ini squelnya dokter tampan, sarangheo yang menceritakan kisahnya Alvian.
Alvian Pratama Atmaja dijodohkan oleh sang kakek dengan gadis bercadar yang bernama Nafisah Adelia putri. Alvian tidak mencintai Nafisah karena dia sudah mempunyai wanita dambaannya.
Alvian memberikan perjanjian perceraian setelah enam bulan mereka menikah.
Akankah Nafisah menyetujuinya atau Mala bertahan dengan suami dingin yang tidak mencintainya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umi ayi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Pagi yang indah dengan hati yang ceria bagi sepasang suami istri yang dimabuk asmara. Alvian sangat gembira pagi ini, bagaiamana tidak, ia mendapat kan moodbooster pagi pagi dari sang istri membuatnya semangat menyambut aktifitas hari ini. Mata nya terus terusan melirik sang istri sambil sesekali tersenyum.
"Mas kenapa lihatin Naf terus? fokus aja nyetirnya."
Apa salah mas lihatin istri mas sendiri?" Alvian menaik turunkan sebelah alisnya.
"Mas lagi nyetir,gak baik mas."
"Iya my honey". Alvian menggenggam tangan Nafisah dan mengecupnya.
Nafisah merona mendapatkan perlakuan lembut dari sang suami.hatinya berbunga bunga mendengar panggilan cinta dari sang suami.
Kini mobil mereka sudah sampai didepan gerbang ponpes Raudhatul Jannah. Alvian mematikan mesin mobilnya dan membuka setbelt nya juga sang istri.
"Sebentar yang." Al Ian keluar mobil dan mengitari mobil depannya dan membuka pintu untuk Nafisah.
"Ayo my princess" Alvian membuka pintu untuk Nafisah.
"Makasih ya mas". Nafisah beranjak bangkit keluar dan Alvian langsung menutup pintunya kembali.
"Sayang, Nanti mas jemput, malam ini kita nginap rumah mamah ya!" Alvian mencium kening Nafisah.
"iya mas, Naf masuk dulu ya"! Ucapnya sambil mencium tangan suaminya sebagai bakti nya.
"Assalamualaikum".
"Waalaikumsalam".
Setelah memastikan istri nya masuk baru ia menjalankan mobilnya melaju meninggalkan ponpes itu.
"Cieeee....Mesra amat pengantin baru." Celetuk Laila datang tiba tiba.
"Ya Allah La, kapan kamu datangnya? Kaget tau." Nafisah mengelus dada.
"Dari tadi kali Naf, kamu nya aja yang sibuk bermesraan terus sama suami." Laila mengerucutkan bibir.
"Hehehe... Maaf la, aku benar gak lihat."
" Ya mana bisa lihat,wong dunia serasa milik berdua kalo berduaan." ledek Laila sambil tertawa.
"Kira kira ustadz Yusuf nanti bakal romantis gak yah?"
"Insyaallah La. Gimana persiapan pernikahan kalian?"
"Alhamdulillah, Semua Uda mama yang urus, Doakan saja semua lancar Naf."
"Alhamdulillah, Insyaallah semuanya bakalan lancar La."
Mereka berpisah memasuki kelas masing masing.
***
Safira mengerem mendadak saat Motor nya dihadang oleh seseorang yang mengendarai motor.
"Apaan sih for, ngerem mendadak gini, untung saja gue nya sigap pegangan coba kalo tidak bisa meninggoy gue." Sila memukul bahu Safira kesal karena kepalanya kepentok helm Safira.
"Kalo lo meninggoy ya tinggal ngelayat gue, sudah amat."
"Issshh..Gitu amat sih mulut lho."
"Lho liat no ada yang ngehadang motor kita." Safira menunjuk kedepan.
"Woooyyy resek banget sih Lo, ngapain lho ngehalang jalan kita." teriak Safira kesal.
"Elho".
"Endru". Ucap Safira dan sila kompak kaget saat Endru melepas helm nya.
"Ngapain lho ngalangin kita". Timpal sila ikut kesal, padahal mereka hampir terlambat kesekolah mala endru menghalangi jalan.
"Gue ada urusan sama lho cantik." Ucap Endru mengedipkan mata nya.
"Urusan kita Uda selesai yah, Apa lho gak terima sudah kalah dari gue ha." Sarkas Fira.
"Gue cuma mau ngantar lho kesekolah kok, itu aja."
"Lho gak liat gue bawa motor."
"Yah motor lho biar temen lho aja yang bawa."
"Gak. Minggir lho."
"Gue gak akan minggir sebelum lho mau gue antar."
"Gila memang lho ya." Safira mengepalkan tangannya.
"Ya udah fir, kita Uda telat ni, Lho ikut dia aja deh." Sila menyarankan.
"Gimana? ntar telat lho kelamaan mikir."
"Ok fine, gue ikut lho." Safira begitu kesal
"Nah, gitu dong, dari tadi kek." Endru memberikan helm pada Safira.
"Cepetan ndru, ntar gue bisa telat. Lho mau tanggung jawab kalo gue telat?"
"Aku siap bertanggung jawab jika ke KUA" Jawabnya menggoda.
"Apaan sih lho, memang sinting ni orang." Safira memukul bahu Endru dengan keras. Bukannya kesakitan Endru Mala tertawa terbahak.
"Cepetan, Pantes aja lho kalah dari gue, orang naik motor kek Ciput gini."
"Gue menjaga keselamatan lho, gak baik ngebut ngebutan."
"Yah kalo bukan karena lho ngehalangin jalan kita tadi gak bakalan ngebut ngebutan."
Tanpa menjawab lagi Endru melajukan motornya dengan cepat dan tak butuh waktu lama mereka sudah sampai didepan gerbang. Safira turun dan berjalan menuju gerbang yang hampir ditutup.
"By..Selamat belajar". Endru kembali melajukan motornya meninggalkan Safira.
"Pak.. pak.. jangan ditutup dulu gerbangnya." Mohon Safira.
" Kamu telat dua menit empat puluh detik." Ucap satpam menjaga gerbang sekolah sambil melihat jam ditangannya.
"Ya elah pak, baru juga dua menit, bukan dua jam." Safira menghentakkan kakinya kesal.
"Yaaahhh...kita telat fir?." Sila baru sampai tapi gerbang sudah ditutup.
"Ck.. ini semua gara gara si genderuo itu." Safira menendang udara kesal.
"Genderuo?" Sila menautkan alisnya bingung,siapa yang dimaksud genderuo.
"Awas saja dia, gue bakal kasih perhitungan dengannya." Safira menyunggingkan bibirnya memiliki siasat.
"Sil, ayo kita kekampus tu genderuo."
Sila mengenyit bingung kemudian ia paham siapa yang dimaksud Safira.
"Ngapain?" Tanya sila heran."Ngasih pelajaran tu orang."
"Berpakaian begini?"
"Kita ganti lah sil, Lho Bawak gak?"
Mereka sudah janjian membawa baju ganti karena hari ini rencananya sepulang sekolah mereka mau latihan.
"Ya udah deh ayok kita ke markas aja." Sambungnya dan sila langsung melajukan motornya ke markas dimana tempat mereka jika ngumpul.
Setelah mengganti pakaian, mereka langsung menuju universitas X tempat dimana Endru kuliah, Mereka langsung keparkiran tempat kendaraan mahasiswa. Safira meneliti satu persatu motor disana.
"Mana motor genduruo itu".
"Kayaknya itu deh fir!" Sila menunjuk sebuah motor terletak paling sudut.
"Lho liat sekeliling ya sil, kasih kode jika ada orang."
"Siaaap" Sila mengulurkan jari jempolnya.
Entah apa yang dilakukan Safira pada motor Endru, sehingga membuat wajah Safira tersenyum puas.
.
.
.
***