Suamiku Bukan Milikku

"Apa maksudmu, Mom?" tanya Maria sembari berkerut alis. Sorot matanya memancarkan kebingungan yang melanda dirinya akan ucapan Ozawa barusan. Pandangannya masih setia menatap lurus pada Ozawa yang berdiri di hadapannya.

"Diam kau! Dan jangan pernah kau memanggilku Mommy karena aku bukan Mommy mu!" bentak Ozawa pada Maria dengan tatapan elangnya yang sukses mencabik-cabik hati Maria.

Maria tersentak kaget dengan ucapan sang Mommy yang melarang dirinya untuk memanggil Mommy. Sungguh dia tak menyangka bila Mommy nya dapat melontarkan kata-kata yang sukses menohok hati Maria.

"Ingat Maria kau harus tahu siapa dirimu sebenarnya. Kau pun juga harus tahu darah kotor siapa yang sudah mengalir di tubuhmu itu," ungkap Nyonya Ozawa dengan dada yang bergemuruh hebat. Tampak dadanya yang naik turun menandakan bahwa wanita paruh baya itu amarahnya tengah meledak.

Nyonya Ozawa pun memalingkan matanya, kemudian memutar tubuhnya itu membelakangi Maria yang terdiam mematung. Sementara Maria menutup mulutnya dengan salah satu tangannya sembari menggelengkan kepalanya. Maria masih belum percaya akan fakta yang dia dengar barusan. Yang dia tahu selama ini bahwa dirinya adalah putri bungsu keluarga Ozawa. Hal itu lah yang membuat Maria tak dapat mempercayai fakta tersebut.

Maria berjalan mendekati Nyonya Ozawa yang tengah murka. Wanita cantik itu menatap lekat sang Mommy sembari jemarinya menyentuh pundak Mommy nya.

"Apa yang telah terjadi padamu? Kenapa kau melukai perasaanku, Mom?" tanya Maria yang masih belum mencerna ucapan Nyonya Ozawa. Tatapannya begitu sendu seolah banyak beban yang telah dia pikul.

"Sudah ku bilang aku bukanlah Mommy mu. Kenapa kau tidak bisa paham?" Dengan amarah yang membuncah, Nyonya Ozawa kembali membentak Maria melupakan segala amarahnya. Tentu saja hal itu membuat Maria tersentak kaget hingga memundurkan tubuhnya sedikit.

"Mommy mu adalah seorang wanita yang sudah meracuni aku dan Marimar." Nyonya Ozawa memutar tubuhnya kembali membelakangi Maria yang masih dengan keterkejutannya.

"Maria, Daddy mu menikahi aku ... Marimar adalah anak kami berdua. Dan Mommy mu, entah sejak kapan mereka tinggal bersama entah apa harga diri wanita itu, entah seperti apa dia, entah dia berasal dari keluarga apa sampai dia memiliki hubungan dengan seseorang yang telah berkeluarga. Kau adalah anak dari hubungan gelap mereka itu!" Untuk sekian kalinya Nyonya Ozawa kembali mengungkap fakta yang selama ini dia tutupi.

Tentu hal yang tidak mudah bagi Nyonya Ozawa lakukan. Dikhianati dan memendam rasa sakit yang begitu lama, juga harus membesarkan anak dari madunya dan memberikan namanya pada anak yang telah merenggut kebahagiannya. Setiap kali matanya yang melihat anak itu, bersamaan pula rasa perih di hatinya yang sukses mengoyak kembali ingatannya pada masa lalu.

"Kau tahu aku menyimpan luka ini di hatiku selama dua puluh tahun. Karena janjiku pada Luis ... aku memberikan namaku kepadamu, aku menganggapmu sebagai anakku, dan itu ku katakan pada dunia bahwa kau adalah anakku. Aku tidak menikah lagi karena aku takut kalau hal ini akan merusak kebahagiaanku lagi."

"Aku memberikanmu segala sesuatu yang ku berikan pada Marimar. Semua yang ku lakukan untuk Marimar aku lakukan untukmu, walaupun keberadaanmu membuat lukaku terus terasa sehingga aku tetap menahan diriku. Maria dua puluh tahun yang lalu Mommy mutelah merampas kebahagiaanku dan sekarang kau akan melakukan hal yang sama terhadap anakku?"

"Tidak ...," sahut Maria sembari terisak dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak akan membiarkan kau sukses dalam usahamu itu, Maria! Tidak akan pernah!" ucap Ozawa dengan nada tinggi penuh ketegasan.

"Maria, apa kekuranganku sampai kau melakukan hal ini? Apalagi pada kakamu sendiri, kakakmu ... dia sangat menyayangimu dan dia selalu berpihak padamu, dia bahkan bersedia mengorbankan nyawanya. Kenapa kau tega?" Nyonya Ozawa menggelengkan kepala sembari menatap tajam pada Maria. Sungguh dia tidak menyangka bila Maria bisa melakukan hal itu pada Marimar.

"Mommy ... aku tidak memikirkan apapun. Aku menyayangi kakak, dia segalanya untukku, Mom." Dengan penuh keberanian, Maria menjelasakn semuanya pada Nyonya Ozawa berharap sang Mommy dapat mempercayainya.

Namun, apa yang dia pikirkan itu tidak sesuai ekpetasijya

"Bohong, kau berbohong Maria! Dengarkan satu hal dengan jelas, tidak ada yang bisa menghentikan pernikahan Anthonio dan Marimar. Apapun yang terjadi kau tidak akan berhasil," sahut Nyonya Ozawa cepat memperingati Maria dengan tatapan horornya.

"Tidak Mom, kau sudah salah paham padaku Mom." Tak hentinya Maria terus berusaha menjelaskan bahwa dia tidak sejahat itu pada Marimar. Isak tangis terdengar dari bibirnya, reflek Maria pun menyentuh bahu Nyonya Ozawa kemudian secepat kilat Maria menarik tangannya kembali setelah mendapatkan tatapan tajam dari Nyonya Ozawa.

Tampak Maria menunduk menatap lantai dengan buliran air mata yang menggenang di bola matanya. Meratapi nasib buruk yang telah menyeretnya pada sebuah jurang nestapa. Sungguh dia begitu bodoh, bagaimana bisa dia memiliki perasaan pada seorang lelaki yang dicintai oleh kakaknya. Tapi, hal itu bukan sepenuhnya kesalahan Maria. Tidak ada yang salah dengan cinta dan juga perasaan melainkan waktu yang tidak tepat mempertemukan mereka berdua.

Kalau saja dua tahun yang lalu dia bisa mengendalikan perasaannya, mungkin saja dirinya tidak sesakit ini melepaskan seseorang yang dia cintai demi orang yang kita sayang. Saat ini Maria bagaikan buah simalakama, bingung harus memilih yang mana. Memilih cinta atau kah keluarganya yang telah memberikan segalanya selama ini.

"Jauhi Anthonio dan segera akhiri hubunganmu dengannya. Aku akan mengangkatmu sebagai wakil direktur di perusahaan Ozawa. Dan kau tak perlu bekerja di Vanders Group, bekerjalah dengan baik disana," seru Nyonya Ozawa pada Maria dengan tatapan yang terlihat sendu.

"Satu hal lagi, jangan memanggilku dengan sebutan Mommy sebelum kau benar-benar menyadari kesalahanmu itu dan meninggalkan Anthonio untuk Marimar. Kalau kau masih menganggapku Mommy, maka lakukan itu dengan baik. Jika tidak, segera angkat kaki dari sini. Aku tidak ingin memelihara anak haram di rumahku." Lanjutnya yang tak henti memperingati Maria.

🥕FLASHBACK OF🥕

"Kenapa Mommy sejahat itu padaku? Memaksa seseorang untuk berpura-pura mencintaiku terlebih aku yang tak bisa menyadari cinta di mata Anthonio hanya untuk Maria seorang," gumam Marimar sembari memejamkan bola matanya.

Saat ini wanita cantik itu tengah berada di ruang keluarga, mendudukan bobot tubuhnya di sofa. Dia tak habis pikir bahwa selama ini hanya dia lah yang merasakan bahagia sendiri di atas penderitaan orang lain. Memisahkan kedua insan yang saling mencintai demi kebahagiaannya saja tanpa berpikir konsekuensi apa yang nantinya akan terjadi.

Meskipun terlambat menyadarinya, Marimar ingin mengembalikan sesuatu yang bukan miliknya pada tempatnya. Dia tak ingin menjadi egois untuk menekan seseorang mencintai dirinya. Tidak! Dia tidak sejahat itu, walaupun sakit dia tetap melepaskan sesuatu yang bukan miliknya.

.

.

.

🥕Bersambung🥕