Hanya demi perputaran roda perusahaan agar terus berjalan normal, suamiku rela menjualku untuk sebuah investasi besar dari perusahaan ternama.
Ini benar-benar gila! Ternyata aku dijual kepada seorang CEO dari perusahaan ternama yang tidak lain adalah mantan pacarku sewaktu SMA.
Namaku Vanya, dan inilah kisah hidupku yang sebenarnya.
(Tema judul diambil dari kisah nyata)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anarita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Lima
Ini kisah sepenggal pertemuan Vanya dan Adit di masa lalu. Saat itu Vanya bekerja di salah satu toko swalayan milik teman Adit—sebagai kasir. Mereka tak sengaja bertemu saat Adit berkunjung ke tempat temannya. Wajah Vanya yang cantik dan anggun membuat Adit tertarik. Begitu pun dengan Vanya, ia merasa bangga saat ada pria tampan dan mapan yang mau mendekatinya. Kemudian keduanya mulai bertukar nomor telepon, dan akhirnya saling jatuh cinta satu sama lain.
Vanya memutuskan menikah dengan Adit di usianya yang ke 22 tahun. Karena Vanya di kota tidak punya keluarga, dan hanya memiliki wali yang tinggal di kampung, akhirnya Adit memantapkan diri datang ke kampung nenek Vanya. Untuk memohon restu agar neneknya mengizinkan Adit menikahi cucunya.
Karena Vanya terlihat sangat mencintai Adit, akhirnya sang nenek merelakan cucu kesayangannya dibawa oleh Adit. Setelah berziarah ke makam kedua orang tuanya, Vanya dibawa kembali ke kota bersama Adit dan menikah di sana.
Namun, apa yang Adit rencanakan tidak berjalan mulus seperti perkiraannya. Begitu Adit membawa Vanya ke hadapan orang tuanya sendiri, mereka langsung memaki Adit dan menghina Vanya yang derajatnya tidak sekasta dengan keluarga Adit.
Pada akhirnya Adit memutuskan pergi dari rumah orang tuanya tanpa mendapat restu sama sekali. Ia terpaksa membeli rumah baru untuk ditinggali mereka berdua dan meneruskan pernikahan itu.
Sama halnya dengan Vanya, saat itu Adit juga sudah cinta mati terhadap gadis itu. Apa pun Adit rela lakukan untuk bisa bersanding dan mempertahankan Vanya di sisinya. Termasuk dibenci kedua orang tuanya.
Vanya pun sadar bahwa semua itu tidaklah mudah bagi Adit. Meskipun orang tuanya tidak mencabut jabatan Adit diperusahaan, tapi bermusuhan dengan kedua orang tua bukan hal yang baik. Namun, Adit selalu menegaskan bahwa itu tidak jadi masalah asalkan ada Vanya di sampingnya. Dan akhirnya Vanya pun menganggap bahwa cinta Adit amat besar karena rela melakukan apa pun untuknya.
Ternyata, hubungan manis-manis ini hanya terjadi selama kurung waktu tiga tahun. Dua tahun ke depannya lagi masalah mulai bermunculan. Vanya ingin melepas KB-nya agar bisa memiliki keturunan, akan tetapi Adit menolak dengan alasan umur Vanya masih terlalu muda. Padahal ia sudah 25 tahun.
Vanya ingin sekali memiliki anak karena ia bosan di rumah sendirian. Setiap hari yang ia lakukan hanya memasak dan mengurus segala kebutuhan rumah sambil menunggu kepulangan Adit. Lama-lama Vanya jadi iri pada tetangga-tegangga kompleks yang baru nikah langsung bisa hamil. Vanya ingin Adit seperti suami lain yang membolehkan istrinya hamil kapan pun.
Alih-alih mendambakan keturunan layaknya pasangan lain, Adit malah benci dengan kehadiran anak kecil. Ia tidak mau tubuh istrinya rusak dan jelek gara-gara melahirkan monster cilik perebut kebahagiaan suami itu. Bagi Adit anak adalah musuh, pasti nanti Vanya akan lebih sibuk dan tidak bisa mengurus diri jika memiliki anak. Persis seperti para istri teman-temannya yang sudah berubah drastis. Tubuhnya kendur, cantiknya hilang, gendut, bau, penampilannya pun awut-awutan dan memalukan.
Ugh, Adit tidak mau bernasib seperti teman-temannya yang suka ngeluh masalah perubahan drastis istri setelah melahirkan. Maka dari itu ia mau berpuas diri dulu bersama istrinya, paling tidak sampai umur Vanya menginjak usia 30 tahun, barulah ia membolehkan Vanya memiliki keturunan.
***
"Aku sengaja melakukan itu agar otakmu berpikir Mas. Apa salahnya jika aku ingin punya anak darimu? Tapi kamu terus saja menyuruhku mengonsumsi obat penunda kehamilan tanpa memikirkan keinginanku. Bagaimana aku tidak marah padamu?" Vanya tak mau kalah dalam menjawab, dan terus melotot bengis ke arah Adit. "Andai kamu tidak melarangku untuk hamil, aku tidak akan menolak hakmu sebagai laki-laki Mas!" lanjutnya lantang.
Tak ada cairan bening sedikit pun yang keluar dari pelupuk matanya. Kali ini Vanya benar-benar benci luar biasa pada sosok pria yang berdiri mengungkuh tubuhnya.
"Aku tidak pernah melarangmu hamil Van! Aku hanya menyuruhmu menunda kehamilanmu sampai umur 30 tahun. Masa kamu tidak bisa memahami keinginan suamimu? Itu namanya kamu egois Van!" pungkas Adit.
"Jadi aku egois?" Vanya berkacak pinggang dengan sorot mata yang semakin menukik tajam penuh kebencian.
Adit melirih sambil mengatur napasnya pelan-pelan agar jangan terlalu terbawa emosi seperti Vanya. "Menurutku kamu egois Van!
"Egois mana dengan kamu yang berselingkuh dengan wanita lain, hah?" teriak Vanya.
"Aku selingkuh karna ulahmu!" Adit menuding kening Vanya. Ikut terpancing pada akhirnya.
"Andai kamu tahu seperti apa bosannya aku di rumah, pasti kamu tidak akan berani mengucapkan hal seperti ini Mas! Aku wanita normal ... sebagai calon ibu yang sudah menikah, pastinya aku sangat mendamba hadirnya anak agar bisa menemani kegiatanku setiap harinya. Di saat semua orang ingin sekali memiliki keturunan sampai usaha ke sana-sini, kamu malah menolaknya mentah-mentah! Sepertinya selama ini aku salah dalam menilaimu sebagai pria baik-baik, kamu tidak lain hanya psikopat gila yang pura-pura manis di depan wanita!" Vanya berbicara santai dengan nada penuh penekanan.
"Oke! Aku akui aku salah karena telah berselingkuh. Tapi hal itu sudah terjadi lama. Aku sudah tidak berhubungan lagi dengan sekretaris penggoda itu. Sama sepertimu, aku juga hanya menjalin hubungan selama satu setengah tahun. Bukankah kita impas?"
Plak!
Satu tamparan mendarat sekali lagi. Membuat pipi Marco semakin tampak memerah.
"Jangan pernah samakan aku dengan kamu Mas! Semua yang menimpaku adalah ulahmu, aku tidak mungkin terjerat dalam kisah gila seperti ini jika kamu tidak menjualku pada Marco!" lantang Vanya.
Hening sesaat. Adit hanya diam seolah kehilangan semua kata-katanya. Ia tidak memiliki keberanian untuk membela diri lagi. Ini semua memang salahnya. Andai Adit tidak berselingkuh dengan sekretaris matre itu, mungkin hubungannya dengan Vanya tidak akan sehancur ini. Adit tidak mungkin menjual Vanya pada Marco lantaran hartanya aman dan tidak diporoti oleh selingkuhannya.
"Maafkan aku, Van!" Kata-kata tidak tahu diri itu keluar lagi dari bibir Adit.
Vanya mengelap keringan yang turun membanjiri pipi. "Sudahlah, lebih baik kamu lepaskan aku, sebelum Marco datang untuk membunuhmu!"
Pada akhirnya tubuh Adit melemah hingga Vanya bisa mendorongnya ke samping. Wanita itu segera pergi meninggalkan Adit yang masih berdiri kaku di samping pintu toilet.
Bisa-bisanya dia menyamakan perselingkuhannya dengan hubunganku dan Marco. Dasar pria tidak tahu diri!
Air mata Vanya yang sudah ditahan sedari tadi pada akhirnya jatuh juga. Ia menekan tombol pada lift dan segera menuju lantai 12. Ruang kerja Marco.
Sementara Adit mulai terpuruk dengan sejuta penyesalannya. Dosa yang ia lakukan terlalu besar. Sampai kapan pun tak akan bisa di maafkan.
***
Siapa yang salah sih? Kok aku bingung sendiri. Huaaaa🎃🎃🎃🎃.