NovelToon NovelToon
PAH, AKU TIDAK BERNAFSU LAGI

PAH, AKU TIDAK BERNAFSU LAGI

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Beda Usia / Dokter / Nikahmuda / Penyesalan Suami / Hamil di luar nikah
Popularitas:950
Nilai: 5
Nama Author: Ada Rasaku

Tiga tahun yang penuh perjuangan, Cathrine Haryono, seorang gadis desa yang memiliki ambisi besar untuk menjadi seorang Manager Penjualan Perusahaan Top Global dan memimpin puluhan orang dalam timnya menuju kesuksesan, harus menerima kenyataan pahit yang enggan dia terima, bahkan sampai saat ini.

Ketika kesempatan menuju mimpinya di depan mata, tak sabar menanti kehidupan kampus. Hari itu, seorang pria berusia 29 tahun, melakukan sesuatu yang menghancurkan segalanya.

Indra Abraham Nugraha, seorang dokter spesialis penyakit dalam, memaksa gadis berusia 18 tahun itu, menjalani takdir yang tidak pernah dia pikirkan sama sekali dalam hidupnya.

Pria yang berstatus suaminya sekarang, membuatnya kehilangan banyak hal penting dalam hidupnya, termasuk dirinya sendiri. Catherine tidak menyerah, dia terus berjuang walaupun berkali-kali tumbang.

Indra, seseorang yang juga mengenyam pendidikan psikolog, justru menjadi penyebab, Cathrine menderita gangguan jiwa, PTSD dengan Skizofrenia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ada Rasaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 | Fakta Tentang Seorang Pria

Keesokan paginya.

Catherine bergegas turun ke bawah, mendatangi Mas Dedi, pensiunan Satpam Bank BCA, yang kini bekerja di rumah Indra, setelah Pak Purnomo dihempas keluar. Usianya 58 tahun, dia sering menceritakan Juwita Paramastri, tunangannya yang seorang guru les khusus anak ABK, di Papua sana. Mas Dedi bekerja keras supaya dapat segera menikahi perempuan yang dirindukan siang-malam itu.

Meski awalnya ragu-ragu dan malu, takut nanti Mas Dedi salah paham. Catherine pun memberanikan dirinya, menatap Mas Dedi yang tengah mengelap kaca ruang satpam sambil berjoget riang dengan alunan dangdut dari ponsel.

"Mas Dedi! Mas! Mau nanya ..."

Tidak ada respon. Catherine berdecak sebal dan berseru, "Hey? Hey? Halo? Ada orang loh di sini ..."

Si empunya nama masih asyik bergoyang dengan sesekali kedua jempolnya, bahkan ikut bernyanyi, "Aku meriyang ... Aku meriyang ... Merindukan kasih sayang~~"

 Tut. Senandung yang membuat tubuh tinggi besar layaknya beruang, terhenti, Mas Dedi membuka mata dan hampir terjungkal, karena si Istri Pak Bos, mendadak berada di depannya. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan terkekeh kikuk.

"Eh, Ibu Cathrine yang cantik jelita. Perlu bantuan apa, ya? Tenang! Selama ada Mas Dedi Subronto, apa pun bakal Tek usahake ..."

"Kayak lirik lagu ... Kan ku arungi tujuh laut samudra ... Kan ku daki pengunungan Himalaya ... Demi laksanakan perintah Bu Cathrine, istri kesayangannya Bos Indra ..."

"Mas Dedi, apaan, sih? Lebay banget, tauk, Mas!" seru Cathrine, bergidik sebadan-badan.

"Jadi, ada urusan apa, Bu?"

"Rapi gini, pasti mau pergi. Tak saya pesenkan ojol cewek, yang biasanya nganter sekolah adek saya apa Bu?"

Catherine teralihkan sejenak, "Oh ... Boleh-boleh. Nanti kirim link akunnya sekalian, ya, Mas."

Mas Dedi tersenyum layaknya model iklan pasta gigi merk Pepsodent, me-wink mata dan lengan kanannya lurus ke depan sambil menunjukkan jempolnya yang segede gajah.

"Okey dokey, Bu Cathrine cantik!"

Catherine secara tidak sadar, hendak kembali masuk rumah untuk menunggu ojol bernama Sela, itu tiba. Kemudian, dia kembali menemui Mas Dedi yang sibuk memijat layar ponselnya dengan dua jempol. Tampak kesal, pesan yang dikirimkannya banyak sekali typo.

"Mas boleh tanya?"

Mas Dedi yang masih mengetik, berdeham pelan.

"Emang se-setres apa, sih, lelaki kalo terus-terusan engga berhubungan badan dengan istrinya?"

"... Maksud saya, kok, bisa gitu sampe obsesi banget sama s*ks nyampe ga peduli lagi sama tubuhnya dan mulai ngerusak kesehatannya sendiri ..."

Mas Dedi agak membungkuk ketika memukul pahanya, "Waduh, Bu! Rasanya nano-nano banget! Kepala kayak mau pecah, keringat dingin tiap malem, terus bisa seharian gelisah, gak tenang, kayak cacing kepanasan, luka di siram air garem!"

"Apa ... Apa mast*rbasi, konsumsi konten porn*grafi dan fantasi liarnya, engga cukup memuaskan hasratnya?"

"Terus, berdampak ke pikiran dan berat badannya? Apa juga ganggu aktivitas hariannya?"

Dia menyimpan ponselnya ke saku seragam. Keceriwisan dan keinginan tahuan istri Bosnya, mengingatkan Mas Dedi kepadanya adik perempuannya, Aca, yang hobinya mewawancarainya.

"Hm, berasa balek belajar biologi lagi nih saya, mana dulu sering bolos pas jamnya ..."

Mas Dedi mengantongi tangan di saku celana seragam satpam berwarna hitam. Dia dengan kepercayaan diri, menjawab pertanyaan dari Istri Pak Bosnya.

"Saya nih ga pinter jelasin secara ilmiahnya, ya, Bu ... Jadi, berdasarkan pengalaman saya aja sebagai cowok yang juga ngerasain hal itu ..."

"Tiap cowok punya kapasitas nahan syahwat beda-beda. Berapa lamanya, tergantung tinggi-rendah hormon testosteron yang cowok miliki."

"Emang ada cowok yang bisa terus-terusan tahan, engga berhubungan badan sama istrinya,"

"... biasanya, sih, yang kadar testosteronnya rendah, libido-nya bermasalah atau gaya hidupnya kacau, atau malah sebaiknya, orang yang emang terbiasa menahan diri, bisa dengan berpuasa, apalagi mereka yang memutuskan buat jadi biksu atau pastor Katolik (hidup selibat). Gak s*ks lama, ga masalah buat mereka ..."

"Oh gitu ... Ternyata ada kelompoknya sendiri-sendiri, ya, Mas Dedi?"

Mas Dedi menjentikkan jari dan tersenyum riang. "Nah, betul!"

"Berarti cowok-cowok musang birahi itu, yang gampang bet sang*, dan udah kayak binatang musim kawin, hormon sama tingkat libido-nya tinggi banget, ya ..." batin Cathrine, sambil menatap ke bawah pelataran rumah.

Pemikiran Cathrine mulai mendapatkan pencerahan. Indra jelas bukan termasuk kategori pertama yang Mas Dedi sebutkan. Indra, pria berusia 49 tahun yang memiliki hormon testosteron berlebih, libido tinggi dan tubuh atletis, sehat bugar.

"Kalo dibilang cukup dan bisa ngatasi tidaknya, tergantung ... tingkat setresnya gimana,"

 "Apalagi nih, misalnya, kalo kerjaan si cowok pressure-nya gede dan banyak nuntut buat mikir keras dalam waktu singkat, kayak yang jadi dokter, insiyur, pengacara, pebisnis dan semacamnya."

Catherine kembali menatap ke wajah kebapakan Mas Dedi, yang sudah seperti Bapaknya sendiri, baru kenal tapi terasa begitu akrab.

"Orang-orang kayak mereka ini, gak jarang juga loh buat menyalurkan hasrat seksualnya sebagai bentuk pelampiasan setres yang mereka dapetin dari tuntutan pekerjaannya," ucap Mas Dedi, tersenyum dengan mata penuh kasih kebapakan.

 "Makanya kebanyakan dari mereka itu, kalo engga kepalanya botak, rambutnya tipis, iya 'kan?"

"O-oh ... Iya ..."

"Terus mereka, para dokter berumur, udah sepuh lah ibaratnya, yang biasa kamu jumpai di rumah sakit, rambutnya pada tipis-tipis, kan? Tingkat setres mereka, yang memicu kerontokan rambut parah loh ... Apalagi otak yang selalu buat mikir berat."

 Dia pun mengalihkan pandangan ke hamparan langit, kembali berujar, "Kesenangan dan kenikmatan yang mereka dapetin setelah s*ks, itulah yang bikin pikiran mereka jadi plong. Makanya, udah beban kerja stresfull, eh, yang jadi obatnya (istri), malah nolak terus ... Apa gak kaleng keder tuh tiap hari! Kikikikik!"

1
Ada Rasaku
Ga usah plagiat/ATM, gunain otakmu sendiri.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!