Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Sudahlah, kau hanya membuat suasana hatiku buruk!" Mario memilih untuk mengabaikan Lisa yang menunjukan wajah kesal.
"Mario! Aku tidak tahu jalan pikiran kamu!" katanya sambil membuang napas kasar.
Mario tak menggubris, pria itu memilih sibuk dengan gawainya.
Hingga sore menjelang, barulah mereka pulang ke apartemen.
Lisa mengantar Mario ke apartemen yang selama ini Mario tinggali, karena apartemen milik Mario lebih bagus fasilitasnya di bandingkan dengan miliknya.
Mario langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa, pria itu memejamkan matanya dengan pikiran melayang.
"Mario, kamu mau makan apa, biar aku pesankan." Lisa duduk disisi Mario sambil memegang ponselnya. Berniat untuk memesan makanan.
"Apa saja."
Lisa berdecak, sejak dari rumah sakit Mario jadi irit bucara dan dingin, Lisa merasa kesal.
'Aku harus mencari tahu apa yang terjadi, kenapa dia tidak mau tinggal di rumah Papa nya.'
Lisa menatap Mario dengan bibir mecebik, dan akhirnya dia hanya diam sambil menonton televisi.
Rumah Haikal...
Aura duduk disofa ruang tamu, sebentar lagi Haikal pulang dari kantor, Aura sengaja menunggu Haikal yang akan menjadi calon suaminya.
Mengingat itu bibir Aura tersenyum tipis, tak menyangka akan menjadi istri calon ayah mertuanya sendiri.
"Bu, coba ini..aku bikin cemilan." Hani menunjukan piring yang berisi cookies buatannya.
"Wahh, kamu pintar bikin kue Han?" ucap Aura dengan mata berbinar. Tangannya mengambil cookies buatan Hani.
"Ngak sih Bu, cuma bisa sedikit aja." Ucap Hani sambil nyengir.
"Ini enak Han, aku suka." Aura berkata jujur, kue buatan Hani memang enak.
"Wah.. terima kasih Bu, lain kali aku bikin lebih banyak lagi." Ucapnya dengan antusias.
Saat mereka asik makan kue buatan Hani, diluar terdengar suara mesin mobil yang baru berhenti, Aura beranjak dari duduknya untuk meyambut Haikal.
"Itu pasti Mas Haikal," Gumamnya dengan wajah senang.
Kesehatannya sudah lebih baik, meskipun masih harus banyak istirahat tapi Aura yang biasa energik mana mungkin mau diam saja.
"Mas..." Sapanya saat melihat Haikal turun dari mobil dan berjalan menuju ke arahnya.
"Kenapa di luar, kenapa tidak istirahat saja." Haikal meraih pinggang Aura dan membenamkan kecupan di kening.
"Bosen Mas, istirahat terus, aku kan pengen menyambut calon suami pulang kantor." Ucap Aura dengan senyum lebar menunjukan deretan giginya yang rapi.
Keduanya berjalan masuk, Haikal tentu saja senang pulang kerja langsung di sambut wanita cantik seperti Aura.
"Kalau kayak gini, capek di kantor langsung hilang liat senyum kamu."
Aura mencebikkan bibirnya untuk merespon ucapan Haikal.
"Tadi Hani bikin cookies rasanya enak aku suka, lain kali aku buatkan untuk kamu ya." Keduanya memasuki lift menuju lantai atas kamar mereka.
"Boleh, tapi kalau capek gak usah.." Haikal merangkul lengan Aura dan mendaratkan kecupan di kepala.
"Iya aku tahu, tapi kalau sudah sembuh aku boleh kerja lagi kan Mas?" Aura mendongak agar bisa menatap wajah Haikal.
"Em, lihat nanti."
*
*
"Eh, kamu bawa apa?"
Beni yang baru masuk melihat pugung Hani yang berlalu sambil membawa sebuah piring di tangannya.
"Kepo, mau tau aja!" Hani mendelikkan matanya tak suka.
"Ck, kamu itu perawat tapi sikap kamu kayak preman."
Hani semakin mendelikkan matanya tajam, namun bagi Beni justru wajah Hani terlihat lucu.
"Saya sopan tergantung, siapa yang saya hadapi."
Hani berbalik pergi, baginya Beni adalah pria menyebalkan dengan wajahnya yang datar dan bicaranya yang ketus.
"Ish..aku cuma mau lihat kamu bawa apa?" Beni meraih bahu Hani dan menariknya membuat Hani terpaksa berbalik badan.
"Tuan kok anda nyebelin sih!" Ucap Hani kesal.
Beni tak menggubris, tangannya mencomot cookies yang Hani buat.
"Siapa yang buat?" Tanya Beni sambil mengunyah.
"Sayalah, orang saya yang pegang." Jawab Hani ketus.
"Mungkin karena aku lapar, jadi rasanya enak."
Beni kembali meraup sisa yang ada di piring tanpa tersisa. Dan berlalu pergi begitu saja yang mana membuat Hani sangat-sangat kesal.
"Ish, dia kok nyebelin banget..beda sama Tuan besar yang lebih kalem meskipun juga serem..ihh.." Hani berlalu pergi dengan piring kosongnya.
Didalam kamar Haikal yang baru saja selesai aku mandi mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kecil.
Aura yang sedang menyiapkan pakaian memalingkan wajahnya saat melihat tubuh setengah telanjang Haikal.
Wajahnya memerah dengan bibir terlipat kedalam, Aura merasakan jantungnya berdebar-debar.