Hidden Mommy

Lee berusaha menghilangkan pikiran-pikiran aneh itu. Karena sudah jelas, bahwa Renata tidak ada sangkut pautnya dengan Alicia. Sementara suara petir menggelegar seolah bersahut-sahutan, membuat Renata semakin menutup telinganya rapat-rapat.

Kalau ada Ralia, mungkin dia sudah saling memeluk erat dengan adiknya itu.

"Ada aku, tenanglah," ucap Lee seraya memeluk tubuh Renata dengan sangat erat. Mencoba untuk menenangkan wanita yang sedang ketakutan itu.

Sungguh Lee tidak mengerti lagi dengan dirinya, kenapa dia bisa dengan mudah memberikan perhatian lebih pada wanita yang baru saja dikenalnya.

Dari awal, dia selalu merasa bahwa Renata berbeda. Meskipun dalam otaknya selalu ada nama Alicia.

"Jangan ke mana-mana," pinta Renata dengan nada merengek. Membuat Lee mau tidak mau tetap berada dalam posisinya, dia masuk ke dalam selimut dan semakin menarik tubuh ramping Renata, hingga kepala wanita itu bersandar di dadanya.

"Cepatlah tidur, agar kamu tidak perlu mendengar suara-suara itu lagi. Aku janji, aku tetap di sini."

Pikiran Renata seperti kosong, dia sama sekali tak berani untuk membuka matanya.

"Aku akan susah tidur, karena suara itu sangat menakutkan."

"Sudah aku bilang, aku di sini. Apalagi yang kamu khawatir 'kan?"

Namun, bukannya mendapat jawaban, suara petir justru kembali menggelegar, seperti menyerang bumi. Dan secara reflek Renata memeluk tubuh Lee dengan sangat erat.

"Arghh!" Wanita itu berteriak, dengan dada yang bergemuruh hebat. Jantungnya seperti ingin copot, karena terlalu terkejut.

Dan hal tersebut membuat Lee menahan nafas, ia seperti sedang uji nyali karena tiba-tiba darahnya mendidih, dengan hasrat yang naik ke puncak ubun-ubun.

Semakin dia menghilangkan wajah Alicia, nyatanya bayangan itu semakin tampak jelas. Apalagi saat Lee mendengar suara nafas Renata yang berhembus kencang, di telinganya terngiang-ngiang suara desaahan Alicia, menggoda dan membuat dia selalu bersemangat dalam bercinta.

"Jangan banyak alasan lagi, segeralah tidur. Aku tidak ingin terjadi sesuatu," ucap Lee dengan ambigu, untuk memeringati Renata, sementara wanita itu mendengarkan jantung Lee yang berdetak lebih kencang.

Dia berusaha untuk tenang, dan berharap hujan segera reda. Namun, angin justru berhembus semakin kencang, seolah tak merestui keinginan Renata.

Lee mengusap-usap punggung Renata dengan pelan, agar wanita itu segera tidur. Namun, apa yang ia lakukan justru semakin membangkitkan sesuatu di bawah sana.

Astaga, kenapa bisa aku berhasrat dengan wanita ini?

Apalagi kini cuaca sangat mendukung, dinginnya malam membuat kelelakian pria itu kian menegang. Akan tetapi dia tidak mungkin mengajak Renata untuk bercinta dengannya, yang ada Renata akan menganggap dia bos gila, dan suka mempermainkan wanita.

Padahal sejak kelahiran si kembar, dia hanya bisa bermain sendiri dengan bayangan Alicia. Tak peduli meski Sofia senantiasa menggodanya.

Sial, sebenarnya ada apa dengan diriku?

Lama kelamaan Renata pun berangsur tenang, dia merasakan kehangatan tubuh pria yang pernah menjamahnya, dan jujur saja dia sangat nyaman dalam pelukan Lee. Hingga dia mengusakkan kepala, dan membuat gerakan yang membuat dadanya bersentuhan langsung dengan tubuh pria itu.

"Astaga, mana bisa aku tidur dalam keadaan seperti ini? Dia sangat mengujiku," gumam Lee seraya menundukkan pandangannya untuk melihat wajah Renata.

Saat dia menatap dua mata yang terpejam itu, dia seolah hanyut. Bulu mata lentik Renata sangat indah, dengan bibir tipis yang merah seperti buah ceri meski tanpa pewarna.

Tiba-tiba Lee kembali mematikan lampu dengan petikan jari. Hingga suasana di kamar itu berubah temaram, karena hanya ada lampu tidur yang menjadi penerangan.

Merasa tak tahan, akhirnya Lee kalah, dia menggerakkan kepala semakin ke bawah. Sebab hasrat lebih mendominasi dari pada fungsi akalnya. Hingga entah di detik ke berapa, bibir Lee berhasil menyatu dengan bibir Renata.

Dia sedikit mendelik, dan ingin mengurungkan niatnya. Namun, seperti ada dorongan lebih, dia pun mulai mengecap benda ranum itu, sedangkan Renata sudah pulas di alam bawah sadarnya.

Butuh waktu satu jam, Lee menahan semuanya. Dan sekarang, dia sudah merasa tak berdaya, dengan nalurinya dia terus mencium bibir Renata, bahkan tangannya bergerak untuk membuka kancing baju wanita itu, ingin merasakan benda kenyal yang sedari tadi menyentuh tubuhnya.

"Eugh!"

Pergerakan Lee terhenti karena mendengar Renata melenguh. Dan tepat pada saat itu juga, dia tersadar, dia langsung memelototkan matanya dan melepas ciuman itu dengan sedikit kasar.

Bahkan dia terkejut dengan gerakannya sendiri karena takut tertangkap basah.

"Aku pasti sudah gila! Lee, kamu benar-benar gila!" Gumam Lee dengan ketar-ketir, dia ingin bangkit dari ranjang, dan berpindah ke sofa. Namun, Renata segera menahan tubuh Lee dengan memeluk dan memasukan satu kakinya di antara kaki pria itu.

"Kali ini aku benar-benar terjebak, sial!" umpat Lee dengan suara yang sangat pelan. Mau tidak mau dia pun menahan diri untuk tidak melepas hasratnya. Dan berakhir dengan sakit kepala yang mendera.

Semalaman dia harus terjaga, dan baru tertidur ketika pagi hendak menyapa.

***

Pukul 7 pagi.

Renata mendelik dan berteriak dengan sangat kencang karena mendapati satu ranjang dengan Lee. Padahal dia sangat ingat, bahwa semalam Lee memutuskan untuk tidur di sofa.

Lee mengerjapkan kelopak matanya yang sangat berat, karena dia kurang tidur. Dan sialnya, sampai sekarang hasratnya belum juga turun, apalagi pagi-pagi seperti ini dia disuguhi penampilan Renata yang berantakan. Hah, sungguh di mata Lee, Renata terlihat sangat seksi.

"Aku bisa jelaskan, jangan marah-marah dulu," kata Lee dengan mimik wajah serius.

"Tapi, bagaimana bisa anda berada di sini, Tuan? Anda tidak berbuat macam-macam 'kan?" sentak Renata, lupa kalau semalam dialah yang menahan Lee agar tidak meninggalkannya.

"Semalam kamu ketakutan karena ada petir, jadi aku berinisiatif untuk menenangkanmu. Bahkan kamu yang menyuruhku untuk tidur di sini, kalau tidak mana mungkin aku mau tidur denganmu!" balas Lee dengan ketus dan penuh alibi. "Satu lagi, aku tidak melakukan apapun!" Sambungnya, lalu memilih untuk pergi ke kamar mandi, karena sudah tidak tahan ingin mendapatkan pelepasan.

Mendengar penjelasan Lee, Renata hanya terpaku, dia mencoba mengingat-ingat kejadian semalam, dan dia baru sadar kalau dia ketakutan sampai tidak bisa mengontrol dirinya.

"Astaga, apa aku terlihat sangat murahan?" gumam Renata sambil duduk di sisi ranjang, dengan termenung.

Sementara Lee langsung mengguyur tubuhnya dengan air yang keluar dari shower. Otak pria itu terngiang-ngiang ciumannya dengan Renata, dan berpadu dengan percintaan penuh gairah dia dengan Alicia.

Suara erangan Lee terdengar keras, hingga sampai ke telinga Renata, membuat wanita itu mengernyit.

"Sedang apa dia?" gumamnya dengan bulu kuduk yang meremang.

***

Dia sedang membuang adik Gio dan Shasha🤣🤣🤣