NovelToon NovelToon
Bunga Dan Trauma

Bunga Dan Trauma

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Dokter / Trauma masa lalu / Mantan
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mumu.ai

Bunga yang pernah dikecewakan oleh seorang pria, akhirnya mulai membuka kembali hatinya untuk Malik yang selama setahun terus mengejar cintanya. Ia terima cinta Malik walau sebenarnya rasa itu belum ada. Namun Bunga memutuskan untuk benar-benar mencintai Malik setelah mereka berpacaran selama dua tahun, dan pria itu melamarnya. Cinta itu akhirnya hadir.

Tetapi, kecewa dan sakit hati kembali harus dirasakan oleh Bunga. Pria itu memutuskan hubungan dengannya, bahkan langsung menikahi wanita lain walaupun mereka baru putus selama sepuluh hari. Alasannyapun membuat Bunga semakin sakit dan akhirnya memikirkan, tidak ada pria yang tulus dan bertanggungjawab di dunia ini. Trauma itu menjalar di hatinya.

Apakah Bunga memang tidak diizinkan untuk bahagia? Apakah trauma ini akan selalu menghantuinya?


follow IG author : @tulisanmumu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumu.ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengunjungi Jelita

"Baru pagi tapi udah lesu aja, Dek." 

Bunga yang baru saja bergabung dengan keluarganya di ruang makan langsung disambut dengan omongan Kakaknya.

"Kapan datangnya, Kak?" Bukannya menjawab Bunga malah bertanya pada Silvia.

"Malam jam 9 kami sampai rumah. Kata Mama kamu udah tidur." Silvia menjawab namun tangannya dengan cekatan mengambil nasi dan lauk untuk suaminya.

Tidak ada yang membuka suara lagi. Bara mempunyai peraturan jika tidak ada obrolan ketika sedang makan, dan itu mereka terapkan jika ada Bara.

"Kamu pergi jam berapa ke rumah sakit, Dek?" tanya Mana Lita ketika telah selesai makan.

"Jam 9 nanti, Ma," jawab Bunga.

"Dek..." Lita memanggil. Bunga tahu jika nada suara Mamanya ini berbeda, bukan panggilan biasa.

No p

Bunga menatap Mamanya, dan ternyata bukan hanya Mamanya. Papa Bara, Silvia, bahkan Randi kini juga tengah menatapnya.

"Ada apaan? Kenapa lihatin aku kayak gitu?" tanya Bunga. Dahinya kini mengkerut melihat anggota keluarganya yang memandang dirinya.

"Kita pindah ke depan." Papa Bara langsung berdiri dari kursinya dan langsung menuju ruang tengah, sedang yang lain mengikuti langkah Bara di belakang.

"Serius amat. Ada apaan?" Bunga yang baru saja duduk di sofa tunggal langsung saja menanyakan akan sikap mereka yang tampak serius pagi ini.

"Dek, kamu ingat, kan sama janji kamu kemarin?" Mama Lita akhirnya membuka suara pertama.

"Janji yang mana?" Bunga masih saja bingung dan belum tahu kemana arah pembicaraan mereka.

"Kamu janji kalau akan selalu cerita, nggak mendam sendiri kayak yang lalu lalu. Kamu cuma cerita yang happy happy aja, kalau yang galau galau kamu pendam, terus tiba-tiba sedih, nangis sendirian." Silvia yang menjawab kali ini. 

"Emang aku kenapa?" Bunga masih saja mengelak. Ia tak mau jika keluarganya tahu mengenai kegelisahan yang ia alami sejak tadi malam.

"Udah jangan bohong dan jangan berkelit. Kita semua tahu kok." Silvia sudah menahan geramnya pada adik satu satunya itu. Hobi sekali menahan sakit seorang diri.

Bunga tampak berpikir sejenak, lalu menyadari sesuatu. "Kalian letakin mata-mata di rumah sakit buat aku, ya?"

"Bukan mata-mata. Tapi Mas yang lihat sendiri," jawab Randi, sebelum Bunga berpikir jika keluarga mereka mematai dirinya.

"Kok bisa?" tanya Bunga lagi.

"Mas Randi lagi di IGD juga waktu itu. Si Sofyan, asisten Mas itu tidak sengaja makan kacang, jadi alerginya kambuh," jelas Randi.

Bunga mengangguk. Ia diam sebentar menimbang nimbang apakah harus bercerita atau tidak.

"Sebenarnya..." Bunga menahan perkataannya. Ia masih belum terlalu yakin, tapi melihat keluarganya yang menunggu dirinya untuk berbicara dan mengingat janjinya dulu, mau tak mau Bunga akhirnya menceritakan kejadian yang dia alami.

"Jadi... Olivia keguguran?" Mama Lita bertanya, memastikan apa yang dia dengar tadi.

Bunga mengangguk. "Jantung bayi mereka sudah terhenti. Sepertinya terbentur cukup keras sewaktu kecelakaan itu."

Silvia hanya diam. Ia yang kini juga tengah mengandung, mengusap pelan perutnya yang sudah semakin besar.

"Lalu Dek, apa yang kamu rasakan?" Kini Bara yang bertanya pada anak bungsunya itu.

"Aku nggak bisa jelasin secara pasti perasaan aku. Yang jelas ketika aku melihat tidak ada detak jantung janin mereka lagi, hatiku ikut merasa sakit. Sebenarnya melihat seorang Ibu yang kehilangan calon anak mereka sudah sering aku lihat. Tapi... kemarin... aku merasakan sakit yang berbeda."

"Maksudnya?" tanya Mama Lita.

"Biasanya ibu lain akan berteriak, menyangkal, dan menangis histeris ketika mengetahui bayi mereka meninggal. Tapi berbeda dengan Olivia. Dia hanya diam. Memang dia menangis, tapi dia nangis dengan diam." Bunga menatap satu persatu anggota keluarganya secara bergantian.

"Bukankah menangis yang seperti itu sangat sakit? Kenapa dia tidak berteriak saja seperti yang lainnya."

Seluruh anggota keluarganya diam, mendengar dengan perasaan yang campur aduk.

"Aku tidak pernah membencinya. Aku saat ini mencoba mengikhlaskan apa yang sudah terjadi. Aku cuma ingin tidak bertemu dengan mereka lagi. Tapi... ada saja jalan kami untuk bertemu."

Bunga juga akhirnya bercerita mengenai pertemuannya dengan Olivia terakhir kali di Mall.

"Kamu mau emang, balikan sama Malik kalau mereka cerai?" Silvia bertanya dengan sorot mata tajam pada adiknya itu. Sungguh dirinya tidak rela jika hal ini sampai terjadi.

"Menurut Kakak, aku mau gitu?" Bunga berang, karena Kakaknya ini mempunyai pikiran yang seperti itu.

"Ya kali aja karena kamu kecintaan banget sama si Malik, akhirnya nerima dia yang jadi duda nya si Olivia itu," ucap Silvia.

"Cinta tidak membuat aku jadi bodoh, Kak!" Bunga mulai kesal dengan Silvia yang terus saja memojoknya.

"Iya memang tidak bodoh. Tapi membuat kamu akhirnya trauma, tidak mau menjalin hubungan lagi dengan pria," jawab Silvia.

Bunga terdiam mendengar perkataan Silvia. Ya memang setelah apa yang dirinya alami Bunga akhirnya memutuskan untuk tidak lagi menjalin hubungan dengan pria manapun. Namun, entah bagaimana Bunga menjelaskannya, ada sesuatu yang aneh dalam dirinya, terlebih sejak mengetahui kenyataan dari Fadi.

Kepalanya sakit memikirkan semua ini. Sepertinya dia harus menemui Rani. Mungkin saja sahabatnya itu bisa membantunya.

"Aku berangkat dulu." Bunga bangkit dari duduknya, dan langsung pergi meninggalkan keluarganya yang masih berkumpul si ruang tengah.

"Jalan terlalu keras dengan Bunga," tegur Randi pada istrinya.

"Aku hanya ingin menyadarkannya, Mas. Kalau tidak semuanya pria jahat seperti mantan-mantan dia itu," bela Silvia.

"Ya sudah. Biarkan saja Bunga memikirkannya. Jangan memaksanya untuk saat ini," ucap Bara bijak. Ia bangkit dari duduknya, bersiap untuk berangkat kerja.

****

Bunga kini berjalan di lorong lantai yang mana salah satu kamar itu diisi oleh Jelita. Dirinya telah siap visit kamar pasiennya. Dan entah kenapa langkah kakinya membawa dirinya ke lantai khusus anak-anak itu.

Dengan langkah pelan ia melangkah ke kamar Jelita. Ketika sudah berada di depan pintu, ia bisa mendengar cukup jelas suara Jelita yang kini tengah berteriak.

"Ndak mau!"

"Jelita ndak mau!"

Bunga yang penasaran, akhirnya membuka pintu itu dengan pelan. Ia bisa melihat kalau di dalam ada Fadi yang tengah membujuk Jelita untuk makan.

"Jelita ndak mau, Papa... hhuaah..."

Fadi menunduk dan menarik nafasnya kasar. Sepertinya ia cukup lelah menjaga putrinya itu. 

Ketika mengangkat kepalanya, Fadi terkejut melihat Bunga yang berdiri di depan pintu kamar. Karena sudah ketahuan, mau tidak mau akhirnya masuk ke dalam kamar itu.

"Tante..." Jelita berteriak ketika menyadari Bunga masuk ke dalam kamarnya. Ia mengulurkan keduanya, tanda meminta Bunga mendekat padanya dan memeluknya.

"Si cantik ini kenapa nangis terus teriak-teriak gitu? Suaranya sampai keluar lho. Takut ganggu teman lain yang lagi sakit juga." Bunga membelai pelan kepala Jelita yang kini dalam pelukannya.

"Papa paksa paksa Jelita makan," adunya pada Bunga. Tarikan ingus Jelita juga terdengar.

"Jelita belum makan dari pagi." Fadi menjelaskan tanpa menunggu Bunga bertanya.

"Kalau Jelita tidak mau makan, gimana Jelita mau sembuh? Memangnya Jelita mau terus terusan di rumah sakit? Tidak mau pulang ke rumah." Bunga berucap dengan nada pelan, memberikan pengertian pada gadis kecil itu.

"Jelita mau makan kalau disuapin sama Tante!"

****

1
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪💪.bunga fadi gass poll donk
Supryatin 123
come back bunga Ama fadi.kan dah tw cerita sebenarnya.bukalah hatimu.lnjut Thor 💪💪
Esther Lestari
Jelita nanti jadi pemersatu papa Fadi dan tante Bunga....semoga
Supryatin 123
cerita sesungguhnya si fadi sangat mengharukan.semoga bunga dapat berpikir secara jernih dgn kejadian ini.lnjut thor 💪💪💪
Esther Lestari
Ternyata begitu ceritanya Fadi. Apakah Nita meninggal saat melahirkan Jelita ?
Semoga masih ada harapan Bunga kembali ke Fadi
Yanti Gunawan
apakaah bunga akan kembali pada fadi thor hmmm galau, asal jangan sama malik deh
Suci Dava
maksudnya gmna ini thor, msh lanjut kh apa sdh sampai di sini aja, kok gagal paham aku thor
mumu: Maaf kak, author ada salah tulis tadi jadinya beda arti 🤭 cerita masih lanjut kok kak 😊
total 1 replies
Hary Nengsih
lanjut
Esther Lestari
apakah Fadi menikah dengan mama nya Jelita untuk menutupi aib ?
Mama nya Jelita hamil dengan orang lain dan Fadi yg menikahi nya
Suci Dava
Edisi ber kumpul nya para mantan alias deretan para mantan 🤭
Esther Lestari
Turut berduka Olivia dan Malik, harus kehilangan janinnya.

Jelita bertemu dengan tante Bunga di IGD & Bunga tidak menyangka kalau papa Jelita adalah Fadi sang mantan.

2 mantan berada di IGD semua dengan kondisi yang berbeda
𝐈𝐬𝐭𝐲
penasaran sebenarnya apa yg terjadi...🤔
Esther Lestari
langsung pergi waktunya gak tepat
Esther Lestari: sudah malam juga...kan bikin takut😁
total 2 replies
Hary Nengsih
langsung pergi
Hary Nengsih
lanjut
Esther Lestari
Istri Fadi kemana...cerai atau meninggal ?
Dwi Sulistyowati
mantan terindah sampai anaknya pun di nama i bunga jelita 🤍
Supryatin 123
lnjut thor tetap semangat,💪💪💪.
Suryati Surti
bagus
Siti Nurjanah
fadi mantan pertama nya bunga ya
mumu: Betul kak. Pacar pertama Bunga
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!