksa penuntut umum New York, Adrianto Pratomo, tidak menyangka pria yang dikiranya hendak melecehkan dirinya, ternyata hendak menolong. Ditambah, pria itu adalah anggota kopassus yang sedang pendidikan di Amerika dan Mandasari menghajar pria itu hingga keduanya masuk sel. Wirasana Gardapati tidak habis pikir ada gadis yang bar-bar nya nauzubillah dan berdarah Jawa. Akibat dari kasus ini pihak kopassus harus berhadapan dengan keluarga Pratomo. Namun dari ini juga, keduanya jadi dekat.
Generasi ke delapan Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Flashback
Princeton University New Jersey Tiga Minggu Sebelumnya
Mandasari merasa penasaran dan dirinya kalau sudah begini, akan merasa sukar menghilangkan dari pikirannya. Dasar keturunan Pratomo, semakin penasaran semakin maju terus pantang mundur wow keren!
Mandasari lalu mencari nomor telepon Herdiani, ibu Wira. Bukan hal yang sulit karena Mandasari sempat memegang ponsel Wira dan menghapal nomor Herdiani. Mandasari pun menyimpan nomor wanita itu, berjaga-jaga jika dia membutuhkan. Dan sekarang dia harus menghubungi Herdiani.
***
Kamar Herdiani di daerah Banjarsari Solo
Herdiani baru saja menyelesaikan ibadah isya saat mendengar suara notifikasi di ponselnya. Ibu Wira itu berdiri dan berjalan untuk mengambil benda pipih itu. Keningnya berkerut saat melihat nomor yang tidak dia kenal.
📩 +1 ( 212 ) 555-970-6442 : Assalamualaikum Bu Herdiani.
"Ini kode area mana?" gumam Herdiani sambil mencari tahu kode areanya. "Amerika Serikat? Kode Manhattan? Tunggu ... Sari?"
Herdiani lalu membalasnya.
📩 Bu Herdiani, ibu Wiro Sableng : Wa'alaikumsalam. Ini dari siapa ya?
📩 +1 ( 212 ) 555-970-6442 : Perkenalkan, saya Mandasari Pratomo yang berada satu foto bersama putra ibu. Maaf, jika saya lancang mengirimkan pesan ke ibu tapi mas Wira akan pulang ke Solo dan meminta saya ikut.
Herdiani memejamkan matanya. Ternyata benar. Wira akan pulang bersama dengan gadis yang diakuinya sebagai kekasihnya.
📩 Bu Herdiani, ibu Wiro Sableng : Datang saja bersama Wira, Sari. Ibu ingin melihat kamu seperti apa.
Tidak ada balasan namun setelahnya Mandasari melakukan panggilan video. Herdiani tersenyum karena gadis ini punya keberanian menelpon dirinya. Herdiani pun menerima panggilan video Mandasari dan dirinya terkejut melihat betapa cantiknya gadis yang diakui sebagai kekasih putranya. Berbeda dengan di foto yang dikirim.
"Assalamualaikum Bu Herdiani. Nuwun Sewu kalau saya menelpon ibu malam-malam waktu Indonesia bagian Solo," salam Mandasari manis. "Soalnya di Princeton masih pagi."
"Wa'alaikumsalam Sari. Akhirnya kamu telepon ibu juga. Berani juga lho kamu telepon ibu," jawab Herdiani masih dengan gaya sok galak.
"Alhamdulillah kulo wantun Bu. Kan ibu masih membuat sambal enak kata mas Wira." Duh, semoga si Wiro Sableng nggak loncat ke pohon durian gue panggil 'mas Wira' saking senangnya.
Herdiani tersenyum. "Kok malah sambal yang kamu ingat, Sari."
"Lha sebagai wong Jowo dan orang Indonesia, makan tanpa sambal, tak sedap, macam ada yang kurang," cengir Mandasari. "Mas Wira bilang sambal saya enak tapi masih enak buatan ibu."
"Kamu blender?"
"Mboten Bu. Uleg kok. Saya sampai import ulegan dan muntu nya lho Bu."
Herdiani mengangguk. "Jadi, ada apa kamu telepon ibu?"
"Seperti sudah saya bilang Bu, mas Wira mengajak saya pulang ke Solo. Saya masih mikir-mikir karena saya masih menunggu jadwal yudisium dan sidang tesis yang berubah lagi. Jujur, saya memang butuh liburan karena hampir lima tahun saya jarang liburan demi menyelesaikan skripsi dan tesis."
"Jadi kamu langsung mendapatkan dua gelar?" tanya Herdiani yang tidak mengira jika gadis cantik ini sudah mau sarjana S2. Jadi Wira tidak bohong kalau Sari memang cerdas.
"Alhamdulillah iya Bu. Kebetulan Princeton memberikan kesempatan untuk fast study dan IPK saya masuk, ya ambil sekalian biar bisa segera lulus dan menjadi dosen."
Herdiani melongo. "Jadi benar kamu mau jadi dosen? Kamu kan anak orang kaya, Sari? Kenapa mau jadi dosen yang gajinya tidak seberapa."
Mandasari tersenyum. "Bu, saya memang kaya tapi bukan berarti saya ongkang-ongkang kaki menghabiskan uang dari Eyang saya. Kenapa saya ingin menjadi dosen? Karena ini passion saya. Ayah saya memang jaksa, ibu saya dokter obgyn, tapi saya lebih suka menjadi pendidik."
Entah mengapa, Herdiani merasa kali ini dia salah menilai Mandasari. Benar kata Wira, aku harus tahu sendiri.
"Papa kamu tidak apa-apa? Kamu mau jadi dosen?" tanya Herdiani.
"Papa dan mama tidak masalah cuma satu pesannya."
"Apa itu?"
"Jangan galak-galak kalau jadi dosen!" gelak Mandasari.
Herdiani tertawa. "Kamu memang bar-bar, Sari."
"Maafkan gen saya satu itu ... Macam sudah terpatri tidak bisa dihapus," jawab Mandasari sambil tertunduk.
Sejak itu, Mandasari dan Herdiani sering bertukar pesan atau telepon hampir setiap hari. Herdiani menjadi tahu gadis anak Sultan ini berbeda dengan anak-anak orang kaya yang kadang songong dan tidak punya manner. Bahkan saat Mandasari meminta doa saat dia maju sidang. Hingga akhirnya, Herdiani meminta Mandasari ikut bersama Wira ke Solo karena dia ingin bertemu secara langsung.
***
Present Day
"Ibu apa kabar?" sapa Mandasari sambil mencium pipi Herdiani setelah mengambil pesanan minumannya.
"Alhamdulillah baik sayang. Ya ampun, kamu kok lebih cantik aslinya dari di foto sih?" puji Herdiani sambil menatap Mandasari. "Wira tidak tahu kan?"
"Mas Wira tidak tahu Bu."
"Kalian sudah resmi pacaran?"
"Mas Wira bahkan sudah menghadap Papa buat melamar saya, Bu."
"Dan yang membuat ibu ribut sama Wira. Anak itu malah bilang tidak harus bawa orang tua karena dia anak laki-laki! Ampun deh anak itu!" gerutu Herdiani sambil menyesap kopinya.
"Sudah saya marahi Bu. Bagaimana pun kan restu orang tua itu wajib," jawab Mandasari yang memang sudah ngamuk ke Wira karena ngomong seenaknya ke ibunya.
"Jadi Wira datang malam ini?" tanya Herdiani.
"Jadi Bu. Saya memang tidak barengan karena kan Mas Wira dari markas kopassus dulu di Jakarta," jawab Mandasari.
Herdiani mengangguk. "Maafkan ibu ya Sari, sudah bilang macam-macam sama kamu ke Wira. Padahal ibu belum tahu seperti apa kamu sebenarnya ... ternyata sama kacaunya dengan Wira."
"Saya juga minta maaf Bu kalau selama ini panggil mas Wira itu Wiro Sableng. Soalnya lidah ini gatal kalau tidak panggil gitu," ucap Mandasari dengan wajah tidak enak.
"Terus, kamu anggap ibu Sinto Gendeng?" tanya Herdiani dengan tatapan menyelidik.
"Eh, bukan ibu yang jadi Sinto Gendeng," sergah Mandasari.
"Lalu siapa?"
Mandasari menggaruk kepalanya. "Kapten Handoyo."
Herdiani melongo karena pimpinan anaknya dibilang Sinto Gendeng oleh gadis cantik di depannya namun setelahnya, wanita paruh baya itu tertawa terbahak-bahak.
"Astaghfirullah Saarriii ! Yang benar saja Kapten Kopassus kamu bilang Sinto Gendeng!" gelak Herdiani.
"Maafkan lambe receh saya Bu."
***
Sementara itu ...
Wira tiba di bandara Adi Sumarmo Solo setelah molor satu hari karena masih harus menyelesaikan berbagai urusan di Jakarta. Ditambah dia sudah ditinggal Mandasari ke Solo jadi tidak bisa bersama-sama ketemu dengan ibunya. Pria itu langsung memesan taksi Blue Bird dan setelah mendapatkan, segera menelpon gadisnya.
"Halo Sayang, kamu dimana?" sapa Wira setelah Mandasari menerima panggilannya. "Pasar Gede? Ngapain? Cari dawet? ... Blue Doors? ... Aku ? Cuma bawa satu koper saja ... Oke deh. Aku ganti rute kesana ... Kamu sama Vendra? ... Nggak? Lha? ... Iya deh ... Sampai ketemu disana ya. Love you."
Wira lalu meminta sopir taksi Blue Bird mengganti rutenya dan tidak masalah ada perubahan harga. Dirinya sudah tidak sabar bertemu dengan kekasihnya dan meminta restu ibunya.
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
plisssssssssssssss
lagian d jamin itu setannya juga bakalan lari d bawah ketiaknya eyang Surti..
cba mnta bntuan shea aja,biar ada lwan'nya.....ya kali msti ngelwan yg gaib....