NovelToon NovelToon
Adik Iparku, Mantan Kekasihku

Adik Iparku, Mantan Kekasihku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Cinta Terlarang / Saudara palsu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Amy Zahru

Karma? Apa benar itu yang terjadi padaku? Disaat aku benar-benar tidak berdaya seperti ini.

Bagaimana mungkin aku meghadapi sebuah pernikahan tanpa cinta? Pernikahan yang tidak pernah ku impikan. Tapi sekali lagi aku tak berdaya. Tidak mampu menentang takdir yang ditentukan oleh keluarga. Pria yang akan menikahiku...aku tidak tahu siapa dia? Seperti apa sifatnya? Bagaimana karakternya? Aku hanya bisa pasrah atas apa yang terjadi dalam hidupku.

Aku sebenarnya masih menunggu seseorang dari masa laluku. Seorang pria yang sangat ku cintai sekaligus pria yang telah ku lukai hatinya. Nando Saputra, mantan kekasihku yang telah memutuskan pergi dariku setelah aku dengan tega mengusirnya begitu saja.

Sekarang rasa menyesal kembali menghatuiku saat ku tahu sebuah fakta yang lebih mengerikan...dia Nando, pria yang selama ini ku rindukan adalah adik dari pria yang menikahiku. Rasanya aku ingin bunuh diri saat ini juga....!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amy Zahru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Kilasan yang Kembali

Malam itu kamar Nando sunyi. Meja belajarnya penuh buku catatan kuliah, lampu meja masih menyala. Tapi Nando tak bisa tidur.

Pikirannya penuh dengan wajah Bu Salma, suara lembutnya saat berkata bahwa dia pernah menjadi kebanggaan sekolah.

Nyanyi… jago matematika… dekat dengan Aura…

Kalimat itu terus berputar, membuat dadanya sesak.

Pelan-pelan, matanya terpejam. Dan di dalam tidurnya, kilasan itu datang.

(Mimpi Nando)...

Ia berdiri di atas panggung kecil di aula sekolah. Sinar lampu sorot jatuh ke wajahnya. Di hadapannya, ratusan siswa bersorak. Tangannya memegang mikrofon, suara gitarnya mengalun. Lagu cinta sederhana mengisi ruangan.

Di bangku depan, seorang gadis berambut hitam lurus tersenyum, menatapnya penuh bangga.

Gadis itu ikut bersenandung, seakan hanya mereka berdua yang ada di dunia.

"Nando…!"

suara itu menggema.

"Aku di sini…"

---

“Ah!”

Nando terbangun, napasnya terengah. Keringat membasahi pelipis. Tangannya refleks memegang kepala yang nyeri hebat.

“Apa barusan…? Kenapa aku bisa lihat itu? Kenapa wajah itu selalu… Aura?” bisiknya.

Ia bangkit dari ranjang, berjalan ke depan cermin. Menatap bayangan dirinya sendiri dengan pandangan kosong.

“Kalau semua itu benar… berarti aku sama Aura dulu…?”

Dadanya berdegup kencang. Ada ketakutan, tapi juga kehangatan aneh yang menyusup.

---

Keesokan harinya, saat sarapan bersama Ali dan Aura, Nando jadi lebih pendiam dari biasanya. Sendoknya hanya mengaduk tanpa benar-benar menyuap makanan.

“Kamu sakit, Nando?” tanya Ali.

Nando gelagapan.

“Nggak, Kak. Cuma… mimpi aneh.”

Aura yang duduk di seberang menoleh cepat. “Mimpi apa?” tanyanya hati-hati.

Nando menunduk, tak sanggup menatap matanya.

“Aku… kayaknya pernah nyanyi di sekolah. Ada orang yang senyum ke aku… kayak—”

Ia berhenti, takut melanjutkan. Tapi dari sudut mata, ia bisa melihat Aura terpaku, wajahnya jelas bergetar menahan emosi.

Ali menepuk pundaknya.

“Sudahlah, jangan dipikirin. Mimpi itu cuma bunga tidur.”

Tapi Nando tahu, itu bukan sekadar bunga tidur. Itu terasa terlalu nyata.

---

Sepulang kuliah, Nando sengaja menyusuri jalan sendirian. Berulang kali ia mencoba mencari lagi potongan ingatan lain, seakan kepalanya dipaksa membuka pintu yang sudah lama terkunci.

Dan semakin keras ia mencoba, semakin sakit kepalanya.

Di tengah rasa nyeri itu, sebuah suara terngiang di telinganya…

“Kamu janji ya, jangan pernah lupain aku.”

Nando terhuyung, berpegangan pada tiang lampu jalan.

“Suara itu… siapa…?”

Hatinya tahu. Tapi logikanya masih menolak.

Itu jelas suara Aura. Kakak Ipar sekaligus masa lalu yang mencoba ia tolak.

---

Malam itu, ia kembali memimpikan hal lain: Halaman sekolah saat senja. Aura muda berlari ke arahnya sambil tertawa, membawa buku. Nando muda mengejarnya, lalu meraih tangannya. Tawa mereka berpadu dengan cahaya matahari jingga. Mereka tampak seperti remaja normal yang bahagia

Kilasan itu membuat Nando terbangun lagi, kali ini dengan air mata di sudut matanya.

“Aku… sama Aura… dulu kita… benar-benar saling punya?” bisiknya gemetar.

---

Hari itu, selepas kuliah, Nando tidak langsung pulang ke rumah Ali. Ada dorongan aneh yang membuatnya ingin pergi ke sebuah tempat.

“Lo yakin mau ke sana, Do?” tanya Rafa, gitaris band mereka, yang ikut menemani bersama Ale, Kenzi, dan Egi.

Nando hanya mengangguk singkat.

“Aku cuma… pengen lihat kosan lamaku. Katanya dulu aku sempat ngekos waktu SMA. Mungkin aku bisa dapet jawaban di sana.”

Mereka pun melangkah ke sebuah gang sempit. Di ujungnya berdiri rumah kos sederhana, cat temboknya sudah pudar. Nando berhenti lama di depan pintu, dadanya berdegup kencang.

Begitu masuk, aroma kayu tua langsung menyergap. Ia melewati lorong kecil, lalu berhenti di kamar paling pojok.

Tangannya gemetar saat menyentuh gagang pintu. Begitu pintu terbuka, dunia seolah berhenti.

---

Kilasan itu datang begitu saja.

Nando muda, berseragam SMA, duduk di ranjang sempit itu. Di sampingnya Aura muda, berambut hitam panjang, wajahnya memerah gugup. Tangan mereka saling menggenggam erat.

“Aku janji nggak akan ninggalin kamu,” suara Nando sendiri terdengar jelas.

Lalu, adegan itu berputar cepat. Kecanggungan, bisikan, pelukan—dan akhirnya, momen intim yang membuat dada Nando dewasa kini serasa diremas kuat.

Bayangan itu datang seperti peluru yang ditembakkan bertubi-tubi.

Nando melihat dengan jelas dirinya dalam versi muda, mengukung tubuh gadis polos di bawahnya. Mereka tenggelam dalam ritme dan desah manis nikmat bersama.

Darah di sprei dan derai tangis Aura malam itu menjadi ingatan yang paling menyiksa.

"Aku gak akan lari. Aku janji, kita akan terus sama-sama"

---

“A—ahhh!”

Nando jatuh terduduk di lantai, tubuhnya bergetar hebat. Air mata mengalir tanpa bisa ditahan.

“Gila… jadi… aku? Aku yang…” suaranya patah-patah. “Aku yang udah… ngambil segalanya dari Aura… waktu itu?!”

Rafa dan Ale buru-buru menghampiri, bingung.

“Do, lo kenapa?”

Kenzi menahan bahu Nando.

“Bro, lo pucat banget. Cerita, ada apa?”

Nando hanya bisa menutupi wajahnya. Tangisnya pecah, penuh penyesalan yang tak dimengerti siapapun.

“Kenapa… kenapa semua baru kebuka sekarang…? Kenapa harus aku yang ngerusak hidup dia…?”

Bella yang sejak tadi ikut bersama mereka akhirnya tak tahan. Ia berjongkok di samping Nando, lalu meraih tubuhnya ke dalam pelukan.

“Tenang, Do… kamu nggak sendiri. Apapun yang kamu lihat… itu masa lalu. Jangan salahin dirimu sendiri.”

Nando mengguncang kepalanya.

“Kamu nggak ngerti, Bel! Aku yang pertama kali… aku yang bikin dia kehilangan segalanya! Dan sekarang dia… jadi kakak iparku sendiri!”

Semua terdiam. Rafa dan Ale saling berpandangan, tak tahu harus bereaksi bagaimana. Hanya Bella yang menguatkan pelukannya, membiarkan Nando menangis sepuasnya di bahunya.

---

Malam itu, mereka akhirnya keluar dari kosan lama itu. Tapi Nando tetap murung, matanya bengkak karena menangis. Saat berjalan pulang, ia bergumam lirih, hampir tak terdengar.

“Kalau dulu aku yang punya dia… kenapa sekarang aku harus rela melihat dia bersama orang lain?”

Bella menatapnya penuh iba, hatinya remuk. Karena ia tahu, luka di hati Nando bukan sekadar tentang kehilangan ingatan—tapi kehilangan cinta pertama yang tak mungkin kembali utuh.

1
Desi Oktafiani
Aku berharap kisah ini tidak berakhir terlalu cepat, cepat update ya!
Dzakwan Dzakwan
Cerita ini keren banget, susah move on!
Ami Zahru: Terima kasih /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!