Ardan Kael tumbuh di Akademi Aetherion — sekolah elit bagi para pengguna kekuatan elemental.
Tapi di usia 16 tahun, hasil ujiannya menunjukkan “nol energi.” Ia dicap Reject, dibuang dari akademi, dan diusir dari keluarganya sendiri.
Namun, pada malam ia hendak bunuh diri di tebing Aetherion, ia mendengar suara aneh dari bayangannya sendiri:
“Kau gagal bukan karena lemah... tapi karena kekuatanmu terlalu kuat untuk dunia ini.”
Suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama tersegel dalam dirinya — Void Energy, kekuatan kegelapan yang bisa menelan seluruh elemen.
Dari situ, Ardan bersumpah untuk kembali ke akademi, bukan sebagai murid...
Tapi sebagai mimpi buruk bagi semua orang yang pernah merendahkannya.
“Kalian menyebutku gagal? Baiklah. Aku akan menunjukkan arti kegagalan yang sebenarnya.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 – The Whisper Bangkit Kembali
Misi penyamaran Ardan sebagai Kael Umbren menuntut konsentrasi mental yang luar biasa. Setiap harinya adalah pertarungan pasif untuk mengendalikan luapan Void Energy dan menahan nalurinya untuk menghancurkan, terutama saat ia melihat wajah Rion yang sombong atau mendengarkan ceramah Solan yang penuh kepalsuan.
Yang paling sulit adalah mempertahankan kedok "murid biasa" saat ia harus terus-menerus memfokuskan Void Energy-nya ke liontin penahan. Ini menciptakan tekanan balik yang sangat besar di dalam pikirannya.
Dan dalam tekanan itulah, The Whisper mulai berkembang.
Awalnya, The Whisper hanyalah suara dingin, entitas yang mewakili The Great Devourer—naluri kekacauan dan kehancuran. Namun, setelah Ardan menyerap Bayangan Jahatnya di Ritual Bayangan dan setelah perjalanannya ke Menara Void, The Whisper mulai berubah.
Di suatu malam, saat Ardan sedang berlatih mengendalikan Void Energy di ruang penyimpanan yang gelap (menggunakan peta rahasia Serena), ia mencoba teknik baru yang ia pelajari dari Menara Void: Void: Silent Shift—teknik untuk memindahkan objek tanpa menyentuh atau mengeluarkan aura.
Ia berhasil menggeser kotak persediaan sihir kecil tanpa suara.
“Lebih cepat, Ardan. Jangan buang energi untuk presisi yang tidak perlu. Robek ruang itu, dan biarkan kotak itu jatuh ke tempatnya. Lebih efisien,” saran The Whisper.
Tapi kali ini, suara itu bukan lagi desisan pasir yang mengikis. Suara itu memiliki resonansi yang lebih kaya, lebih bernuansa, dan yang paling mengganggu: suara itu terdengar sangat mirip dengan suara Ardan sendiri.
Ardan tersentak, Void Energy-nya menghilang. Kotak itu jatuh dengan bunyi gedebuk keras.
"Siapa kau?" bisik Ardan, menoleh ke sekeliling ruangan yang kosong.
“Aku adalah kau,” jawab suara itu, kini terdengar tulus, bahkan ada nada kepedihan yang samar. “Aku adalah bagian yang kau buang. Bayangan Jahat yang kau serap kembali. Aku adalah kekuatan yang kau peroleh dari Menara Void. Kita bukan lagi entitas terpisah, Ardan. Kita satu jiwa… dua sisi dari kehancuran yang sama.”
Sejak saat itu, The Whisper berhenti menjadi musuh. Ia menjadi konsultan yang sangat kuat, tetapi juga sangat mengganggu. Ia tidak lagi menyuruh Ardan menghancurkan. Ia menyarankan cara paling efektif dan presisi untuk mencapai tujuan Ardan—menggulingkan Solan.
Contoh: Dilema Moral di Koridor
Suatu pagi, Rion, yang masih kesal karena kekalahannya, sengaja menjegal Kael Umbren (Ardan) di koridor.
"Minggir, Umbren," dengus Rion. "Kau terlalu lambat, sama seperti Angin yang kau bawa."
Ardan tersandung, gulungan perkamennya jatuh. Ia merasakan amarah membakar dalam dirinya. Naluri pertamanya adalah melepaskan sedikit Void Energy untuk membuat Rion terjatuh dan mencium lantai marmer.
“Jangan. Itu akan memancing kecurigaan. Solan mencarimu. Dia akan melihat itu sebagai serangan yang disengaja. Angkat gulungan itu, tatap matanya dengan tatapan kosong, dan tunjukkan rasa takut yang dipaksakan. Dia akan menganggapmu lemah dan mengabaikanmu,” saran The Whisper, suaranya tenang dan logis.
Ardan mengikuti saran itu. Ia mengambil gulungannya, menatap Rion dengan mata Kael Umbren yang pemalu, lalu buru-buru pergi. Rion mendengus puas, yakin Kael Umbren hanyalah murid lemah yang tidak pantas dicurigai.
Ardan sadar—The Whisper tidak lagi haus kekuasaan. Ia menginginkan kelangsungan hidup Umbra agar tujuan kehancuran tercapai. Semakin The Whisper bicara, semakin Ardan takut—apakah dia sedang dikendalikan oleh kekuatan itu, atau justru kekuatan itu kini telah menjadi bagian dari dirinya yang paling gelap dan paling efektif?
Pertanyaan Identitas
Semakin sering The Whisper berbicara, semakin kabur batas antara Ardan dan entitas itu.
Ardan mulai merenungkan di mana letak dirinya yang asli.
Apakah Ardan yang mencintai Lyra, yang ingin diterima oleh Akademi, masih ada?
Atau apakah ia kini hanya wadah, di mana kebencian dan kemampuan Kael the Abyssal telah menyatu dengan hasratnya untuk kebenasan?
Suatu malam, Ardan berdiri di depan cermin, melepas liontin Void-nya sebentar. Liontin itu hanya menahan luapan energi, tapi tidak menghentikan transformasi batin.
"Kenapa kau membantuku, jika kau adalah kehancuran?" tanya Ardan pada pantulannya.
The Whisper, yang kini ia lihat sebagai bayangan ungu samar di cermin, menjawab dengan penuh kesabaran.
“Kita tidak bisa menghancurkan dunia ini dengan liar, Ardan. Kehancuran liar akan menghasilkan Dewa Cahaya yang akan menyegel kita kembali. Kita harus menghancurkan fondasi. Kita harus menciptakan kekacauan yang terstruktur. Itu adalah ajaran Kael the Abyssal. Dan kau, Ardan, telah menyerap pengetahuannya.”
“Kau adalah Manifestasi dari Kebenaran yang Ditutup-tutupi. Solan takut pada kebenaran. Bukan pada kehancuranmu. Kita harus membuka kebenaran itu. Dan untuk itu, kita harus bermain dengan aturan Solan, sampai kita bisa mematahkannya.”
Ardan memejamkan mata. Ia sadar. Semakin dia kuat, semakin kabur batas antara dirinya dan entitas itu. The Whisper tidak lagi berusaha menjadi master-nya. The Whisper kini adalah partner-nya, manifestasi dari naluri politik dan taktisnya yang brutal.
Transformasi ini berbahaya. Ardan Kael si Reject dulu berjuang untuk moralitas. Umbra si Eternal Architect kini hanya berjuang untuk efektivitas.
Keputusan untuk menyusup ke Akademi, aliansi dengan Serena, dan bahkan pengungkapan di hadapan Lyra dan Rion, semuanya adalah langkah yang diperhitungkan oleh gabungan pikiran Ardan dan The Whisper. Ardan telah kehilangan kepolosannya, tetapi ia memperoleh fokus yang tak tergoyahkan.
Sekarang, ia hanya perlu satu hal lagi: kepastian bahwa Elandra tidak akan mengkhianatinya lagi.