"Ini putri Bapak, bukan?"
Danuarga Saptaji menahan gusar saat melihat ponsel di tangan gadis muda di hadapannya ini.
"Saya tahu Bapak adalah anggota dewan perwakilan rakyat, nama baik Bapak mesti dijaga, tapi dengan video ini ditangan saya, saya tidak bisa menjamin Bapak bisa tidur dengan tenang!" ancam gadis muda itu lagi.
"Tapi—"
"Saya mau Bapak menikah dengan saya, menggantikan posisi pacar saya yang telah ditiduri putri Bapak!"
What? Alis Danu berjengit saking tak percaya.
"Saya tidak peduli Bapak berkeluarga atau tidak, saya hanya mau Bapak bertanggung jawab atas kelakuan putri Bapak!" sambung gadis itu lagi.
Danu terenyak menatap mata gadis muda ini.
"Jika Bapak tidak mau, maka saya akan menyebarkan video ini di media sosial!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12. Sudah Pernah Pegang?
"Itu lilin yang ada di bawah meja jatuh kena tendang aku!"
"Oh!" Beby nyengir, mengusir perasaan deg-degan yang melandanya. "Kirain apa, kok gede dan halus mulus begitu ... hehehe!"
Kening Danu mengerut dan sedikit tertawa melihat tingkah Beby yang menurutnya lucu. "Kamu kira apa memangnya?"
"Itu—"
"Sudah pernah pegang, ya?"
"Sudah, tapi lupa kalau punya yang gede kaya gini!"
Jawaban Beby membuat Danu jadi salting. Maksud anak ini apa coba?
"Itu memang punya kamu." Danu berpikir kalau yang dimaksud Beby adalah dirinya. Memang Danu sudah menjadi milik Beby, hanya belum dipakai saja.
"Ya iyalah, Pak! Lilin ini dirumah saya, ya kali itu lilin punya orang ngevet?" Beby meraih lilin yang berada di dekat tubuh Danu. "Bapak ada korek?"
Danu memperbaiki posisi duduk dan meraba sakunya, kemudian menyalakan korek api berbentuk klasik sehingga membuat keadaan sedikit terang.
Ketika lilin berhasil dinyalakan, Beby meletakkan lilin di atas meja, lantas mereka melanjutkan makan dengan tenang.
"Saya sengaja beli yang gede biar pas mati listrik gini, nggak capek-capek ngurus lilin kecil yang gampang habis." Beby menyuapkan bakso dalam potongan besar ke mulutnya.
"Nggak pakai genset memangnya?" Biasanya orang-orang punya listrik cadangan, sebab tanpa itu pekerjaan mereka bakal terhambat.
"Rumah aja nyicil 15 tahun, kok, yakali iya beli genset segala! Bapak ngadi-ngadi!" Beby sedikit kesal. Danu sedang mengejek hidup rakyat kecil apa gimana? Ya dia orang besar, pasti punya segalanya, lah dirinya? Kerja saja gaji dibawah UMR kok!
Kemudian Danu sadar, bahwa tidak semua perumahan punya genset dan bukan sesuatu yang urgent sehingga harus punya satu dirumah. Genset memang ia gunakan untuk menunjang pekerjaan di kantor yang memang kerap lembur.
"Biasanya berapa lama mati listriknya?"
"Tergantung," jawab Beby santai. "Ini kalau pohon tumbang biasanya semalaman, kalau cuma dahan patah ya paling sejam dua jam."
"Sering begini?" cecar Danu sembari terus menikmati bakso yang tinggal sedikit.
"Seminggu ini 3 kali kayaknya, makanya lilin saya yang segede harapan orang tua ini sisa dikit dan saya beli baru buat cadangannya." Beby menunjuk lilin utuh yang dia pasang di meja. "Yang kecil ada di kamar."
Dibawah temaram cahaya lilin, Danu bisa melihat wajah Beby yang bersih dan polos. Tampak wajah itu belum banyak tersentuh oleh polesan skincare yang membuat lapisan kulit menjadi tipis dan berkilat yang disebut glowing.
Tak ada yang mereka bahas lagi setelahnya, hingga mereka menyelesaikan makan tak lama kemudian.
"Hujannya belum juga reda, Pak." Beby yang berdiri untuk berkemas itu melihat jam sekilas. Sudah jam 10 malam dan Danu seharusnya pulang. Tidak baik juga kalau sampai warga memergoki mereka berduaan dalam gelap malam plus mati lampu begini.
"Saya boleh menginap disini tidak?" Danu berterus-terang.
"Ish, nanti apa kata orang?" Beby keberatan.
"Kita sudah menikah secara sah!"
Astaga, bagaimana Beby selalu melupakan hal itu? Lebih tepatnya mencoba menyangkal kalau dia pernah gila memutuskan memaksa pria beristri menikahinya. Apa kata orang nanti? Sumpah ia malu jika disebut pelakor.
"Tetap aja, Pak ... nanti orang-orang akan kaget lihat mobil bapak di depan rumah saya! Apalagi mereka kalau mati listrik begini pada ngecek jalanan dimana penyebab mati listrik berada, peronda juga pasti akan tahu kalau ada mobil asing disini!"
Beby duduk lagi, meminta Danu segera pergi. Dia takut bersama Danu di rumah berdua saja. Jujur saja, dia suudzon. Hanya orang tidak waras yang tidak melakukan sesuatu ketika berada dalam kegelapan begini. Pun Danu. Laki-laki bukannya sama saja ya?
Melihat kekalutan di wajah Beby, Danu memahami apa yang gadis muda ini rasakan. Mungkin dia tidak mau dituduh merusak rumah tangga orang, lagipula dia sudah berumur dan tua. Siapapun pasti enggan berhubungan khusus dengan pria setua ini. Jadi atasan dan bawahan saja pandangan mereka berbeda jauh apalagi jadi suami istri, yang ada bentrok tiap hari.
"Kamu nggak takut di rumah sendirian dalam keadaan gelap begini?" tanya Danu seolah ingin menyakinkan diri sebelum pergi dari sini.
"Berani lah, Pak! Justru saya takut kalau Bapak di sini!" Beby kesal diragukan. "Udah pulang aja!"
"Tunggu sebentar!"
Danu mengambil ponsel dan menelpon seseorang selama beberapa menit sebelum mengakhirinya. Ketika selesai, ia berdiri dan menatap Beby.
"Pohon di depan sana roboh, tapi bisa diatasi sejam lagi, cuma belum tau bisa dinyalakan lagi atau belum listriknya, jadi sebaiknya dihemat lilinnya." Danu mengingatkan setelah menelpon petugas PLN yang bertugas.
"Hati-hati dirumah, saya permisi pulang dulu." Danu awalnya ingin mengambil korek pemberian temannya yang memiliki kesan tersendiri, tetapi mungkin saat ini Beby sedang membutuhkannya. "Pakai korek ini untuk berjaga-jaga!"
Danu menyerahkan korek ke tangan Beby, "terimakasih makan malamnya, Beby."
Beby terdiam dan tidak bergerak dari posisinya selain gerakan mata mengikuti Danu menuju pintu. Menurutnya Danu tidak menyeramkan seperti profil di baliho. Atau bersikap sombong sesuai dengan ekspresi wajahnya. Tidak juga garang seperti kebanyakan pria berbadan besar sejenisnya.
Ketika membuka pintu, Danu kembali menoleh. "Jangan lupa kunci pintunya, takutnya orang tadi masih mengikuti kamu."
Danu benar-benar pria yang humble. Malah terkesan penyayang dan perhatian.
"Beb—"
"Iya, Yang—eh, maksud saya, Pak!" Beby sedikit melamun tadi sampai dia masih terbawa kebiasaan saat bersama Revan. Beby memanggil Revan dengan sebutan Ayang.
Danu nyaris terhuyung karena salah tingkah parah. Terus saja kamu kelepasan, Beby ... lama-lama nanti jatuh cinta dan yang-yangan beneran.
Danu hanya bisa berharap dalam hati. Terlalu sering direndahkan membuat Danu insecure terhadap wanita.
...
Revan duduk di sebuah tongkrongan anak muda kawasan alum-alun kota. Hujan memang sangat deras tapi dia berencana menginap di sekitar sini daripada pulang dan berakhir pusing dengan keributan yang ada. Ia merokok untuk mengatasi hawa dingin yang menyerang juga untuk meredakan pusing di kepalanya. Sekaleng bir tampak menemaninya.
Matanya yang kelam itu menatap hamparan jalan yang dipenuhi genangan air. Mobil masih banyak yang berlalu lalang membelah genangan air sehingga menimbulkan riak yang naik ke atas trotoar. Petir dan kilat saling bergantian membelah langit dan menerangi malam yang sangat gelap.
Motor berwarna hitam berhenti di tepi jalan. Pemiliknya bergegas naik ke bagian teras area kedai yang kering. Ia melepas jas hujannya lalu mendekat ke arah Revan.
"Pacarmu tadi naik ke sebuah mobil dan pulang bersama pemilik mobil itu ke rumahnya, sampai sekarang belum juga pergi!" Susah payah pria itu mengambil ponsel di saku jaket anti airnya. "Ini plat mobilnya!"
Revan mengambil alih ponsel pria itu lalu memperbesar tampilan foto. Keningnya berkerut dalam. Plat ini familiar sekali di matanya dan dia tahu siapa pemilik mobil ini.
Revan segera mengembalikan ponsel pria itu. "Kirimkan foto itu padaku!"
"Kamu tau siapa dia?"
"Tentu saja aku tau!" Revan sedikit memiringkan senyumnya. "Mobil itu milik kakak Clara! Pantas saja Beby nolak aku, ternyata dia mengincar pria yang lebih kaya!"
Pria suruhan Revan menganggukkan kepala. Entahlah siapa orang itu, yang penting pekerjaannya selesai.
Revan tersenyum miring. Baiklah, mari kita saling bertemu sebagai ipar, Beby ... dengan begitu aku akan lebih mudah mengganggumu.
sampai Danu mencerailan mila dan clara sadar diri bahwa dia hanya anak sambung yg menyianyikan kasih sayang ayah sambungnya 💪
mila mila sombongnya tdk ketulungan sm Danu
merasa dulu cantik anak pejabat