Istri Kecil Dokter Dingin

Istri Kecil Dokter Dingin

Prolog

"Anggap saja pernikahan ini tidak pernah terjadi," ujar seorang wanita cantik dengan raut wajah sedihnya. Air matanya berlinang membasahi pipi lembutnya.

Amira namanya, wanita berusia 19 tahun itu tampak begitu marah karena terjadinya perjodohan ini. Orang tuanya memaksa dirinya untuk menikah dengan laki-laki yang masih menjadi keluarganya sendiri. Perasaan kecewa, marah, hancur kini menyiksa batinnya. Bagaimana tidak, ia sudah memiliki kekasih hati, dan kini ia terpaksa harus menjalani pernikahan dengan pria yang sama sekali tak pernah ia cintai.

"Saya juga tidak mau dengan pernikahan ini, tapi mau bagaimana lagi ini adalah keinginan orang tua."

"Terus kenapa kamu gak nolak?"

"Saya hanya ingin bakti pada orang tua. Apalagi Aba yang sedang sakit parah, aku tidak mau membuatnya sedih dan kecewa sehingga membuat kesehatannya semakin memburuk." ujar seorang pria yang kini duduk di ranjang kamar pengantin.

Pria bernama Rayhan yang berprofesi sebagai dokter itu sejak tadi mengelus dadanya mencoba untuk bersabar menghadapi sifat Amira yang sangat kekanak-kanakan. Ia pun tak menginginkan perjodohan ini jika bukan karena orang tuanya. Sebelumnya ia sudah pernah menikah dengan seorang wanita cantik bercadar, namun kisah cintanya berhenti kala sebuah tragedi kecelakaan yang menewaskan istri dan calon bayinya. Rasa cintanya pada mendiang istrinya membuat ia tak berpikir untuk menikah lagi, namun kedua orang tuanya memaksa. Sehingga ia pun tak tega jika harus melawan apalagi sampai menyakiti perasaannya.

***

Amira melangkahkan kakinya menuju mobil  berwarna hitam. Matanya tertuju pada pria yang tengah melambaikan tangan padanya di balik kaca jendela mobil. Ia pun membuka pintu mobil itu dengan perasaan sedih.

"Ucapin salam dulu dong, Amira. Masa sama Kakaknya kaya gitu, udah lama gak ketemu lhoo!" Suara bariton pria berumur 28 tahun itu menyapa gendang telinga Amira.

"Assalamualaikum!" Tegas Amira seraya menyalami sang Kakak.

"Nah gitu dong. Kenapa kaya abis nangis?"

"Menurut Kak Rasyid aku kenapa?" Amira mendelik kesal, memutar bola matanya.

"Ya sabar, Mira. Ini buat kebaikan kamu, Ummi dan Abi cuman gak mau kamu salah pergaulan."

"Kalian jahat!" Amira kembali menangis, memalingkan wajahnya ke arah jendela kaca.

Rasyid pun hanya bisa menggeleng pasrah lalu melajukan mobilnya menuju rumah.

Setelah hampir 20 menit perjalanan, mobil pun sampai di salah satu perumahan elit yang berada di kota Bandung. Amira keluar dari mobilnya yang langsung di sambut hangat oleh kedua orang tuanya.

"Abi jahat, Amira masih mau sekolah disana. Abi sama Ummi malah nyuruh Amira buat pulang ke Indonesia." Protes Amira yang langsung menghentakan kakinya dan langsung masuk ke dalam rumah.

Ummi Salma dan Abi Rafiq saling bertatapan. Keduanya menghela nafas, harus mempersiapkan penjelasan yang sebaik-baiknya untuk sang putri.

Amira duduk di sofa dengan mata yang berlinang. Ia menyimpan tas di sebelahnya lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia masih tidak terima ketika di paksa untuk keluar dari Universitas yang dia impikan selama ini.

"Abi melakukan ini semua karena Abi sayang kamu. Abi gak mau putri Abi satu-satunya menjadi rusak karena pergaulan bebas disana. Abi sudah salah mengizinkanmu untuk sekolah disana, dan dari pada Abi menyesal selamanya, lebih baik Abi menghentikannya di tengah jalan." Abi Fariq menghampiri putrinya, mengusap puncak kepala sang anak memberi pengertian.

"Iya sayang, Ummi sama Abi cuman mau memberikan yang terbaik untuk kamu. Kita melakukan ini semua karena kita sayang sama kamu, Nak," sahut Ummi Salma.

"Tapi Amira nggak mau, Amira maunya kuliah disana. Amira nggak mau kuliah di Indonesia!" Amira berkata dengan nada tinggi, membuat semua orang terheran dan semakin melihat perubahan Amira.

"Mau kuliah atau mau pacaran?" celetuk Rasyid pada adiknya. Amira mendongakan kepalanya menatap sang Kakak.

"Pacaran dari mana, Kak? Kalau ngomong tuh jangan ngaco, fitnah aja!"

"Nah liat akibat pergaulan bebas jadinya kaya gini kan. Gak sopan!" ujar Rasyid.

"Lagian kamu ngeselin banget jadi orang. Aku juga tahu kamu kan yang ngomporin Ummi sama Abi buat aku keluar dari kuliah?"

"Astagfirullahalaidzim, jaga bicara mu, Amira. Siapa yang ngajarin bicara gak sopan seperti itu? Dia itu kakak mu!" Abi Fariq menggelengkan kepalanya menatap Amira marah. Amira pun menunduk dan terdiam.

"Tahu tuh, Bi. Semenjak kuliah disana dan kenal sama laki-laki bernama Noah jadi kurang ajar begini. Gak ada sopan santunnya," tutur Rasyid.

Amira terkejut ketika sang Kakak mengetahui nama pria yang menjadi kekasihnya saat ini. Matanya membulat, ekspresi wajahnya tak bisa membohongi semua orang.

"Apa? Kaget Kakak tahu kamu pacaran sama dia? Jangan kamu pikir Kakak gak tahu kamu ngapain aja disana!" Sambung Rasyid.

"Lo mata-matain gue yaa?" Amira menatap kesal sang Kakak.

"Amira!" Teriak Abi Fariq menatap marah Amira. Laki-laki berumur 50 tahun itu berdiri sambil berdecak pinggang. "Bicara yang sopan, dia Kakak mu!"

Untuk pertama kalinya seumur hidup Amira di marahi oleh sang Ayah. Ia pun semakin menangis dan menjauhi tubuhnya dari sang Ayah.

"Bicara yang baik, Nak. Kenapa kamu jadi seperti ini, sayang." Ummi Salma memeluk Amira yang menangis sesegukan. Mencoba memberi pengertian dengan cara yang lembut.

"Abi gak nyangka kamu bakal mengkhianati kepercayaan Abi selama ini. Abi mengizinkan mu kuliah di luar negeri yang mayoritasnya bukan Islam karena Abi percaya padamu. Abi mau kamu menggapai mimpimu dengan berkuliah di Universitas yang kamu impikan selama ini. Meski awalnya ragu, tapi Abi kalah dengan membayangkan betapa bahagianya kamu berkuliah disana. Abi sangat percaya pada putri Abi satu-satunya yang selama ini selalu patuh, baik, dan selalu mengingat Allah. Sangat sopan pada semua orang,  lembut tutur katanya dan tak pernah tinggal shalat lima waktu. Tapi sekarang putri Abi berbeda, dunia luar sudah mencemarinya. Dan ternyata Abi salah, kamu mengkhianati kepercayaan Abi. " ujar Abi Fariq.

Amira yang merasa takut pun tak berani menatap sang Ayah. Ia meremas jari-jarinya kuat. Namun ia masih tidak menyangka Ayah yang selama ini selalu lembut dan memanjakannya kini memarahinya.

"Abi akan menjodohkan kamu dengan Rayhan anaknya Tante Asma."

Amira seketika mendongakan kepalanya menatap sang Ayah. Ia mengerutkan keningnya dan  menggelengkan kepalanya tak setuju.

"Gak, Amira gak mau nikah dulu, Abi. Amira mau mengejar cita-cita dulu!"

"Tidak ada penolakan, mau gak mau, suka gak suka, kamu harus menikah dengan Rayhan."

"Abi jahat, jadi Amira di suruh balik ke Indonesia karena mau d jodohkan?" Amira berdiri menatap kecewa pada kedua orang tuanya.

"Ini semua demi kebaikan kamu, sayang," Ummi Salma memberikan pengertian.

"Yang sopan kalau bicara sama orang tua, duduk!" Abi Fariq tegas, menunjukan telunjuknya di depan Amira.

Amira pun kini menangis sesenggukan, ia kembali duduk di dekat sang Ibu. Menatap sang Ayah dengan tatapan penuh kesedihan. Ia tidak terima di jodohkan dengan anak dari keponakannya sang Ibu. Ia sudah memiliki tambatan hati, ia mencintai Noah yang saat ini sedang menunggunya.

"Pokoknya Amira nggak mau di jodohkan dengan Mas Rayhan. Dia sudah tua, udah gitu duda lagi!" Amira mengusap air matanya kasar.

"Dia duda karena istrinya meninggal, Amira. Lagi pula umurnya baru 30 tahun, tua dari mananya. Itu bukan tua tapi matang. Cocok untuk kamu yang masih ke kanak-kanakan. Udah jangan menolak, ini keputusan Ummi dan Abi yang pasti baik buat kamu. Rayhan adalah laki-laki shaleh yang bisa membimbing kamu," ujar Abi Rafiq.

"Lagi pula kita sudah mengenal persis Rayhan. Insyaallah dia akan bisa menjadi suami yang baik untuk kamu, Mira. Ini akan lebih memudahkan mu dari pada menikah dengan orang luar," sahut Rasyid.

"Iya, Nak. Kita masih keluarga namun tidak terlalu dekat. Dalam Islam boleh kok, zaman nabi juga banyak yang menikah dengan keluarganya sendiri. Kalau kamu menikah dengan Rayhan, kamu akan bahagia, Nak. Tanten Asma sangat menyayangimu, begitupun juga dengan Om Basir," sahut Ummi Salma.

Amira kini berdiri menatap orang tuanya dan juga Kakaknya, "Pokoknya Amira nggak mau di jodohin. Apalagi sama Mas Rayhan. Apapun alasannya, aku gak akan mau nikah sama dia!"

"Kamu mau milih laki-laki brandalan yang gak jelas asal-usulnya itu hah?" Rasyid emosi, baru kali ini ia melihat adik kecilnya ini berontak dan berani melawan.

"Noah laki-laki baik, Kak. Dia sayang banget sama Amira. Kita udah merencanakan untuk masa depan. Dia mau nikahin aku, tapi tunggu satu tahu lagi setelah dia lulus!" Amira membela diri, ia mencoba memberikan pengertian agar di setujui hubungannya bersama Noah.

"Kamu ini masih anak kemarin sore, Amira. Tahu apa kamu tentang laki-laki dewasa? Dia sengaja bilang gitu sama kamu biar dia bisa manfaatin kamu. Dia laki-laki tidak baik, Amira!" ujar Rasyid.

"Tahu apa Kakak tentang Noah? Jangan so tahu, aku lebih tahu karena aku yang mengenalnya." Amira kembali berbicara dengan nada tinggi.

"Astagfirullah!" Rasyid menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Adiknya ini benar-benar sudah terkena racun.

"Amira bicara yang sopan!" tutur Abi Rafiq.

"Pokoknya aku nggak mau di jodohin sama Mas Rayhan. Aku mau menikah dengan pilihanku sendiri. Titik!"

"Abi, Ummi serta Kakak mu tetap akan menikahkan kamu dengan Rayhan. Setuju atau tidak setuju, keputusan ini tidak akan bisa di ubah. Kami tahu yang terbaik untuk kamu!" ujar Abi Rafiq.

"Kalian jahat!"

Amira menghentakan kakinya berjalan menuju ke lantai atas memasuki kamarnya. Abi Rafiq duduk dengan lemas tak menyangka putrinya akan menjadi seperti ini. Dulu sebelum Amira pergi ke luar negeri anaknya itu selalu menurut apapun yang ia katakan. Tak pernah sekalipun putri kecilnya itu melawan apalagi berteriak di hadapannya. Namun sekarang? Ia sudah kehilangan putri kecilnya yang lugu dan polos.

Sedangkan Ummi Salma hendak mengejar Amira namun Abi Rafiq mencegahnya.

"Biarkan dia tenangin dulu pikirannya!" ujar Abi Rafiq. Ummi Salma pun mengangguk menurut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!