Amira, wanita cantik berumur 19 tahun itu di jodohkan dengan Rayhan yang berprofesi sebagai Dokter. Keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan. Namun Amira dan Rayhan tidak menginginkan perjodohan ini.
Rayhan pria berumur 30 tahun itu masih belum bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal karena kecelakaan, juga Amira yang sudah memiliki seorang kekasih. Keduanya memiliki seseorang di dalam hati mereka sehingga berat untuk melakukan pernikahan atas dasar perjodohan ini.
Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin Aprilian04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bulan madu
Malamnya Amira lagi-lagi di buat kagum dengan kejutan yang Rayhan berikan. Pria itu mengajaknya dinner malam yang sudah di siapkan sedemikian rupa. Suasana yang indah nan eksklusif membuat kesan romantis semakin terasa di hati.
Amira duduk di kursi dengan meja yang di penuhi lilin-lilin nan indah dan pemandangan laut yang lepas. Ia tampak terlihat cantik dengan gaun berwarna putih yang di berikan Rayhan. Begitupun Rayhan yang saat ini terlihat tampan dengan kemeja putih yang menampakan belahan dada bidangnya.
Amira tak menyangka, ternyata suami yang selama ini ia anggap dingin dan menyebalkan itu bisa seromantis ini. Perlahan sifat asli Rayhan terbuka, sisi lembut pria itu pun semakin terasa.
"Waahh, Mas. Baru kali ini Amira dinner romantis kaya gini!" Amira tampak antusias, ia bahkan tak henti memotret dirinya dan juga Rayhan serta suasana indah itu lalu di kirimkannya ke grup keluarganya.
"Masa?" Rayhan menatap Amira senang. Tangannya menangkup dagunya memandang wajah cantik itu tak bosan.
"Iya, Mas. Ini benar-benar indah."
"Waktu sama Noah emang gak pernah?" Rayhan menarik turunkan alisnya.
"Apasih, Mas!" Amira mengerucutkan bibirnya. "Jangan bahas laki-laki itu lagi, Amira benci!"
"Oh okay, okay."
"Mas juga pernah kan dinner gini sama Kak Khadijah?"
"Tentu pernah dong."
Amira menatap Rayhan kesal, pria itu sangat jujur sekali, "Mikir dulu kek, langsung jawab aja!"
"Lhoo emang iya Mas pernah, kan kita suami istri."
"Cieee, Kak Khadijah pasti baik banget yaa. Shalihah banget gak kaya Amira."
"Ngga kok!" ucap Rayhan.
Amira menghela nafas kesal, ia menyimpan sendok dan garpunya menghentikan kegiatan makannya.
"Kenapa kok gak makan lagi?"
"Gak selera," ucap Amira seraya mendelik kesal. Mengerucutkan bibirnya.
Rayhan menghela nafas, ia baru sadar bahwa perkataannya barusan membuat Amira cemburu. Duh, ini adalah resiko menikahi gadis 19 tahun. Sangat pencemburu, sensitifan, padahal dia sendiri yang mancing duluan.
"Ngambek yaa?" Rayhan mengelus pipi Amira, namun Amira menepis tangannya lalu memalingkan wajahnya dari Rayhan.
"Maaf yaa, Mas gak bermaksud gitu kok."
"Iyaaa, Amiraa tahu gak seshalihah Kak Khadijah. Amira juga sadar diri kok."
"Lho siapa yang bilang gitu?"
"Tadi Mas bilangnya singkat, cuman bilang nggak. Itu artinya Mas menyetujui pernyataanku bahwa Kak Khadijah itu lebih baik dari pada aku."
"Astagfirullah, kok bisa menyimpulkan sendiri gitu, Amira. Mas gak bermaksud gitu, demi Allah," ujar Rayhan.
"Tau aahh!"
Lagi-lagi Rayhan tak habis pikir dengan pandangan wanita. Dia hanya menjawab apa adanya, tak berpikiran untuk membanding-bandingkan.
Amira tampak masih marah, Rayhan tak mungkin menjadikan malam ini menjadi sia-sia hanya karena pertengkaran kecil seperti ini. Rencananya harus berjalan sesuai keinginannya. Kini Rayhan mengangkat tubuh Amira ke dalam pangkuannya. Wanita itu terkejut, marah hendak ingin turun dari pangkuannya. Namun Arga tetap mengangkat tubuh Amira di bawanya kembali ke dalam Villa.
Ia menidurkan Amira dengan lembut di atas kasur berwarna putih itu. Lalu tangannya mengunci kedua tangan Amira sehingga wanita itu tak bisa bergerak sama sekali. Wajah Rayhan kini begitu dekat dengan wajah cantik Amira. Hidung mancung keduanya saling bertabrakan. Kedua mata mereka saling bertatapan penuh perasaan cinta.
"Ma- Mas mau apa?" Suara Amira seketika bergetar. Seperti jantungnya yang kian terasa begitu berdebar.
"Mas sudah sabar menunggu selama ini. Bolehkah Mas meminta hak Mas malam ini?"
Deg deg deg
Jantung Amira berdetak tak karuan. Darah di sekujur tubuhnya terasa mendadak membeku. Matanya menatap wajah Rayhan yang begitu dekat dengannya.
"Kamu akan selalu menjadi satu-satunya di hidup, Mas. Khadijah adalah masa lalu Mas yang tak akan pernah kembali lagi. Kini kamu adalah masa depan, Mas. Tak akan ada lagi wanita lain, atau sekedar bayangan Khadijah di hati, Mas."
Kata-kata itu berhasil membuat hati Amira tersentuh. Membuatnya merasa berharga dan di cintai.
"Betul?" Amira menatap Rayhan penuh cinta.
"Yaa, you the only one my little girl, forever!" Rayhan tersenyum.
Tangan Rayhan tak tinggal diam, ia tak melewatkan kesempatan malam ini yang telah ia rancang untuk menjadi malam pertamanya setelah sekian lama ia menikah. Tangannya kini membuka jilbab yang menutupi mahkota Amira. Hingga kini terlihatlah rambut cantik berwarna coklat itu dengan lehernya yang jenjang.
Rayhan mengulum senyum, ia sangat memuja kecantikan istrinya yang tampak sempurna di lihat dari segi manapun. Sebagai laki-laki normal tentu saja ia sudah tidak tahan dengan hasratnya yang sudah ia tahan selama ini.
Amira memejamkan matanya, pesona Rayhan cukup menggetarkan jiwanya. Kali ini hatinya di penuhi dengan perasaan berbunga-bunga namun juga deg degan.
"Sebagai seorang istri ini adalah kewajiban Amira, Mas."
"Jadi?"
Amira mengangguk sebagai jawaban.
Rayhan tersenyum senang. Ia sudah di kuasai dengan nafsu gairah. Kini Rayhan mengajak Amira untuk melantunkan do'a terlebih dahulu agar hubungan biologis untuk pertama kalinya ini penuh dengan keridhoan Allah dan di jauhkan dari pada godaan Syaitan.
بِسْمِ اللهِ اَللّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
Artinya: Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami.
Amira mengusap kedua tangannya kala Rayhan selesai memimpin do'anya.
"Mas mau malam ini menjadi malam paling indah," Rayhan menatap manik mata indah itu dengan senyuman.
"Amira juga."
Pipi Amira tampak memerah karena malu.
"Semoga Allah karuniakan anak-anak yang shaleh dan shalihah."
"Amiin, Mas."
Cup
Rayhan mengecup kening sang istri lama penuh cinta. Dan kini bibir keduanya saling bersentuhan. Rasa cinta yang membara pun terasa mengalir di seluruh tubuh. Tangan Amira melingkar di punggung lebar laki-laki yang kini di cintainya. Keduanya kini menikmati keindahan surga duniawi. Kenikmatan dalam lingkaran halal yang membuat keduanya seakan terbang melayang ke angkasa.